Mohon tunggu...
Amien Laely
Amien Laely Mohon Tunggu... Administrasi - menyukai informasi terkini, kesehatan, karya sendiri, religiusitas, Indonesia, sejarah, tanaman, dll

Tak ada yang abadi. Semua akan basi. Sebelum waktu disudahi. Musti ditanya seberapa banyak telah mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Markas ‘Garong’ yang Jadi Perumahan Mewah

10 Februari 2014   17:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:58 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13920264601230137955

[caption id="attachment_321722" align="aligncenter" width="300" caption="Foto Rumah di Perumahan Pesona Kayangan. Sumber Gambar di bawah."][/caption]

To the poin saja, Perumahan Mewah yang dimaksud dalam tulisan ini adalah Pesona Kayangan Depok, Jawa Barat. Lokasi Perumahan berada di belakang Gedung BCA Cabang Depok atau di belakang Ace Hardware, memanjang dari selatan ke utara. Namun benarkah lokasi perumahan mewah Pesona Kayangan adalah Markas Garong? Itulah hal menarik yang membuat penasaran.

Menurut seorang saksi sejarah, memang demikianlah fakta yang dicatat dalam sejarah Depok, bahwa lokasi yang saat ini digunakan sebagai areal Perumahan Elit Pesona Kayangan adalah bagian dari “Bulak Garong”. Jika diartikan secara bebas, “Bulak Garong” bermakna tanah (areal) yang ada sumber air (sungai) yang di sana digunakan untuk sarang garong (perampok). Dan memang demikianlah kenyataannya, saat ini kondisi alam di perumahan Pesona Kayangan, di tengah-tengah terdapat aliran sungai yang memanjang dari selatan menuju ke utara.

Konon pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945, sampai dengan tahun 1950-an akhir, terjadi pergolakan di Depok. Pergolakan tersebut sebenarnya adalah perlawanan para pemuda di sekitar Depok mengusir Penjajah Belanda. Sedikit dari pemuda pejuang yang gugur adalah Margonda dan Tole Iskandar yang namanya diabadikan menjadi nama jalan utama di Kota Depok saat ini. Salah satu aksi bersejarah perjuangan mereka adalah penyerbuan ke pemukiman “Belanda Depok”*), yang merupakan awal pergolakan. Namun karena berbagai hal, -lama setelah gugurnya Margonda dan Tole Iskandar-, perjuangan tersebut berubah menjadi aksi-aksi illegal yang lebih mirip sebagai aktifitas mengacau keamanan dan ketertiban (soal ini sepertinya akan menarik ditulis secara terpisah). Masyarakat Depok saat itu menyebut kelompok ini dengan nama “Gerombolan”. Mereka hidup di hutan, meskipun sebenarnya memiliki keluarga, orang tua dan anak-istri di perkampungan penduduk. Hutan tempat mereka bersembunyi dan melakukan aksi-aksinya itulah “Bulak Garong” yang sebagian areanya (tidak semuanya) saat ini disulap menjadi Perumahan Mewah Pesona Kayangan.

Sejak keberadaan mereka semakin terdesak oleh Pemerintah RI yang sah, “Gerombolan” mengalihkan markasnya di wilayah Depok bagian barat, yaitu Tanahbaru (wilayah Kecamatan Beji, sedangkan “Bulak Garong” berada di wilayah Depok bagian tengah). Tidak lama setelah itu, di tempat yang baru, mereka pun semakin terdesak, dan akhirnya pemerintah RI berhasil membasmi habis gerombolan ini.

Namun demikian, setelah berbelas tahun malang melintang menebarkan rasa takut di kalangan masyarakat Depok, “Nama Besar” mereka tak hilang begitu saja dari ingatan warga sekitar. Mitos -atau bisa jadi kenyataan- seputar kesaktian dan kedigdayaan anggota “Gerombolan” terlanjur dikenang masyarakat sebagai ‘Monster Menakutkan’, sehingga setiap kali disebut kata “Gerombolan” atau nama salah satu anggotanya, apalagi pimpinannya, maka rasa takut segera menguasai orang itu dan lebih baik tidak melanjutkan pembicaraan, karena trauma akan kenangan menakutkan masa lalu. Dulu pada jaman “Gerombolan”, rakyat dibuat serba salah, jika berpihak kepada “Gerombolan”, maka mereka akan mendapat kesulitan dari aparat kepolisian, namun jika berpihak kepada polisi, maka nyawa mereka dan/atau keluarga mereka terancam oleh anggota “Gerombolan”, padahal mata dan telinga “Gerombolan” ada di mana-mana. Sebuah tebar kengerian yang sangat, kala itu.

Begitulah masa lalu “Bulak Garong”. Tempat itu tak ubahnya sarang kematian yang mengerikan di Depok. Namun tidak pada saat ini, tempat yang dulu sarangnya pejuang kemerdekaan yang kemudian –sebut saja- bermetamorfosis menjadi sarang perampok, kini dicari banyak orang, karena di sana saat ini berlangsung kehidupan kelas atas. Tak kurang dari artis, politisi, birokrat, dan setidak-tidaknya kalangan berduit yang mampu memiliki asset di kawasan mewah itu. Ternyata kehidupan manusia memang seperti roda yang berputar. Dulu kawasan itu dibenci dan ditakuti, namun sekarang dicari dan disanjung.@

--Salam dari Depok, Eks Kawasan Bergolak yang kini menjadi hinterland Jakarta yang mempesona—

*) Belanda Depok bukanlah bangsa Eropa, tetapi anak keturunan para mantan budak (dari berbagai suku di Indonesia) seorang Belanda bernama Cornelis Chastelein yang kemudian dimerdekakan oleh tuannya. Si Belanda itulah pemilik areal cukup luas berpusat di Depok Lama -saat ini berada di Jl. Pemuda- sejak tahun 1696. Meskipun bukan bangsa Eropa, “Belanda Depok” memiliki kehidupan yang sangat kebelanda-belandaan, mulai dari cara berpakaian, bahasa pergaulan, makanan, perilaku, bahkan system pemerintahan desa dan hubungan politiknya.

Referensi:

Buku “Gedoran Depok” karya Wenri Wanhar terbitan “Sadar Media” tahun 2011.

Sumber Gambar:

http://rumahdijual.com/depok/332207-rumah-depok-pesona-khayangan.html

Tulisan Lainnya:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun