Kondisi (2) yaitu hirarki kelembagaan yang beranak tangga banyak dan panjang berandil menimbulkan kelelahkan seseorang dari tangga terbawah untuk mengakses kemakmuran.Â
Sulitnya melakukan perbaikan data kemiskinan salah satu cerminan dari kondisi. Sumber daya yang berada nun jauh di Pusat harus diakses melalui sekian banyak tahapan, waktu dan pihak yang sayangnya sering hanya dipandang sebagai masalah teknis semata.
Kedua kondisi di atas menjadi pondasi kondisi berikutnya (3) yaitu eksploitasi sosial dari kelompok sosial dominan yang memanfaatkan kerentanan kelompok lainnya untuk melakukan kapitalisasi sumber daya.Â
Meski kondisi ini sebenarnya ciri dari masyarakat kapitalis, namun godaan dari kedua kondisi sebelumnya terlalu naif kalau tidak dimaksimalkan dan dilanggengkan melalui penguatan dua kondisi sebelumnya (inklusi dan hirarki).
Kondisi terakhir adalah terjadinya distansiasi yaitu membentuk jarak antar kelompok dalam masyarakat melalui pemberian legitimasi atas satu kelompok terpilih. Â
Mekanisme ini terkadang dibungkus dalam istilah yang me-ninabobok-kan misalnya atas dasar prestasi atau capaian sehingga mereka yang tidak cukup berprestasi harus mau menerima adanya keistimewaan bagi kelompok tertentu.Â
Apa yang menjadi ukuran prestasi atau capaian dapat ditelusuri kembali dari ketiga kondisi sebelumnya yaitu inklusi, pembentukan hirarki dan eksploitasi sosial.
Dalam praktik, bukankah bonus hanya diberikan kepada karyawan yang memenuhi target yang ditetapkan perusahaan atau pemegang saham? Tidakkah bantuan sosial sering diberikan atau tidak diberikan karena pertimbangan kedekatan pilihan politik?
Sila kelima Pancasila kita menggunakan term "seluruh rakyat" ketika mencita-citakan keadilan sosial. Meningkatnya ketidakadilan sosial, tidak peduli karena pandemi, menyisakan fakta tentang sekelompok warganegara yang tersisih karena kekuasaan yang tidak mampu menjelaskan definisi keadilan mana yang digunakan sebagai dasar merumuskan langkah dan tindakan publik.
Sebagaimana statistik seringnya memberikan data dalam siklus tahunan, ditambah time lag setahun, maka mengukur dampak dari bantuan sosial yang diberikan hari ini hanya akan bermakna satu atau dua tahun mendatang. Dengan kata lainÂ
pembagian bantuan sosial secara dadak (instan) hanyalah sebentuk panasea yang tidak pernah mengobati penyakit sebenarnyaÂ
Layaknya panasea, bantuan sosial memberikan dampak hanya sesaat yang meringankan dan memang sering lebih dipilih karena dapat menutup dan meredakan simptom ketimbang melakukan pembedahan menyeluruh yang butuh waktu panjang dan tidak memberikan manfaat publikasi seketika. Â