Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mission San Luis, I'm Coming!

19 April 2020   14:34 Diperbarui: 21 April 2020   08:22 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pandangan dari dalam Council House, Mission San Luis Museum (dokpri)

Di San Luis Mission saya masih melihat warga berusia 60-an tahun berkunjung dan ikut berkeliling di kawasan yang hanya bisa dijelajahi dengan berjalan kaki dan tanpa asap rokok ini.

Pemandu wisata dalam kawasan ini tidak sekedar bercerita. Dengan pakaian seperti kostum penghuni San Luis dulunya, mereka fasih menjelaskan A sampai Z tentang bagian yang menjadi tanggung jawabnya. Pandai besi yang mencontohkan cara membuat paku, cara membentuk logam menjadi senjata atau bahkan sendok, dalam pakaian seperti pandai besi umumnya dapat menjelaskan kenapa pandai besi disebut blacksmith dan bukan whitesmith.

Ternyata sebagian pemandu wisata di sini adalah pelajar atau mahasiswa yang sedang melakukan penelitian sebagai bentuk kerja sosial yang dapat diperhitungkan bobot kreditnya, seperti KKN kalau di kampus-kampus negara kita.

Pikiran saya melayang jauh ke tanah air, di mana bekerja di museum diidentikkan dengan bekerja di jalan sunyi. Pekerjaan yang berhubungan dengan museum adalah pekerjaan yang sepi dari peminat.

Di Mission San Luis, ujung selatan Amerika Serikat di Florida, negara bagian yang tidak pernah didatangi salju, saya mulai menikmati cerita dari dalam museum. Di Mission San Luis saya mulai bisa memahami betapa masa lalu dapat menjadi peneguh keberadaan kita di hari ini.

Sebagai penanda sejarah yang monumental, Mission San Luis ditetapkan sebagai National Historic Landmark di tahun 1960 dan melalui koleksinya yang terbentang 3 (tiga) abad menjadikan sebagai situs terlengkap yang bisa bercerita tentang misi-misi kolonisasi Amerika. 

Ceritanya yang disajikannya adalah cerita yang hidup seiring tapak kaki kita melangkahi setiap sudut, menjejaki setiap anak tangga bangunan benteng Spanyol yang dihuni milisi Apalachee yang dilatih menggunakan senjata api.

Kalau gambar dapat mewakili ribuan kata, bagaimana dengan pengalaman simulasi? Simulasi kehidupan misionaris, pekerjaan menempa dari pandai besi dan juga suasana pertemuan petinggi suku Indian Apalachee dalam tenda raksasa yang pernah menampung sampai 3000 orang?

Persepsi dapat disamakan kalau antara yang tidak diketahui dan yang diketahui dapat didekatkan. Salah satu cara untuk mengetahui, selain dengan membaca dan mendengar, adalah merasakan sensasinya secara langsung. Meski hanya simulasi, namun dengan abstraksi realita dapat diperkuat meski hanya di ruang virtual.

Dengan koleksi yang bercerita dalam rentang 3 abad, Mission San Luis hanya berjarak 3 mil dari hotel tempat saya melewati malam sambil mencoba menghubungi anak-istri yang berselisih 12 jam di belahan dunia yang dibatasi garis tanggal. Melalui abstraksi, beda siang di Indonesia dan malam di Florida kami persepsikan sama saja melalui kata-kata via medsos.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun