Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pelayaran dengan PELNI dan Toleransi

27 Desember 2019   20:23 Diperbarui: 27 Desember 2019   20:30 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beda dengan penyelenggaraan pelayaran bertahun-tahun lalu, dewasa ini penumpang PELNI dapat memiliki keyakinan bahwa selama memiliki tiket, dan tercantum kode dek dan nomor tempat tidur, setiap penumpang akan kebagian tempat tidur sesuai nomor yang tertera di tiket. 

Tidak ada lagi ceritanya penumpang berebutan naik kapal karena berebutan mencari tempat tidur. Petugas PELNI pun memeriksa kesesuaian tiket seseorang dengan nomor tempat tidurnya. Tentu ini bisa menjadi nilai positif melakukan perjalanan dengan moda laut ini.

Satu catatan penting yang memerlukan perhatian dari PELNI selaku penyelenggara pelayaran adalah kamar mandi dan toilet (KM-toilet). Jumlah penumpang dibanding ketersediaan KM-toilet yang rasanya belum ideal menjadikan kamar mandi dan toilet sebagai tempat yang masih terlihat jorok. Banyaknya penumpang dek kelas ekonomi membuat setiap orangnya menjadi anonim ketika berada di areal KM-toilet. 

Antri giliran di KM-toilet memberi peluang seseorang berperilaku berusaha memenuhi kebutuhan individu dengan tidak peduli kepentingan orang lain.

Dari sisi pemahaman keruangan, KM-toilet merupakan ruang pribadi dimana akses seharusnya pribadi juga. Pribadi dalam arti akses terbatas pada orang yang sangat kita kenal dan memang kita ijinkan untuk masuk. 

Dimensi pribadi ini penting bagi KM-toilet karena praktis sebenarnya dalam ruangan inilah tidak ada lagi yang disembunyikan, semua dibuka. Keluar masuk KM-toilet di kapal seperti PELNI adalah ruang transisi antara aktifitas pribadi dan aktifitas sosial atau publik. 

Cukupkah ruang yang tersedia untuk akses ini? Rasanya masih sangat kurang, karena volume pengguna KM-toilet di kapal PELNI sangat tinggi dibanding ketersediaan fasilitas vital ini. Dibandingkan dengan ruang yang disediakan, volume yang tinggi ini membuat transisi menjadi sangat tipis atau bahkan berimpitan.

Tentu kondisi ini hanya terjadi di kelas ekonomi, karena Dek Kelas I atau II memiliki kamar mandi/toilet yang lebih bersifat privat. Namun bisa jadi inilah salah satu pembeda menggunakan moda ini dibanding dengan moda lainnya. 

Dalam pelayaran jarak jauh dengan PELNI kita bisa kenal, ngobrol dengan orang yang baru karena kedekatan tempat tidur atau bersamaan dek. Perkenalan bahkan sampai ke ruang antri di KM-toilet. 

Kita bisa kenal tingkah laku seseorang membersihkan gigi, membasuh muka bahkan raut wajah ketika keluar dari toilet, tampilan seseorang yang baru keluar mandi tapak jelas karena belum dipoles dengan parfum atau pewangi rambut misalnya. 

Tidak ada batasan waktu yang ketat berapa lama seseorang dijatah berada dalam KM-toilet, semua tergantung saling pengertian antar penumpang atau pengantre. Berapapun panjangnya antrean, tidak pernah terjadi pertengkaran karena berebut masuk KM atau toilet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun