Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Orisinalitas dalam Menulis, Refleksi Teleologi Blogshop Kompasiana

11 April 2020   14:35 Diperbarui: 11 April 2020   14:59 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya termasuk beruntung mendapat kesempatan menjadi peserta dalam kegiatan "A to Z Kompasiana, Optimasi Konten Blog Kamu di Kompasiana" Kamis 9 April 2020 lalu. Satu jam sebelum kegiatan daring (on line) dimulai saya sudah mempersiapkan diri. Kopi, rokok, headset, alat tulis untuk mencatat butir-butir penting dari kegiatan yang dijadwalkan berlangsung selama 2 jam itu saya siapkan karena penting untuk menambah wawasan sekaligus mengetahui seluk-beluk dan aturan main di Kompasiana.

Sebagai pendatang baru yang masih hijau, terlihat dari tanda centang hijau di ujung nama saya he he, tentu banyak ilmu dan informasi yang bisa diperoleh tentang dunia tulis menulis. Meski kemudian dijelaskan bahwa blogging bukan bagian dari karya jurnalistik, bagi saya tetap penting mengetahui pernik-pernik menulis di dunia maya ini. Menulis adalah aktifitas baru bagi saya, mudah-mudahan bisa menjadi hobi, sehingga dengan pengetahuan baru aktifitas ini tidak akan menjadi sesuatu yang sia-sia.

Benar saja, selama 2 jam lebih bahkan, Mbak Widha Karina (Content Superintendent) yang menjadi pemateri dengan santai tapi serius mampu memberikan saya, atau kami semua peserta mungkin kalau mereka juga sepakat, wawasan tentang bagaimana sebenarnya proses yang harus dilalui oleh sebuah artikel sebelum tayang.

Memeriksa satu artikel dalam waktu rerata 2,3 menit tentu bukan pekerjaan yang gampang. Ini satu poin penting bagi saya, apa yang bagi kami semua Kompasianer adalah hoby ternyata bagi mereka adalah pekerjaan yang menyita dan menguras energi. Menerima 26 artikel setiap jamnya, lalu diperiksa, dipilah dan diperbaiki dimana perlu merupakan pekerjaan yang mereka lakukan 24 jam, tentu dengan pembagian shift.

Beragamnya latar belakang penulis, bermacam sudut pandang menulis terhadap setiap isu atau tema yang lalu disodorkan dalam bentuk artikel dengan harapan ditayangkan memerlukan prosedur yang ternyata ketat. Hasil dari seleksi dan tahapan inilah yang kemudian setiap artikel yang tertayang akan mendapat atau tidak mendapat label. Tulisan yang sudah tayangpun kalau ternyata melanggar ketentuan akan dihapus, penulisnya pun bisa di-suspend atau di-block kalau parah pelanggarannya.

Label Pilihan dan Artikel Utama (AU) termasuk pertanyaan yang banyak diajukan dalam blogshop itu, selain beberapa aspek teknis lain seperti aturan merujuk sumber. Ternyata label Artikel Utama melalui proses yang lumayan ketat, sampai ada peserta yag bertanya adakah pengaruh orang dalam dalam penentuan itu? Pertanyaan yang tentu saja dijawab "tidak ada" oleh Mbak Widha.

Saya setuju karena, 

sekalipun saya masih level DEBUTAN, nyatanya beberapa artikel saya didapuk menjadi Artikel Utama tanpa  pernah tahu siapa saja di Kompasiana yang memilih atau mengubahnya, apalagi karena kenal "orang dalam" 

Saya katakan mengubah, karena dalam amatan terhadap 5 artikel terakhir saya yang 4 di antaranya berturut-turut menjadi Artikel Utama, perubahan status dari Pilihan menjadi Artikel Utama ternyata ada jeda waktu yang terkadang sampai 1 atau 2 hari sejak saya tayangkan.

Namun ada pernyataan yang sedikit mengelitik bahwa penentuan AU ke depannya akan juga melihat azas pemerataan sehingga tidak dia lagi, dia lagi yang artikelnya muncul terdepan. Terus terang saya menikmati proses artikel tayang, lalu menunggu apakah artikel saya akan berubah menjadi PILIHAN, dan ketika ada yang keesokan harinya berubah lagi menjadi AU rasanya memang gimana gitu..! Apalagi 4 artikel berturut-turut jadi Artikel Utama.

Terasa akan sedikit mengecewakan karena kompetisi untuk tampil di AU sedikit diperlonggar, tampil di AU karena alasan bagi-bagi kesempatan kok kayak lulus sekolah tanpa perlu Ujian Nasional? Tapi kalau demikian adanya, itu hak prerogatif pengelola.

