Tidak dipungkiri lagi Indonesia memilki banyak kekayaan alam yang diakui dunia. Dari Sabang sampai Merauke tak ada alam Indonesi yang tak patut untuk dijelajah dan dikagumi keindahannya. Itulah mengapa muncullah istilah "Wonderful Indonesia". Hal itu dibuktikan kembali dengan bertambahnya salah satu kekayaan alam Indonesia, yaitu Kaldera Toba yang masuk sebagai  sebagai UNESCO Global Geopark melalui sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris pada 7 Juli 2020 tahun lalu.
Siapa yang tak tahu Danau Toba? Biarpun tidak semua pernah mengunjunginya secara langsung namun setidaknya hampir sebagian besar warga Indonesia mengenal Danau Toba. Ya, Danau Toba di Sumatera Utara yang selalu disebutkan dalam pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) sebagai danau terbesar di Indonesia. Selain itu, cerita asal-usul Danau Toba dan anaknya yang menjadi cikal bakal nama Pulau Samosir di tengah luasnya  Danau Toba menjadi legenda tersohor dengan pesona dan daya tarik tersendiri. Danau Toba adalah salah satu asset dari jutaan pariwisata di Indonesia yang layak untuk ditelisik lebih dalam. Sedalam dasar danaunya yang berada pada titik 500 m dibawah permukaan air hampir menyamai kedalaman lautan. Danau Toba tidak hanya menawarkan keindahan geologis akibat fenonema sains namun juga kekayaan Geo-Heritage dan Geo-Diversity. The Heritage of Toba tentunya.
Menuju Destinasi Super Prioritas (DSP) Toba
Saat ini, kawasan wisata Kaldera Toba dalam perencanaan menuju destinasi super prioritas (DSP). Menuju DSP, Danau Toba harus siap dengan pembangunan secara terpadu di segala bidang mulai dari sarana prasarana, fasilitas, dukungan dari adat dan masyarakat sekitar, perbaikan hunian penduduk hingga pengelolaan sampah. Alasannya tentu agar Danau Toba menjadi pilihan prioritas untuk berlibur. Walau begitu, adanya wacana DSP Toba rasanya belum begitu familiar di telinga masyarakat Indonesia. Hal itu setidaknya dapat dilihat dari mesin pencarian. Jika kita mengetikkan DSP Toba, maka yang muncul dalam hasil teratas bukan rekomendasi spot wisata pilihan DSP Toba melainkan berita atau artikel tentang wacana dan persiapan DSP Danau Toba. Kelihatannya promosi DSP Toba masih kurang bergaung, nih padahal sebelum menentukan liburan pastinya informasi destinasi wisata lah yang pertama dicari.
Sinergisasi dan Kolaborasi Semua Komponen
Sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark, kawasan wisata Danau Toba pun perlu dirias agar The Heritage of Toba benar-benar bisa dirasakan oleh anak cucu kita, bukan sekedar warisan yang dibiarkan begitu saja. Meski zaman zudah berganti dan bermunculan wisata yang menawarkan sejuta fasilitas nan pemandangan tak kalah memanjakan, kini danau kaldera seluas lautan hasil dari letusan gunung ini, masih elok dipandang mata dan siap menghadirkan wisata kelas dunia. Untuk dapat mewujudkan DSP Toba, Kementerian Parisiwata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tidak hanya berbenah untuk meningkatkan kualitas wisata, namun juga memenangkan hati dan mendapatkan dukungan adat agar DSP Toba ini berkelanjutan dan tetap mensejahterakan masyarakat yang ada di kawasan Danau Toba.
Sinergisasi pengelolaan DSP Toba secara menyeluruh dan jangka panjang dengan semua pihak harus dilakukan. Keberadaan tanaman harus dijaga dan dilestarikan agar daya dukung terhadap danau tetap lestari. Sementara keberadaan sarana dan prasarana, pelayanan terpadu termasuk penginapan dan akses menuju lokasi baik melalui darat maupun udara harus dikelola secara profesional. Hal ini dapat terwujud jika dengan dukungan masyarakat, sehingga DSP Toba bukan hanya wacana dan menjadi ekosistem pariwisata yang egaliter dan berkualitas. Hal ini juga harus didukung dengan promosi. Merupakan pilihan yang tepat jika promosi DSP Toba melibatkan Brand Ambassador dari millenial influencer sehingga cita-cita Danau Toba menjadi destinasi prioritas segala kalangan benar-benar terwujud. Selain itu, masyarakat sekitar termasuk para pemangku adat harus dilibatkan dalam pengadaan sarana prasarana seperti penginapan (home stay), kerajinan tangan, kuliner khas, serta seni budaya dan tradisi adat setempat. Jika semua aspek ini dapat terpenuhi secara komplit, maka target MICE di Indonesia Aja dapat terwujud.
Pengelolaan sanitasi dan sampah
Dengan adanya DSP ini, perbaikan dari sektor keindahan saja akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan efektifnya pengelolaan lingkungan. Kini, Danau Toba juga dihadapkan dengan permasalahan kerusakan lingkungan, mulai dari warna air danau, kesemrawutan kapal di dermaga hingga pengelolaan sampah. Fakta bahwa Danau Toba mengalami kerusakan lingkungan sudah jauh jauh hari disuarakan oleh berbagai elemen masyarakat di lingkar Danau Toba. Sebagai DSP, maka sudah seharusnya dibentuk tim penyelamat Danau Toba dan Tim khusus Pengelolaan sampah. Adanya sampah di sekitar danau tentunya mengganggu pemandangan dan mengikis keindahan Toba sebagai Geopark dunia.
Masih banyak pekerjaan rumah yang harus digarap Pemerintah Daerah dan Kemenparekraf untuk mewujudkan DSP Toba menjadi pilihan prioritas wisata di Indonesia. Namun, setidaknya dua hal diatas adalah investasi jangka panjang untuk mewujudkan wisata yang berkelanjutan dan tetap mensejahterakan warga sekitar. Pada dasarnya kekayaan alam Danau Toba adalah warisan yang harus kita jaga dan asset yang tak ternilai harganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H