Jujur, saat di bangku sekolah dulu, Pelajaran Sejarah seringkali membuat suntuk mendengar guru berkisah tentang peristiwa di masa lalu. Mencatat dan menghafal sampai bosan. Dan semua yang diajarkan di sekolah dulu saya tidak ingat lagi. Kalau pun sekarang saya membutuhkannya, tinggal ketik kata kuncinya di Google!
Tanpa angin tanpa hujan, berhembus berita bahwa Kemendikbud berencana membuat Pelajaran Sejarah tidak lagi menjadi pelajaran wajib di SMA dan sederajat.Â
Sebagaimana dilansir CNN, siswa kelas 10 akan mendapat materi Sejarah yang digabung dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sedang di kelas 11 dan 12 hanya akan masuk dalam peminatan yang tidak wajib.
Sontak berita itu mendapat reaksi dari sejumlah kalangan. Masih dari laman yang sama CNN, ribuan orang dengan segera ikut menandatangani petisi digital menolak wacana itu
Tak butuh waktu lama, Kemendikbud segera memberikan klarifikasi. Ternyata kebiasaan mengklarifikasi pernyataan publik sudah menjadi kebiasaan baru dalam pemerintahan kali ini, entah karena disiapkan teledor atau memang hendak memancing pendapat warga terhadap sebuah wacana.Â
Kemendikbud memberikan penjelasan bahwa penghapusan kewajiban mempelajari Sejarah dalam rancangan kurikulum baru masih dalam tataran diskusi
Seriuskah isu ini?
Bagi pejabat publik, apapun ujungnya wacana penghapusan itu nanti, pastilah ini masalah serius karena di tengah kesibukan memikirkan penyelenggaraan pendidikan di tengah pandemi dewasa ini, ketersediaan waktu dan energi untuk memikirkan penghapusan pelajaran Sejarah tentulah dilatarbelakangi pertanyaan masih perlu atau tidakkah pelajaran itu?
Bagi publik dan pemangku kepentingan lainnya, ini juga masalah serius karena, sebagaimana juga pejabat di Kemendikbud, cepatnya petisi digital mendapat dukungan dari warga dunia maya tentu dilandasi oleh kesadaran potensi bahaya kalau wacana itu mewujud secara resmi kelak.
Kalau memang serius, pertanyaan yang perlu diajukan lebih jauh adalah seberapa serius sih kita memandang Pelajaran dan Pengajaran Sejarah di sekolah-sekolah?