Sepertinya begitu, aku menjadi tissue sejak pertama kau buka pintu untukku. Kenapa tissue ? karna aku merasa begitu.. (???) kenapa merasa begitu ? karna kau memperlakukanku layaknya tissue. Tau tissue kan ??
Buanglah “tissue” pada tempatnya.
Sudahkah kau buang “aku” pada tempatnya ?
Kapan kau flu lagi ? aku siap menjadi tissue mu yang kau titipi ingus dengan leganya, kemudian kau lipat dan buang. Namun kali ini, kumohon buanglah aku pada tempatnya… Karena kodratku ditempat sampah. Bukan beterbangan di jalanan luar.
Bukankah tissue berhak menangis ? menitikkan air mata di sela-sela ingus.. Tissue dalam doa :
“Tuhan, kusyukuri atas diriku ini yang utuh penuh sebagai tissue.. Tak butuh apapun untuk ungkapkan cinta, tidak juga melalui bahasa. Karna dengan menerima, sudah kurasa bahagia.”
Bagaimana denganmu wahai pemakai tissue ?
Tissue.. Tissue...
Aku jajakan aku ini,
Hanya kepada yang benar-benar kucintai..
Terlebih pada kau.
Terlepas kau memahami atau hanya meng- ingus
Kemudian berlalu pergi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H