Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mewarnai Hitam, Menceritakan Putih

24 Mei 2020   12:12 Diperbarui: 24 Mei 2020   13:52 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudut sinar putih datang yang tunggal ternyata bisa berubah menjadi bermacam sudut pergi dari masing-masing spektrum cahaya. Lalu saya bergumam sedih kenapa ungkapan dan pernyatan saya menjadi bias dan anda menafsirkannya berbeda. Tidakkah warna putih yang saya sorotkan dari awalnya memang sudah memuat banyak spektrum warna kepentingan?

Hitam dan putih ternyata tidak sesederhana seperti kita sering menuntut “katakan hitam kalau hitam, katakan putih kalau putih”. Kalau hitam dan putih ditafsirkan sebagai posisi maka permainan catur memberi kita pelajaran bahwa tidak selalu bidak hitam berada di kotak hitam sebagaimana bidak putih juga tidak mesti selalu berada di kotak putih. 

Perubahan posisi bidak, yang remeh temeh itu, antara kotak hitam dan putih justru sering membuat raja dan perwira menjadi terpojok. Bidak tidak mengenal pilihan hitam atau putih. Bidak hanya mengerti maju lurus, entah hitam atau putih kotak di depannya, dan berbelok hanya kalau memakan ke arah diagonalnya. Kekalahan memalukan kalau raja tidak berkutik di hadapan bidak hanya karena terpaku pada kotak hitam atau putih.

Kehidupan saya dan anda bisa jadi tidak sesederhana hitam atau putih, meski tidak ada abu-abu dalam kamus kita, namun hitam dan putih berganti tergantung langkah jangan-jangan sudah sering juga kita lakukan. 

Saat berada di kotak hitam, kita bisa menangkap pancaran putih dengan jelas. Putih yang mengandung banyak warna. Demikian pula saat berada di kotak putih kita bisa sensitif meraba hitam. Tanpa keberadaan cahaya, hitam justru bercerita tentang banyak warna.

Hitam atau putih, 1 atau 0 atau hidup (on) dan mati (off) tidak berarti banyak kalau hanya satu yang kita pilih. Makna yang beragam dan membawa manfaat hanya diperoleh kalau kita meletakkannya pada rangkaian atau kombinasi keduanya tanpa mencampurkannya. 

Kemampuan kita merangkai kedua jenis dengan logis, teratur dan konsekuen lah yang memberi jiwa yang menghidupkan setiap pilihan dalam hidup. Itulah yang disebut sebagai proses menjadi (to be) karena memiliki (to have) merupakan konsekuensi logis dari rangkaian algoritma yang kita susun sendiri.

Benda mati pun memiliki sesuatu, paling tidak bentuk dan tempat. Namun benda mati tidak memiliki kuasa untuk merubahnya sendiri. Memiliki sesuatu tanpa melewati tahapan menjadi merupakan penyimpangan hukum alam bagi makhluk hidup dan tidak memupuk jiwa, tak ubahnya benda mati yang tergeletak di sebarang tempat.

Sesulit apapun masalah, semoga kita tidak terjebak dalam kotak-kotak hitam putih yang sempit atau berpikiran sempit untuk segera menyerahkannya mentah-mentah kepada mesin menjadi rangkaian angka 1 dan 0. 

Hidup kita jauh lebih kaya dengan kombinasi dibanding pustaka (library) yang dimiliki mesin-mesin penghitung itu. 

Dan yang paling penting algoritma, pustaka (libraries) dan rangkaian code syntax mesin-mesin itu  disusun oleh manusia. Manusia jauh lebih unggul dibanding mesin, namun hanya kalau manusia menyadari letak keunggulannya.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun