Mohon tunggu...
Muhammad Amin
Muhammad Amin Mohon Tunggu... -

Penulis Lepas-Penggemar Literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membuka Pintu, Menggeser Persepsi; Opini 69 Tahun BTN Mengabdi untuk Negeri

22 Februari 2019   19:04 Diperbarui: 22 Februari 2019   20:34 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam karya Jean-Paul Sartre, No Exit (Pintu yang Tertutup). Penulis asal Prancis ini menggambarkan dengan jelas keadaan neraka dalam persfektifnya. Neraka ialah orang lain.

Mengisahkan tiga orang dari alam baka, mereka pendosa yang kemudian di bawa kedalam sebuah ruang kosong, mereka mengganggap itu hanyalah ruang tunggu sementara saja. Namun faktanya, itulah titik awal konfliknya, itulah neraka. Ketidakbebasan dan keterbatasan.

Sejenak kemudian, mereka bertiga sadar bahwa interaksi di antara merekalah yang merupakan siksaan sebenarnya. Di depan mata mereka sendirilah azab neraka. Ketika keinginan mereka tidak mendapat respon dari individu lain, sedangkan mereka terkunci dari dunia luar, dan kekal dalam hubungan tersebut.

Bagi sartre, orang lain adalah konflik. Persfektif negatif sartre ini, fokus akhirnya menyatakan bahwa manusia harus hidup sendiri. Alam pikir sartre menggambarkan, hakikatnya manusia hanyalah mencintai dirinya sendiri.

Memang benar, ketika kita berhubungan dengan orang lain, terkadang kehendak kita bertentangan dengan keinginan orang lain. Bahkan mungkin mengganggu dan menutup jalan bebas seseorang. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial. Predikatnya, manusia membutuhkan orang lain.

Lalu apakah pemicu masalah sebetulnya? Mengapa hal itu bisa timbul? Dan bagaimana menghadapi konflik tersebut? Beberapa rumusan pertanyaan tersebut mari kita simpan dulu untuk sementara. Selanjutnya, kita membuka kilas lembar baru, yaitu objek pembahasan dalam penulisan ini. Bank Tabungan Negara.

Dokpri
Dokpri

Bank BTN, itulah call name lembaga perbankan satu ini oleh masyarakat awam Indonesia. Sejak diresmikan pada tahun 1950, dengan nama awal Bank Tabungan Pos. Hingga kini, telah banyak pengabdian untuk negeri yang dilakukan oleh BTN selama 69 tahun berdiri. Khususnya di ruang lingkup Kredit Kepemilikan Rumah atau KPR BTN.

Istilah KPR BTN, sudah terekam jelas di memori masyarakat Indonesia, dari perkotaan hingga perdesaan. Pelopor kredit pemilikan rumah sangat identik dengan BTN sebagai jalan pintasnya.  Secara format dasar, visi BTN memang berfokus pada pelayanan perumahan dan keuangan keluarga.

Lebih lanjut, program-program dan kebijakan pemerintah, dalam hal subsidi perumahan untuk masyarakat menengah ke bawah saat ini, selalu berkolaborasi dengan BTN. Jika ingin mengambil KPR, prioritas utamanya adalah dengan BTN.  Di titik ini, kesan BTN akan KPR semakin identik.
Di daerah saya contohnya, Tanjung Jabung Barat-Provinsi Jambi. Terdapat beberapa Perumnas BTN; seperti Perumnas BTN Permata Hijau, Permata Biru, Pengabuan Permai, dan seterusnya.

Seperti halnya pemikiran di atas, mindset yang tertanam di masyarakat daerah saya, BTN adalah bank yang hanya bergerak dibidang perumahan.
Merupakan keuntungan BTN, karena persepsi demikian, BTN diyakini dalam sektor perumahan secara dominan daripada perusahaan lain oleh masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun