Mohon tunggu...
Amilatun Najikha
Amilatun Najikha Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi Fisip di UIN Walisongo Semarang

ALLAH selalu punya rencana di balik setiap proses yang sedang kita alami saat ini. Maka nikmatilah, setialah berjalan bersama-Nya. kamu takkan kecewa, kamu akan bersyukur atas segala hal yang terjadi. "Togetherness for Higher Achievement".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Perempuan dalam Menghadapi Tantangan Era Modernisasi

24 Juni 2019   23:50 Diperbarui: 24 Juni 2019   23:58 2099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Amilatun Najikha ( 1706026026 )

Email : najikhaamilatun@gmail.com

 

Perempuan di zaman dahulu dianggap sebagai orang yang lemah karena hanya mampu menyelesaikan pekerjaan domestiknya sebagai ibu rumah tangga seperti memasak, mencuci, menyetrika, menjaga kebersihan, kerapian rumah, membimbing belajar anak-anak dan sebagainya. Pekerjaan domestik yang berat tersebut dilakukan bersama-sama dengan fungsi reproduksi, haid, hamil, melahirkan, dan menyusui. 

Ada pula perempuan yang melanjutkan untuk bekerja namun tidak boleh jauh dari orangtuanya, karena perempuan dianggap lemah lembut baik secara fisik maupun psikis, dikhawatirkan tidak mampu menjaga dirinya dengan baik. 

Anggapan tersebut kemudian diwariskan secara turun-temurun pada anak cucu. Hingga hal tersebut memberikan pelabelan dan perlakuan khusus bagi perempuan, yang biasanya lebih banyak membatasi dan merugikan perempuan. Citra perempuan dengan berbagai aspek negatifnya yang akhirnya mendarah daging

Namun seiring perkembangan teknologi dan zaman modernisasi, hingga menyebabkan peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan di kalangan perempuan membawa adanya perubahan posisi pada perempuan. 

Pendidikan yang diperoleh perempuan akan membawa dirinya sejajar dengan kaum laki-laki, sehingga tidak heran jika saat ini pendidikan untuk perempuan juga sangat dianjurkan karena dapat menjadikan perubahan peran perempuan dalam ranah pembangunan nasional. 

Hal tersebut terbukti bahwa saat ini memang banyak perempuan yang bekerja seperti menjadi Bidan, Polisi, Dokter, Atlit dan sebagainya, kemampuan perempuan juga bisa diseimbangkan dangan laki-laki tergantung dari sikap kritis dan aktifnya perempuan tersebut dalam menggali potensi dirinya. Pendidikan yang semakin tinggi, maka kualitas perempuan tersebut semakin dihargai oleh kalangan masyarakat luas.

Ketidakadilan gender yang dialami oleh kaum perempuan bersumber pada keyakinan gender masyarakat yang menempatkan posisi perempuan berada dibawah laki-laki. Masalah gender seperti ini sudah ada sejak zaman dahulu karena budaya yang mengakar di kalangan masyarakat luas terutama pedesaan menganggap bahwa perempuan hanya dapat melakukan sesuatu yang ada didalam rumah, ini menjadi kebiasaan turun temurun yang sulit di hilangkan. 

Banyak yang menganggap diskriminasi gender seperti ini adalah hal yang biasa, sehingga kebanyakan mereka tidak merasa di diskriminasi dan menganggapnya sebagai kodrat perempuan. Hubungan yang sub-ordinasi tersebut hampir dialami oleh semua perempuan di Indonesia karena adanya pengaruh dari ideologi patriarki yang berkembang di Indonesia, selalu menempatkan kekuasaan dan tanggungjawab sepenuhnya berada di tanggan laki-laki dan menempatkan perempuan ada di posisi paling bawah.

Kaum femins berjuang untuk menuntut kedudukan yang sama antara perempuan dengan laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan agar terhindar dari keadaan yang sub-ordinasi tersebut. Oleh sebab itu dengan kesetaraan hak dan kewajiban perempuan dalam menghadapi tantangan global saat ini memang diharuskan dapat memerankan tugas domestik dan publik secara seimbang, untuk peran domestik yaitu menjaga anak-anak dan anggota keluarganya terutama dalam mengatasi masuknya informasi global  yang bebas dan akan membawa pengaruh yang buruk pada tata nilai keluarga. 

Karena membangun dan menanamkan nilai keimanan dan ketaqwaan keluarga terutama anak-anak adalah tanggung jawab antara suami dan isteri agar keharmonisan keluarga selalu terjaga. 

Di sektor publik, banyak hal yang dapat diperankan oleh perempuan, karena mereka mempunyai banyak pilihan yang menurut evaluasi pribadi akan sesuai dengan kemampuan dirinya sehingga bermanfaat untuk dirinya, keluarga, dan masyarakat. 

Untuk dapat memerankan diri secara seimbang di sektor domestik dan publik tentunya upaya untuk meningkatkan kualitas diri kaum perempuan perlu disertai penciptaan dukungan sistem sosial yang memungkinkan perempuan dapat memenuhi tuntutan formal obyektif lingkungan kerja agar menunjukkan prestasi sedangkan di sektor domestik, perempuan dapat membina interaksi sosial keluarganya secara seimbang dalam suasana harmonis.

R.A Kartini adalah sosok wanita yang menjadi penggerak emansipasi perempuan, agar hak dan kewajiban perempuan atas pendidikannya dahulu dapat dirasakan, karena pada zaman penjajahan tentunya perempuan selalu direndahkan derajatnya dibandingkan kaum laki-laki, dan dulu yang berhak mendapat pendidikan adalah kalangan bangsawan, sehingga terjadi deskriminasi terhadap kaum perempuan yang sama sekali tidak bisa mendapatkan pendidikan dengan baik. 

Dengan alasan tersebutlah, R.A Kartini menginginkan agar perempuan diberikan kesempatan untuk menunjukkan kualitas dirinya atas ilmu yang dimilikinya lalu menerapkannya dalam kehidupan. Kondisi perempuan saat ini jelas sangat berbeda dengan zaman dahulu. Jika sekarang wanita sudah merasakan kebebasan atas hak dan kewajiban mereka, sehingga mereka bebas menentukan ingin menjadi wanita karier atau wanita yang hanya menyelesaikan pekerjaan domestiknya.

Di era modernisasi ini, penanganan peranan perempuan perlu dibangun secara berkelanjutan agar lebih mampu menghadapi tantangan global dan tuntutan nasional yang semakin berkembang. 

Pemikiran tersebut terangkum dalam paradigma baru yang diharapkan mampu menggerakkan perubahan cara pandang, inisiatif langkah-langkah strategis dan kongkrit dalam upaya pemberdayaan perempuan Indonesia di segala bidang kehidupannya. 

Paradigma baru itu merupakan paradigma dalam menatap fungsi dan peran perempuan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun