Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kopi "Jawa" dan Jejaknya dalam Revolusi Dunia

12 April 2020   17:20 Diperbarui: 14 Juni 2020   11:01 4700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Secangkir kopi (dokpri)

Kalau anda seorang programmer atau pengembang aplikasi, mestinya anda kenal dengan salah satu bahasa pemrograman yaitu JAVA yang menurut kisahnya dikembangkan oleh James Gosling dan mitranya di SUN Microsystem. Bahasa program yang populer ini logonya cangkir lengkap dengan kepulan uap yang dengan mudah kita langsung tahu bahwa itu adalah secangkir kopi. Hmm….

Upps, saya tidak akan mengajak anda mengulik ragam pemanfaatan JAVA dalam mendukung work from home, study from home atau stay at home yang memang tidak akan jauh-jauh dengan aplikasi berbasis internet. Sisi menarik dari kisah Gosling adalah kenapa menggunakan nama JAVA yang sudah pasti berasosiasi dengan JAWA alias Pulau Jawa di negara kita. 

Ternyata menurut kisah, nama "Java" muncul saat dia ingin mengganti nama bahasa besutannya, yang semula dinamakan OAK, karena sudah ada yang lebih dahulu memakainya. Sebagai penggemar kopi dan sering melewatkan waktu rehatnya di kafe, seketika dia mendapat ide menggunakan nama JAVA yang menurut sejarahnya memang lekat dengan komoditas yang dibawa dari dunia timur itu.

Nusantara yang diwakili oleh citra kopinya ternyata berperan dalam memuluskan pengembangan salah satu bahasa program yang populer itu. Diam-diam, nama Jawa lekat dalam keseharian Gosling, menemani dia bekerja dan menambah semangat untuk kembali mengulik bahasa-bahasa coding yang tidak semua kita fahami itu.

Cairan hitam dengan aroma khas itu menjadi solusi penamaan bahasa program yang dia kembangkan.

Di tempat lain, walau terkadang diremehkan, rehat sejenak dari aktifitas yang menyita konsentrasi sangat direkomendasikan, apalagi kalau pekerjaan tersebut harus dilakukan dengan duduk, sambil menatap laptop lagi, dalam jangka waktu berjam-jam. Rehat sejenak sambil menyeruput kopi dapat menjadi cara meningkatkan kembali konsentrasi yang agak kendur.

Sejak kapan rehat dikaitkan dengan kopi?

Dikutip dari laman mentalfloss.com, ternyata istilah rehat kopi atau  coffe break muncul pertama kali tahun 1952 saat Pan-American Coffee Bureau meluncurkan kampanye iklan yang memberi tahu pelanggan untuk "Beri diri Anda Istirahat Kopi— dan Dapatkan Apa yang Diberikan Kopi kepada Anda".

Budaya lain memiliki versi coffee break mereka sendiri, orang Jerman misalnya memiliki kaffeeklatsch, di mana mereka berkumpul dan mendiskusikan kegiatan hari itu dengan secangkir kopi. Di Swedia, para pekerja menikmati fika kopi dua kali sehari — sekali di pagi hari, sekali lagi di sore hari. Dan di Inggris, mereka menggunakan teh pada waktu minum teh.

Memang, asal mula tradisi ini belum ada yang bisa memastikannya selain satu hal yaitu: tidak peduli siapa Anda, menikmati kopi baik untuk produktivitas dan mendorong kebahagiaan. Gosling telah membuktikannya dan manfaat itu dia lekatkan dengan sebuah pulau nun jauh di belahan Selatan yang bernama Java alias Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun