Bukan hitamnya kopi yang dicari-cari
Bukan karena nama besar kopi dikejar-kejar
Atas nama inspirasi lah kopi menjadi obsesi
Belum disebut kopi jika aroma dan rasanya tak memberi imajinasi
Kopi terhebat dicipta dari kekejaman
Nyawanya dipisah dari ibunya
Lalu dibakar di teriknya matahari berhari-hari
Dan disiksa dengan lalim di bejana besi
Dibolak-balik atas bawah kanan kiri
Agar kepedihan itu merasuk di sekujur diri
Tak pernah ada yang tahu
Apa yang ingin diucapkan kopi kala menapaki jalan panjang penuh rasa sakit itu
Barangkali dia tersenyum bahagia
Karena nasibnya tlah dimulai
Menuju mimpinya yang hampir tergapai
Menjadi rasa yang dipuja-puja
Menjadi aroma yang digila-gila
Memberi inspirasi kala pikiran tlah tersumbat
Memberi imajinasi di semua tempat
Kopi sejati tak pernah lelah mengejar mimpi
Kopi sejati tak menyerah meski harus lalui pedih perih tak terperi
Kopi sejati selalu bergelora menyambut takdir diri
Kopi sejati adalah senyum bahagia tlah bisa memberi
Karena kopi sejati itu lelaki dengan segenggam obsesi
Jakarta, 6 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H