Seketika potensi rasa kecewa ini saya kembalikan ke tujuan awal ketika mulai menulis. Telos saya menulis itu sebenarnya apa? Dalam Bahasa Yunani Telos berarti akhir, tujuan atau maksud. Dari kata ini muncul kemudian istilah teleologi yang merujuk ke bahasan tentang Etika yaitu mengukur baik atau buruknya sesuatu tindakan dengan melihat tujuan akhir yang ingin dicapai atau akibat yang akan ditimbulkan. Tentu di sini teleologi berhubungan dengan moral, meski terkadang dalam masyarakat sering dikaburkan dengan etiket yang bermakna sopan santun atan tata krama.

Ketika saya menggunakan perspektif teleologi menilai naik atau tidaknya artikel menjadi AU, ini juga refleksi yang saya dapat dari kegiatan blogshop ini. Ya, apakah tujuan menulis untuk mendapat sebanyak mungkin viewer belaka, yang memang banyak juga dipengaruhi oleh label AU ini? Kalau jawaban pertanyaan ini adalah "ya", maka ini yang saya pandang akan menjerumuskan penulis ke masalah originalitas yang berkelindan dengan plagiarisme.

Bukankan ini materi yang cukup banyak dibahas dalam blogshop itu?

Plagiarisme menurut saya bisa memicu penyebaran hoaks, karena mengejar sensasi melupakan esensi membuat kita bisa lalai dalam memeriksa akurasi dan juga kegagalan menjaga kejujuran. Memang semua akan kembali ke teleologi menulis yang kita anut. Mengejar target setoran artikel sebagai tugas mata kuliah, mengejar akumulasi poin dan sejenisnya bisa membutakan mata.

Sejujurnya, bagi saya menulis adalah cara merangkai informasi dan sedikit pengetahuan yang saya peroleh dari membaca, mendengar dan mengamati fenomena. Ada Kompasianer (kalau tidak salah pak Bambang Trim) yang mengatakan, "membaca memperluas wawasan, tapi menulis akan meningkatkannya". Ini yang saya rasakan dalam proses merangkai tulisan menjadi artikel.

Tantangannya adalah melakukan verifikasi mandiri, apakah yang kita tulis merupakan sesuatu yang baru yang kita rangkai dari sekian fakta, informasi dan bacaan yang kita kumpulkan? Orisinalitas, itu juga tema yang dibahas dalam blogshop ini yang saya nilai penting bagi saya yang bukan siapa-siapa yang dengan lancang menulis tentang sejarah, arkeologi, logika, pendidikan dan segala macam yang sempat teringat.

Ada yang mengatakan (terus terang saya lupa nama orangnya) bahwa tidak ada yang baru di muka bumi ini. Tapi karena dorongan mulia (ciee...ciee...) untuk berbagi maka wawasan itu saya coba tulis untuk berbagi. Ternyata betul, merangkai narasi tidak semudah kalau berbincang lepas di warung kopi. Tapi dengan menuliskannya baru saya lalu menyadari bahwa saya seringnya masih kurang utuh memahami sesuatu.

Bagaimana menjaga originalitas atau menghindari plagiarisme? Dalam hemat saya, sekalipun tidak ada yang baru di muka bumi, namun selalu ada sisi yang tersisa untuk ditulis. Terima kasih Mbak Widha yang memberi semacam panduan menjaga jebakan plagiarisme ini. Perkara hal yang kita tulis sebenarnya masih mentah, penulis teringat kalimat Cicero dalam novel Imperium yang ditulis oleh Robert Harris (2008) yaitu:

Terkadang, mengutarakan ambisi terlalu awal adalah tindakan konyol, mendedahkannya terlalu dini pada tawa dan kesinisan dunia dapat menghancurkan ambisi itu sebelum sempat terlahirkan dengan benar, namun kadang kebalikannya yang terjadi. Dan tindakan melisankan itu justru membuatnya tiba-tiba terasa mungkin terjadi, bahkan dapat terbayangkan.

Saya membuktikannya, tulisan yang menurut saya masih kurang sempurna malah muncul menjadi Artikel Utama dan ada juga yang ribuan viewer-nya. 

Sejujurnya, 4 (empat) kali berturut-turut dapat label Artikel Utama bagi seorang "Debutan" di jagat Kompasiana seperti saya sungguh adalah sesuatu.

Mudah-mudahan kalau tidak mendapat label itu lagi bukan karena masalah bagi-bagi jatah tapi karena kualitas tulisan yang rendah atau justru ketahuan melanggar ketentuan.

Terima kasih kepada Kompasiana yang menyediakan ruang berbagi dan juga membantu bagaimana ruang ini dapat kita isi dengan tulus berbagi melalui menulis. Bagi saya kegiatan blogshop lebih menekankan pada aspek teleologi menulis, karena teknis menulis tidak terlalu banyak dikupas.

Melihat antusiasme peserta rasanya kegiatan seperti ini perlu diperbanyak dan jangan lagi judulnya A sampai Z, karena saya yang huruf depan nama saya adalah "A" malah tidak mendapat waktu untuk terjawab pertanyaan yang saya ajukan (he he). Jadwal lebih lapang dan dengan topik yang lebih spesifik rasanya akan semakin meningkatkan kualitas kami jamaah Kompasiana ini.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun