Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Cascara dan "Desakota" di Rimba Sumbawa

12 Juni 2020   16:30 Diperbarui: 14 Juni 2020   10:50 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambil tetap sesekali menyeruput kopi, pilihan di meja banyak, kami berbincang-bincang seputar tantangan pengembangan usaha masyarakat.

Di tengah diskusi, kembali Gatot Sang Barrista menawarkan sesuatu yang, jujur, baru kami ketahui. Produk yang bisa dihasilkan dari kopi yang mungkin tidak disadari selama ini.

Produk itu adalah sajian semacam teh namun bahannya dari kulit kopi yang sudah melalui proses tertentu sehingga ketika dituangkan air panas rasanya sungguh nikmat. Teh rasa kopi! Mereka menamakannya CASCARA. Iseng tanya ke Mbah Google, ternyata Cascara memang ada.

Dikutip dari Fresh Cup Magazine, cascara yang berarti “kulit” dari Bahasa Spanyol adalah kulit kopi yang sudah dipisahkan dari bijinya lalu dikeringkan. Setelah dianggap cukup kering, cascara yang direndam dalam air panas disajikan sebagaimana minuman teh. Tentu saja ukuran rendaman cascara lebih besar dari rajangan teh.

Bagaimana rasanya?

Cascara bukan kopi, bukan juga teh, dan jangan juga bayangkan semacam teh herbal karena asalnya dari buah bukan ramuan. Bayangkan saja cascara sebagai kombinasi rasa antara kopi dan teh, dengan sensasi rasa manis bercampur sedikit asam dan yang pasti menyegarkan.

Rasa yang keluar dari cascara tentu saja dipengaruhi oleh jenis kopinya sendiri. Suasana dan udara pedesaan yang masih segar tanpa banyak polusi, lalu menyeruput hangatnya cascara membuat kesegaran terasa lengkap. Segar di udara dan segar di lidah

Cascara, teh kulit kopi dari Desa Punik (dokpri)
Cascara, teh kulit kopi dari Desa Punik (dokpri)

Kulit kopi yang selama ini kami ketahui hanya akan menjadi limbah atau dijadikan pakan ternak, nyatanya bisa menjadi sesuatu yang bisa dinikmat lidah dan menyegarkan tenggorokan.

Jauh di pedalaman, di tengah hutan lindung dan dalam kawasan penyangga pasokan air sebagian pulau Sumbawa ini pemisah antara pemahaman kekotaan alias urban dan geliat pedesaan tetiba menjadi kabur.

Kopi dengan ragam variasinya memang kita kenal berasal dari pedesaan atau pegunungan. Warga desa sangat terbiasa dengan ritual minum kopi. Namun ketika kopi disandingkan dengan gaya hidup, nuansa perkotaan selama ini lebih kuat. Urban style sulit dipisahkan dengan kedai kopi atau bahasa kotanya café. Kota tanpa café rasanya bukan kota yang sempurna.

Di tempat yang dipercaya menjadi penyulut banyak revolusi di dunia ini, kopi yang awalnya hanya produk alam biasa mendapat perlakuan yang "terhormat".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun