Pekerjaan oke
Relasi banyak
Kenalan sana-sini
Teman? Ada, satu-dua-tiga eh bentar, temanku kok dikit ya.
Pernah bukan kalian merasakan hal seperti itu. Merasa menjadi orang yang pandai bergaul, ramah dan senang berinteraksi sosial. Komunikasi tentang kerjaan dengan rekan kerja lancar, relasi pekerjaan banyak, kenalan ada di mana-mana, tapi giliran mau main keluar atau sekedar melepas stres dengan curhat ke teman rasanya kok tidak ada.
Orang ekstrovert dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul dibandingkan dengan introvert. Mereka mampu membaur dan senang berinteraksi dengan orang banyak. Orang yang seperti ini juga seringkali disebut social butterflies. Â Namun, meskipun mudah bergaul belum tentu mereka pasti mempunyai banyak teman karena belum tentu mereka disukai oleh orang-orang yang berinteraksi dengannya.
Kemungkinan Kamu Cenderung Narsistik
Kita ambil contoh. Ada seseorang yang dengan mudah memulai percakapan dengan orang baru dan cepat mengakrabkan dirinya. Dalam sekejap sudah bercakap layaknya teman akrab, membicarakan banyak hal pribadi seperti sudah kenal bertahun-tahun. Dalam hal seperti ini, umumnya hanya ada satu orang saja yang mendominasi dalam percakapan sedangkan yang lain cenderung mendengarkan. Sehingga komunikasi yamg terbangun terkesan narsistik oleh satu pihak saja dan bukan komunikasi dua arah. Nah, alih-alih seorang ekstrovert jangan-jangan tanpa kamu sadari, kamu adalah seorang narsistik.
Kepribadian atau kemampuan mereka bisa saja memukau banyak orang sehingga mereka dikelilingi banyak orang. Tapi tak semua mendekati karena tulus. Bisa saja mereka mendekati karena punya kepentingan tertentu dan ingin mengambil keuntungan kalau bergaul dengan orang tersebut. Inilah yang bisa kita sebut punya banyak hubungan secara sosial tapi tidak berkualitas.
Seorang narsistik akan bergaul dengan banyak orang untuk mengumpulkan para pengagumnya, bukan karena memang tertarik untuk berteman secara lebih akrab dengan tulus. Mereka senang ketika orang-orang kagum padanya. Makanya meskipun merasa temannya banyak tapi sebenarnya tidak memunjukkan kualitas kedekatan hubungan sebagai seorang teman.
Tak Semua Ekstrovert Punya Kemampuan Interpersonal Baik
Seorang ekstrovert biasanya senang membuka diri dengan dunia luar. Makanya mereka juga identic dengan ceria dan banyak omong. Namun dengan sikapnya yang hobi membuka obrolan ini tak membuat mereka memiliki kemampuan  interpersonal yang baik. Padahal kemampuan ini penting banget dalam komunikasi. Interpersonal skill bukan tentang seberapa hobinya orang berbicara tapi seberapa dewasa seseorang memegang kendali dalam berkomunikasi.Â
Tanpa kemampuan berkomunikasi dan menjalin hubungan yang baik, kita akan kesulitan berhubungan dengan orang lain. Karena beberapa orang meyakini bahwa pertemanan adalah hubungan sosial yang sifatnya 2 arah. Artinya, bila si ekstrover menganggap si A sebagai temannya dan si A juga menganggap si ekstrover itu sebagai temannya, barulah mereka dapat dikatakan sebagai teman.
Kita hidup di jaman banyak orang semakin acuh tak acuh, merasa bergaul secukupnya dan seperlunya. Kuantitas tak selalu berbanding lurus dengan kuantitas. Banyaknya kontak di handphone, banyaknya follower di media sosial, atau banyaknya koneksi di Linkedin tak bisa mutlak dijadikan patokan kalau kita punya banyak teman dan terkenal dalam pergaulan. Di mata orang, mungkin kuta akan dinilai demikian popular, namun tetap tak bisa menjamin mereka adalah orang-orang tepat yang bisa dikategorikan teman, yang bisa kita hubungi saat keberadaannya kita butuhkan.
Namun sebaliknya, perlu diingat bahwa banyaknya orang yang bergaul dengan orang tertentu tidak menjadi bukti bahwa orang yang kurang memiliki teman artinya tidak punya kemampuan sosialisasi yang baik.
Sulit Membangun Hubungan Lebih Intim
Salah satu tantangan bagi seorang ekstrovert adalah membagi waktu antara pekerjaan dan aktivitas sosial. Kenapa? Karena melakukan aktivitas sosial, datang ke banyak acara, atau mengobrol adalah aktivitas-aktivitas yang disukai oleh ekstrovert. Terdengar melelahkan terkadang, namun membatasi diri untuk berinteraksi bisa jadi hal sulit untuk dilakukan.
Menurut psikolog klinik Nikole Beurkens, mereka ekstrovert cenderung mengambil keputusan secara impulsif di menit-menit akhir. Misalnya, mereka bisa saja membatalkan janji karena kewalahan dengan jadwal mereka sendiri. Hal seperti inilah yang bisa membuat teman-teman mereka merasa kecewa sehingga mereka kesusahan membangun hubungan pertemanan yang dalam. Mereka hanya menjalin hubungan yang terkesan dangkal.
Selain itu, ekstrovert juga cenderung suka menjadi pusat perhatian. Merasa menjadi pemain cadangan saat ada orang lain yang jadi pusat perhatian selain dirinya. Terkadang sikap seperti ini membuat para ekstrovert melakukan hal-hal konyol untuk menarik perhatian kembali dan malah menjadi boomerang karena tidak semua orang akan menerimanya.
Pada dasarnya, berteman adalah hal yang mudah. Tapi tak semua bisa menjadi 'teman' anda. Mau seberapa ekstrovert kita, jika gagal dalam berkomunikasi dengan orang lain tidak akan membuat orang lain nyaman berteman dengan kita. Akan bagus jika kita menjadi diri sendiri mau seberapa ekstrovert kita dalam pergaulan. Tentu segala sesuatu hal yang dipaksakan tidak akan berjalan baik. Bersosiallah dengan cara yang membuat kamu dan sekelilingmu nyaman, tidak perlu ada pemaksaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI