Padahal kita mafhum bahwa salah satu ringkasan dari istilah kebijakan publik adalah "apa yang dilakukan dan apa yang tidak dilakukan oleh pengambil kebijakan alias pemerintah".Â
Sayangnya,Â
politisi itu tidak tahu apa-apa dan dia berfikir tahu segalanyaÂ
kata George Bernard Shaw.
Otonomi daerah yang membagi wilayah dan administrasi dalam beragam tingkatan dan bentuk pemerintahan di daerah juga menimbulkan celah dalam penyampaian dan pemahaman detail langkah yang harus diambil.
Seorang bupati di Indonesia Timur melancarkan kritik ke seorang Menteri karena merasa lebih kenal tentang wilayahnya dan juga memikul tanggungjawab langsung kepada rakyatnya. Kepala daerah yang lain di Jawa mengeluhkan pemerintah pusat yang dipandang lamban dan bertele-tele.
Cuci tangan pakai sabun, hidup bersih-sehat adalah kampanye kesehatan yang bertahun-tahun dilakukan oleh pemerintah sampai ke jajaran dan jejaring tenaga kesehatan terbawah, terjauh, terluar dan ter-ter lainnya.
Nyatanya dampak dari pengerahan sumber daya sedemikian tidak terlalu signifikan dalam peningkatan literasi kesehatan masyarakat.
Jangan-jangan selama ini telah terjadi ketidakseimbangan "humor" dalam tubuh birokrasi kesehatan. Ada "cairan tertentu" yang lebih mendominasi dalam aliran cairan di tubuh birokrasi sehingga kampanye kesehatan yang dilakukan selama ini tidak cukup mangkus.Â
Munculnya Corona seketika membangkitkan kesadaran yang bertahun-tahun dirindu. Jangankan rumah atau sekolah, bahkan pintu-pintu pusat perbelanjaan pun kini dilengkapi dengan fasilitas cuci tangan dan penjaganya disiplin meminta kita untuk membersihkan tangan terlebih dahulu sebelum masuk.
Berjemur sinar matahari pagi, konsumsi vitamin menjadi ritual yang banyak diterapkan hari-hari ini. Â Aktifitas yang tidak terbayangkan setahun lalu saat kita belum kenal Corona.
Pola hidup sehat yang ramai dipraktikkan kini mudah-mudahan bukan ritual sesaat yang menyurut seturut badai Covid-19 yang berlalu, kelak.