Â
Tuhan memang tidak merancang kamu untuk melukis senyumku,
tetapi jangan kau gunakan ujung penamu untuk menghujam jantungku.
Tuhan memang merancang kamu untuk orang lain,
tetapi jangan lupakan Tuhan juga mengatur sedikit waktumu untuk bertemu aku.
Tuhan memang merancang aku untuk orang lain,
tetapi jangan lupakan Tuhan juga menyemai bibit-bibit rindu yang tak pernah menjadi subur meskipun kita sirami dengan bejana temu.
Aku!
Aku sendiri arkeolog itu,
Tak perduli dalamnya bentala waktu mengubur sejarah mu,
Ku gali bongkahan fosil yang kau sebut kenangan.
Prasasti kerinduan masih tertanam,
Artefak temu, masih terpaku.
Bibit-bibit yang tak lagi mampu bersemi,
kini telah membatu.
Kemudian,
Sebuah museum waktu berdiri megah di sudut terdalam hatiku.
Malang, 14 September 2024
~Naana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H