Mohon tunggu...
Amilatur Rohma
Amilatur Rohma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Physics Student | Content Writer | Social Media Enthusiast

A Marketer who enthusiasting on writing. Menulis untuk menyampiakan hal yang tak mampu diucapkan oleh lisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bakat Memberontak, Berani Berbeda dengan Menjadi Seorang Rebel

18 Februari 2022   08:49 Diperbarui: 18 Februari 2022   08:58 2765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Berpikir layaknya pemberontak

Kunci dari menjadi seorang Rebel adalah mengembangkan pandangan yang berlawanan dari pandangan populer. Bagian dari memegang pandangan yang tidak populer adalah mempertanyakan hal yang dipercayai begitu saja oleh kebanyak orang. Mempertahankan sifat ini sebenarnya sulit karena kita butuh integritas dan tidak mudah terpengaruh oleh pendapat mayoritas. Mempertanyakan suatu hal bukan hanya jalan untuk menjadi berbeda, namun bisa jadi salah satu jalan untuk mencapai kebenaran.

            Saat kita mempertanyakan atau meragukan sesuatu yang pada akhirnya hal itu diketahui sebagai kebenaran, maka kita pasti akan dipandang tinggi oleh rekan-rekan kita. Lihat saja saat dulu sebagian besar orang di abad ke-16 percaya kalau bumi itu datar, ilmuwan matematika Pythagoras, orang yang membuktikan sebaliknya bahwa bumi bulat, hingga kini disanjung dalam sains dan matematika.

2. Menetapkan jati diri dan aturan kita sendiri

Kita tidak perlu menyinggung orang lain atau mengatakan hal-hal aneh untuk menjadi seorang Rebel. Bahkan kita tidak harus melanggar aturan yang ada, yang harus kita lakukan adalah menjadi diri sendiri dan bertindak dengan cara yang menonjol dari orang kebanyakan. Masih ingat kan, ada istilah bahwa murid yang paling diingat guru ada 2; yang paling pintar atau yang paling bandel? Kita bisa menjadi Rebel dengan memilih menjadi sosok yang paling antimainstream. Seperti jika karyawan kebanyakan masuk bekerja saat tepat atau terlambat dari jam kantor dan pulang dengan menyisakan segudang lemburan, jadilah orang paling pertama yang masuk dan orang yang pertama pulang.

3. Melakukan apa yang kita mau, bukan yang orang lain harapkan

Level tertinggi dari seorang Rebel adalah melakukan apa yang benar-benar kita inginkan dari hati, bukan karena penilaian atau mememenuhi ekspektasi orang lain. Seorang Rebel akan memilih melakukan urusannya, bukan untuk menyenangkan orang lain. Dengan begini, kita dapat menjadi versi terbaik dan menjalani semua hal karena itulah yang benar-benar kita inginkan. Kita menjadi orang yang lebih terbuka dan berani mengutarakan pendapat ketika merasa sesuatu tidak benar, di saat yang lain takut untuk angkat bicara misalnya.

            Untuk menjadi Rebel yang diakui, kita juga harus berani memperjuangkan keyakinan kita dan orang-orang yang berkeyakinan sama. Di dunia kerja terutama, mengabaikan ejekan atau politik kantor adalah sifat hebat yang harus dimiliki, tetapi harus tahu kapan harus membela diri atau kapan harus diam. Bila ada yang mengejek kita, tidak perlu kita balas dengan ejekan, sederhana saja cukup katakan, "Jangan ganggu saya, saya tidak menyakiti siapa pun".

4. Menjadi Rebel yang bertanggungjawab

Kita pasti paham bahwa setiap  tindakan yang kita lakukan pasti memiliki konsekuensi. Apapun itu. Jadilah seorang Rebel yang bertanggungjawab. Jika tindakan kita memiliki potensi melukai diri kita ataupun orang lain, maka hindarilah sebisa mungkin. Menjadi berbeda memang penting tapi kita tidak perlu melakukan hal-hal merugikan untuk itu. Kita boleh berkata lantang dan berjalan dengan dagu terangkat, tetapi tidak harus melukai atau menjatuhkan orang agar dipandang. Menjadi pemberontak adalah soal menjadi jati diri sendiri, dan merendahkan orang lain untuk diakui bukanlah ciri seorang Rebel.

Jadi, menjadi Rebel bisa menjadi kebutuhan atau pilihan. Sama seperti pilihan dalam hidup, mau mewujudkannya atau menolaknya. Semua kembali ke diri kita masing-masing. Apakah kita ingin mengikuti skrip yang diberi atau menulis cerita kita sendiri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun