Mohon tunggu...
Amilatun Najikha
Amilatun Najikha Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi Fisip di UIN Walisongo Semarang

ALLAH selalu punya rencana di balik setiap proses yang sedang kita alami saat ini. Maka nikmatilah, setialah berjalan bersama-Nya. kamu takkan kecewa, kamu akan bersyukur atas segala hal yang terjadi. "Togetherness for Higher Achievement".

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Mode Pakaian Anak Remaja Indonesia di Era Millenial

19 Juni 2019   21:40 Diperbarui: 20 April 2021   11:40 10149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trend fashion di era globalisasi. | marieclaire.com

Seiring berkembangnya arus globalisasi saat ini membuat masyarakat Indonesia hampir kehilangan kebudayaan mereka sendiri terutama di kalangan remaja, karena banyak remaja yang menganggap budaya yang dimiliki bangsa sendiri adalah budaya yang kuno, salah satunya dalam bidang berpakaian. 

Hal ini disebabkan karena semakin pesatnya arus modernisasi di Indonesia memudahkan pengaruh perubahan sosial pola pemikiran masyarakat Indonesia yang awalnya tradisional menjadi modern, peristiwa ini sebenarnya memberikan dampak positif dan negatif dalam perkembangan di era milenial ini. 

Modernisasi adalah proses masa kini atau menuju masyarakat modern, dalam hal ini menyebabkan sebuah tantangan yang membawa pengaruh bangsa Indonesia kepada perilaku peniruan budaya barat, hal ini terjadi pada generasi milenial yang kini lebih menyukai produk luar negeri daripada dalam negeri.

Pakaian adalah bahan tekstil yang digunakan oleh tubuh sebagai kebutuhan pokok manusia selain makanan, adanya modernisasi membuat gaya berpakaian masyarakat Indonesia semakin berubah. 

Pada dasarnya masyarakat memakai baju panjang, memakai batik, jarik, dan kebaya sebagai ciri khas budaya lokal. Tetapi saat ini masyarakat Indonesia cenderung menggunakan pakaian dengan meniru-nirukan gaya orang barat, sedangkan produk sendiri kebaya atau batik mulai ditinggalkan, hal ini berawal ketika bangsa Eropa melakukan kolonialisasi di Indonesia yang membuat masyarakat peka terhadap gaya mode terlebih-lebih perkembangan teknologi informasi saat ini yang menjadi peluang bangsa Indonesia untuk melakukan peniruan terhadap mode berpakaian bangsa barat (Hanitzch, 2011, hal. 307).

Selain itu banyak masyarakat beranggapan bahwa pakaian produk Indonesia tidak nyaman dan ruwet cara pemakaiannya, anak muda kini lebih menyukai pakaian dari budaya luar yang terkesan simpel dan mudah dipakai. Pandangan yang beranggapan bahwa memakai busana Indonesia itu tidak nyaman dan menyulitkan dalam beraktivitas, itu menjadikan perilaku westernisasi, maka pada saat globalisasi  berkembang sangat pesat menjadikan bangsa Indonesia cenderung lebih mudah mengakses pemberitahuan dari luar. 

Kebudayaan berpakaian di Indonesia era globalisasi ini merupakan gaya berpakaian yang telah merubah masyarakat cenderung memilih produk luar negeri dibandingkan dengan produk dalam negeri.

Baca Juga: Trend 2021 Fashion Pakaian yang Nyaman  

Modernisasi merubah total budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam melakukan gaya berpakaian. Hal ini terlihat bahwa masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan seperti layaknya artis, pemain sinetron yang biasanya menggunakan pakaian mini dan menampakkan auratnya kemana-mana layaknya pakaian yang kekurangan bahan, tetapi mereka menganggap hal tersebut sebagai trend kekinian dengan designer terkenal yang membuat pakaian itu terlihat menarik di dunia entertainment.

Padahal bahan yang digunakan oleh beberapa designer itu sebagai pakaian Indonesia tidak sesuai dengan kondisi lingkungan di Indonesia. Akibatnya akhir-akhir ini penjahit usaha konveksi di Indonesia jarang diminati karena mereka lebih memilih designer yang lebih handal dalam memproduksi pakaian sesuai gaya kebarat-baratan yang dianggap trend kekinian, hal ini tentu saja membuat sebagian masyarakat yang berprofesi sebagai penjahit akan mengalami pengangguran apalagi masyarakat di luar sana yang hakikatnya memberikan lapangan pekerjaan namun sebaliknya malah menyumbat pekerjaan. 

Dampak westernisasi yaitu lebih mudahnya kehadiran impor pakaian bekas yang tidak semua golongan mengalami dampak positif dari peristiwa itu, banyak masyarakat industri kecil makin sulit berkembang karena maraknya perdagangan pakaian bekas impor.

Adapun faktor penyebab westernisasi yang semakin berkembang di Indonesia, salah satunya teknologi informasi mengakibatkan masyarakat Indonesia mudah mengakses lebih luas tentang model berpakaian mereka, melalui informasi yang pesat menjadikan masyarakat mudah menjangkau informasi untuk peniruan terhadap budaya bangsa barat. 

Ada pula faktor pendidikan, semakin maju pendidikan di Indonesia menjadikan para pelajar untuk melanjutkan studinya ke luar negeri sehingga menyebabkan pelajar mengadopsi budaya-budaya luar yang telah menjadi keseharian mereka berinteraksi dengan masyarakat luar sehingga saat kembali ke Indonesia, pelajar tersebut masih membawa pengaruh mode dari luar negeri dan ditiru oleh masyarakat sekitar.

Selain itu masih banyak faktor yang mempengaruhi pola pemikiran masyarakat Indonesia, sehingga menjadikan sebuah dampak bagi pola perilaku dan pola pikir mereka tentang adanya westernisasi. 

Bahkan saat ini masyarakat Indonesia melunturkan budaya mereka dengan menghilangkan pasar tradisional dan lebih memilih berbelanja di Online Shop, karena tanpa harus keluar berbelanja menghabiskan waktu banyak. 

Tetapi hal tersebut dapat menghilangkan akses tatap muka dan menghilangkan budaya pola pikir manusia dalam proses interaksi yang terjalin baik diantara masyarakat. Yang seharusnya masyarakat sebagai makhluk sosial, membutuhkan satu sama lain. Kini menjadi lebih cenderung individual dan jarang melakukan interaksi dengan sesamanya.

Dampak westernisasi dalam bidang cara berpakaian masyarakat Indonesia membuat pola perubahan sosial hingga melunturkan rasa nasionalisme terhadap bangsanya sendiri. Nilai-nilai budaya yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia sendiri lambat laun akan menjadi budaya yang hilang, bahkan terkesan budaya asli dibiarkan mati, karena memunculkan rasa munafik, feodal, malas, tidak bertanggung jawab, gengsi ketinggalan dengan trend kekinian dan lain sebagainya. 

Pola tingkah laku masyarakat dalam melakukan transaksi penjualan pakaian lebih menyukai belanja online shop dibandingkan harus datang langsung ke pasar. Hal ini tentunya mengakibatkan rasa individualistik pada diri masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Ubah Mode Fast Fashion Menjadi Eco-Fashion

Dampak-dampak westernisasi di bidang cara berpakaian masyarakat Indonesia membuat kebudayaan tergantung pada kemampuan penalaran, skill, dan manajemen masyarakat khususnya kaum muda generasi milenial hingga pada akhirnya masyarakat Indonesia mengalami krisis kebudayaan. 

Kebudayaan sendiri menurut Koentjaraningrat (2009: 144) adalah sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dunia manusia dengan belajar. 

Jika masyarakat Indonesia mengalami modernisasi yang berdampak pada westernisasi maka akan mengakibatkan hilangnya jati diri yang telah dibangun melalui belajar, hal ini membuat kebudayaan bangsa Indonesia sengsara, selain itu pula nilai-nilai solidaritas tentang gotong royong mengalami kelunturan dan menurun karena adanya westernisasi yang dilakukan oleh bangsanya sendiri, di bidang ekonomi saja mampu membuat masyarakatnya menjadi bersikap individualistik karena desakan persaingan ekonomi yang kuat.

Saat terjadi produk bangsa ini dibajak, diambil oleh negara lain baru akan memunculkan reaksi marah dan tanpa disadari kita tidak pernah bisa merawat kebudayaan bangsa kita sendiri terutama di bidang kecil kebutuhan pokok seperti cara berpakaian. 

Dari berbagai dampak perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Indonesia menjadi tantangan sendiri bagi kita sebagai penerus bangsa hendaknya mampu menciptakan rasa Nasionalisme di dalam diri kita sehingga kita lebih mencintai budaya sendiri dibandingkan budaya luar, perlu adanya perubahan dalam menyikapi hal tersebut terutama para generasi milenial agar dapat mencintai produk dalam negeri.

DAFTAR PUSTAKA

  • Hanitzch, T. (2011). Kritik Budaya Komunikasi: Budaya, Media, dan Gaya Hidup Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra.
  • Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rhinneka Cipta.

Amilatun Najikha ( 1706026026 )
najikhaamilatun@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun