Pernahkah Anda merasa ide brilian Anda tidak dihargai? Teman kerja apalagi atasan memandang apa yang kita utarakan sebagai buang-buang waktu saja, alias tidak berguna?
Rasa dilecehkan sudah pasti muncul, meski belum tentu berani kita ungkapkan langsung. Namanya juga bawahan (he he he).
Ada adagium dalam dunia kerja, hanya bos yang bisa memilih bawahan, tidak ada ceritanya bawahan yang memilih bos. Kalau semua yang kita utarakan harus segera diterima dan dilaksanakan oleh orang lain maka jadilah bos!
"Jangan menjalani hidup orang lain, jangan terjebak dogma-hidup dalam hasil pemikiran orang lain. Dan yang terpenting, beranilah mengikuti hati dan intuisi kita". Demikian potongan pidato Steve Jobs kepada mahasiswa Stanford University di tahun 2005 silam.
Tapi saya dan Anda bukan Bos Apple itu. Entah kalau dari bersemedi seturut social distancing sekarang ini kita mendapat wangsit dan energi baru untuk mendobrak dunia seperti Isaac Newton dulu.
Alih-alih terpuruk akibat wabah yang melanda London dan memaksa kampus seperti Cambridge ditutup mulai tanggal 7 Agustus 1665, Newton yang saat itu masih mahasiswa di Trinity College Cambridge justru mendapat waktu yang cukup untuk merampungkan gagasannya lalu menunjukkan kejeniusannya saat kampus dibuka kembali setahun kemudian. Ceritanya di sini.
Mahasiswa yang belajar kalkulus hari-hari ini harus berterima kasih (atau dongkol....hehehe) kepada Newton yang berjasa mematangkan konsep-konsep dasar dalam kalkulus sehingga memungkinkan pemanfaatannya yang lebih luas dalam pengembangan ilmu eksakta seperti sekarang.
Ya, tapi saya dan Anda bukan Sir Isaac Newton. Kita hanya bagian dari orang yang harap-harap cemas dengan situasi pandemi sekarang.Â
Cemas karena ancaman virusnya dan berharap agar relaksasi pajak, penundaan tagihan kredit kendaraan, gratis listrik/token dan sejenisnya yang dijanjikan pemerintah dapat segera kita nikmati.
Namun dalam kondisi kita didorong untuk lebih banyak bekerja dari rumah, sangat mungkin banyak ide-ide baru bermunculan di kepala. Ide brilian yang ibarat obor atau lampu sorot di tengah kegelapan yang kita yakini akan menunjukkan jalan keluar dan jalan yang benar mencapai tujuan dengan cara yang lebih baik.