Mohon tunggu...
Amin Tajudin
Amin Tajudin Mohon Tunggu... Guru - Mahluk Kasat Mata Dalam Pengabdian Bayangan

menjadi seorang penulis untuk menuangkan ide dan gagasan, dan berkarya demi nama yang tak akan lekang dikenang jaman. Menjadi guru adalah sebuah pengabdian dan selalu ada cerita yang layak didengar. Apapun kita tulislah keinginan dalam sebuah prasasti walau tak dapat junjungan materi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

dr. Lois dan dr. Tirta Wajah Terdepan Kita di Tengah Pandemi

17 Juli 2021   07:14 Diperbarui: 17 Juli 2021   07:20 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Menurut Ibu yang sudah meninggal yang katanya lebih dari lima puluh ribu, meninggal karena apa?" tanya Hotma paris

"meninggalnya di ruma sakit apa di rumah?" balik bertanya dr. louis

"Apapun namanya itu, yang di kubur dengan cara prosedure prokes covid menurut Ibu Dokter apakah itu meninggal karena virus corona tidak?" Hotma Paris mencoba menjawab dengan bertanya.

"Bukan" ungkap dr.louis

"Jadi karena apa" tanya Hotma Paris

"Interaksi antar Obat" ungkap dr.lois

***

 "Halo pak tirta ketemu lagi" tanya hotma paris

"Waduh pak, apa kabar pak, sehat sehat, maaf baru respon tadi..." ucap dr. tirta

"Ini ada dr. lois di sini, ini ada dr. lois di sini sebagai tamu...dia mengatakan itu virus corona tidak ada di sini, gimana pendapat bapak" ungkap Hotma Paris

***

Apa yang terjadi selanjutnya, tentu saja sebuat perdebatan alot dua orang dokter berbeda pandangan. Dimulai dari sebuah acara Talkshow, berlanjut ke dunia virtual (maya) lalu menjadi trending topic yang menghebohkan semua orang. Perdebatan pun berlanjut di ruang public, media sosial seperti youtube, facebook bahkan video yang disebar melalui broadcast aplikasi percakapan bertebaran dengan narasi mendukung dan menolak, memuji dan mencibir, membela dan menuntut.

Sebelum medsos berkuasa, perdebatan selalu terjadi dalam dua, dunia nyata dan dunia baca. Tapi kini setelah medsos berkuasa , debat  merambah ke dunia tidak nyata (virtual) dan menjadi permakluman berlebih atas akrobat kata kata. Kalau dulu debat hanya akrobat kata kata para ahli, yang tahu dunia nyata dan dunia baca. Dan selalu menjadi referensi kosa kata kaum pemikir dan intelektual. Sekarang begitu terdemokratisasi, siapa saja baik raja maupun kawula menebar gaya gaya untuk mengkorupsi makna.

Kreatifitas bukan lagi sebuah ide atau gagasan yang kritis bersifat solutif, tetapi sejauh mana menjadi trending topic dan viral. Itu dilakukan karena hanya untuk memenuhi tuntutan di pasar pasar online. Demi mendulang popularitas digital berupa like, comment dan subcirbe. Maka akrobat kata kata serta drama memilukan bergaya korea telah  menjadi tontonan yang menghibur. Walaupun kadang kadang berakhir dengan permintaan maaf.

Kini perdebatan dr.Tirta dan dr.Louis memecah dua kelompok manusia antara yang mendukung dengan yang tidak mendukung. Menambah kelabunya bulan Juli di tengah protokol kekhawatiran. Kita tidak lagi saling membahu dengan saling percaya untuk segera keluar dari kesulitan ini. Tetapi beradu akrobat kata kata di ruang public membagi keriuhan demi mendulang popularitas.

***

Terlepas dari prokontra bahwa vaksin itu tidak memiliki dampak apapun atau Covid-19 dikatakan sebagai konspirasi itu semua adalah hak setiap orang. Dalam diri saya, saya meyakini bahwa setiap bagian tubuh kita ini harus sehat. Harus dijaga dengan sebaik-baiknya penjagaan. Seperti ketika kita memiliki barang favorit. Lihat, bagaimana usaha kita untuk terus menjaganya? Sesederhana itu.

Kabar duka yang masih belum alfa dari telinga membuat ruas-ruas dada saya menyempit. Seakan Tuhan memberi sinyal bahwa "kehilangan" tidak memihak hanya kepada orang-orang tertentu, tapi semuanya---kita juga.

Ketika orang-orang menggaung-gaungkan tentang pentingnya kesehatan mental, sampai kita bosan mendengarnya. Di hari-hari seperti ini mungkin hampir semua orang menyadari bahwa kesehatan mental memang sangat krusial, sampai saya sendiri enggan membaca postingan-postingan yang muncul di linimasa saya. Betapa kabar dan juga berita di luar sana berpengaruh kuat untuk sebagian orang, termasuk saya.

Kabar kehilangan yang belum mau berhenti, datang silih berganti; postingan teman-teman di dunia maya tentang kehilangan mereka yang dikasihi membuat hati kita juga ikut teriris---meskipun kita tidak pernah mengenalnya sekalipun, berita duka yang terdengar di masjid-masjid membuat nafas kita berhenti sejenak---betapa kehilangan mampu meluluhlantahkan perasaan, berita duka yang kita dengar dari sambungan telepon, nyaris membuat kita berteria, dan berita duka yang kita baca dari pesan singkat WA mampu membuat kita menyadari tidak ada yang abadi di dunia ini.

Entah sampai kapan badai ini harus kita terjang.

Dengan segala bentuk ketidakpastian yang ada, hanya doa dan dukungan untuk masing-masing orang mampu membuat diri kita juga mereka kuat.

Dengan segala bentuk kesedihan yang entah karena sebab apa tentang pandemi ini, harapan pada setiap rapalan doalah yang menguatkan.

Sehat-sehat pikiran.

Sehat-sehat badan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun