Rabu, 11 Mei 2016. Selepas zuhur, saya memposting tulisan berjudul "Ulul Azmi, Santri yang Meninggalkan Rumah: Mungkinkah Direkrut Organisasi Terlarang?" di Kompasiana. Tulisan ini disebarkan ke beberapa media sosial seperti Facebook (FB), WhatsApp (WA), Blackberry Messenger (BBM), Line dan lain-lain.
Malamnya, sekitar pukul 20.00 WIB. Saya berkunjung ke rumah Darol, orang tua Ulul Azmi. Banyak orang sedang berkumpul di sana. Dari keterangan mereka yang hadir, saya mendapat kabar bahwa Ulul Azmi telah ditemukan. Darol dan keluarganya sedang menjemput Ulul Azmi di daerah Harapan Indah. Begitu pun guru-gurunya seperti Al-Hafiz Ustaz H. Adib Sholeh, Lc. dan Ustaz H. Nurul Yakin, Lc.
Tak lama berselang, Ulul Azmi pun datang. Ia dipapah oleh Darol, ayahnya, dan Jukih, pamannya, sambil berteriak, “Ibu…Ibu…Ibu.” Di belakang mereka, para kerabat dan tetangga berjalan berarak beriringan menyertainya.
Melihat anak lelaki satu-satunya baru kembali, Ronah tak kuasa menahan tangis. Keduanya pun berpelukan di ruang tengah disaksikan seluruh keluarga dan para tetangga. Tangis haru terdengar. Yang hadir pun tak terasa telah meneteskan air matanya.
Ulul Azmi telah kembali. Mungkin kata “kembali” tidak terlalu tepat menggambarkan kedatangan Ulul Azmi. Kata yang lebih tepat adalah “ditemukan” karena Ulul Azmi tidak datang sendiri, tetapi “dipaksa” untuk kembali.
Di luar rumah, ada dua orang yang menjadi pusat perhatian. Dia adalah Giri dan Ustaz Ubay. Mereka berdua didampingi oleh Ustaz Subur dan Syahrul Fadil (Olel). Kami pun duduk bersila di pelataran rumah untuk mendengarkan kisah Giri dan Ustaz Ubay tentang ditemukannya Ulul Azmi. Berikut ini penuturan mereka.
Giri membaca tulisan saya di Grup BBM Format ’02 (kumpulan alumni Pondok Pesantren Attaqwa yang lulus pada tahun 2002). Ia mengaku pernah kenal dan berbicara dengan Ulul Azmi via FB Messenger. Ia pun mencoba menghubungi Ulul Azmi via BBM dan FB Messenger. Upayanya berhasil. Ulul Azmi merespon via FB Messenger. Giri pun menceritakan hal ini di grup BBM Format ’02. Ustaz Ubay merespon balik. Begitu pula Fahri, Syahrul Fadil, Ustaz Subur, dan beberapa teman lainnya. Mereka pun segera menghubungi Darol dan keluarganya.
Giri dan kawan-kawannya bertemu Ulul Azmi di Cakung. Ia mengajak Ulul Azmi makan di sebuah restoran di Harapan Indah, Bekasi. Di sinilah Ulul Azmi bertemu dengan orang tua dan pamannya yang langsung membawanya pulang.
Beberapa saat setelah kedatangannya di rumah, HP yang berada di kantong Ulul Azmi selalu berbunyi. Di bagian lain kantong celananya ditemukan kunci dengan sebuah gantugan kecil. Darol dan keluarganya menghubungi pihak kepolisian, baik polisi pembina Kelurahan Bahagia yaitu Bapak Margito, maupun polisi di Polsek Babelan. Untuk mendalami kasus tersebut, pihak keluarga Darol menyerahkannya kepada pihak kepolisian.
Hingga tulisan ini dimuat hari ini, Jumat, 13 Mei 2016, belum ada pembicaraan atau upaya untuk mengorek keterangan dari Ulul Azmi tentang apa yang terjadi padanya.