Mohon tunggu...
amie retna wulan dewi
amie retna wulan dewi Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Saya seorang wiraswasta yang semula menjadi karyawan swasta. Hobi saya menulis, membaca, dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pengalaman Pertama Saya Naik "Go-Car"

1 Oktober 2018   10:57 Diperbarui: 1 Oktober 2018   12:09 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi, dan kebutuhan masyarakat, transportasi berbasis online tak bisa lagi dibendung keberadaannya di dalam kehidupan masyarakat. 

Meski awal kehadirannya di berbagai kota sempat diwarnai kontroversi bahkan kisruh dan konflik dengan para tukang ojek pangkalan dan sopir angkutan kota, namun seiring berjalannya waktu, tak bisa dipungkiri, keberadaan transportasi berbasis online malah semakin digandrungi oleh masyarakat karena kemudahan, kenyamanan, dan keamanannya, selain menawarkan tarif yang relatif terjangkau.

Lalu apakah anda termasuk salah satu pengguna transportasi berbasis online ini? Kalau saya sendiri terus terang sebelumnya belum pernah memakai jasa transportasi online, baik motor maupun mobil. Bahkan "aplikasi"nya pun belum saya instal di smartphone saya. Alasannya karena saya belum membutuhkan jasa transportasi online tersebut dalam kehidupan sehari-hari saya. Selama ini saya biasa mengendarai motor sendiri atau diantar jemput suami setiap kali keluar rumah untuk suatu keperluan.

Lain halnya dengan kakak saya. Ia telah memiliki aplikasi "Go-Jek" di smartphonenya, dan telah beberapa kali menggunakan jasa transportasi online ini, baik motor maupun mobil. 

Hingga akhirnya kemarin ketika hari minggu, saya kesampaian juga naik transportasi online untuk pertama kalinya, ketika sedang "hang out" bersama keluarga (tanpa kehadiran para suami). Namun kakak sayalah yang memesannya. Karena jumlah kami berempat, yaitu saya, kakak saya dan anaknya, juga ibu saya, maka ia memutuskan untuk memesan "Go-Car", supaya lebih praktis dan nyaman. 

Waktu itu kami berempat baru selesai berolahraga sambil bermain di sebuah Lapangan Utama di kota Tasikmalaya, yang bernama "Lapangan Dadaha". Saat itu cuaca cukup panas dan suasana di sekitar tempat itu sangat ramai oleh kerumunan orang dan lalu lalang kendaraan.

Akhirnya kakak saya berhasil mendapatkan mobil yang ia pesan, dan telah tertera harga yang harus dibayar untuk sampai ke rumahnya sebesar 21.000 rupiah. Di sana juga tertera nama sopir, jenis mobil dan plat nomor mobilnya. Ia menyebut merk mobil si sopir online tersebut adalah "Toyota Calya".

Setelah berkomunikasi melalui telepon, disepakati tempat kami berempat menunggu si Sopir, yaitu di trotoar depan stadion bulu tangkis "Susi Susanti". Si Sopir sendiri mengatakan jika ia sedang berada di depan sebuah rumah makan yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari tempat kami menunggu.

Karena kondisi jalanan yang lumayan macet, maka kami menunggu si sopir cukup lama, mungkin hampir sepuluh menit. Saat kami sedang berdiri menunggu tersebut, tiba-tiba sebuah mobil yang ukurannya besar dan terlihat bagus dengan warna silver mengkilap berhenti di seberang kami. Lalu si sopir tersenyum ke arah kami dari balik kemudinya melalui kaca mobil yang terbuka. 

Tanpa pikir panjang, kakak saya berkata bahwa mobil itu adalah mobil yang ia pesan. Maka ia pun segera bergegas menyeberang menghampiri mobil tersebut yang diikuti oleh yang lainnya termasuk saya.

Saat menghampiri mobil tersebut, baik saya maupun kakak saya sempat melihat merk mobil itu dari belakang, yang disitu tertera "Mitsubishi Expander". Meski agak heran dengan merk mobil tersebut yang tidak sama dengan yang tertera di orderan, namun kami berempat tetap masuk ke dalam mobil, dan kakak saya justru terlihat girang dan bersemangat saat memasuki mobil itu.

Ketika kami semua sudah berada di dalam mobil, si sopir bertanya kepada kakak saya yang duduk di depan,"Ibu yang bernama Wulan Sari?" yang malah spontan dijawab "iya" oleh kakak saya. Entah karena suara si sopir kurang jelas terdengar oleh telinga kakak saya, atau karena ia merasa kegirangan menaiki mobil bagus. Namun saya yang mendengar jelas pertanyaan si sopir langsung berkata "bukan". Dan ternyata kami memang salah masuk mobil pesanan! 

Lalu sambil tertawa geli kami berempat pun turun dari mobil, dan bersamaan dengan itu dua orang gadis yang masih belia bergegas menghampiri mobil tersebut dengan wajah terlihat panik. Rupanya merekalah yang sebenarnya memesan mobil Go-Car tersebut!

Kami berempat pun kembali menunggu mobil pesanan Go-Car kami. Hingga kemudian terlihat sebuah mobil yang berukuran lebih kecil melaju perlahan di seberang kami. Ibu berkata bahwa mungkin itu mobil pesanan kakak saya, namun kakak saya berkata bukan. Mobil tsb bermerk "Datsun Panca Go(+)" warna dasar putih dengan modifikasi polet kuning dan hitam di badannya. 

Ketika mobil tersebut berhenti tepat di seberang kami dan si sopir melambaikan tangannya, kakak saya berteriak kepada sopir bahwa ia sudah memesan mobil lain. Namun ketika ia menelepon si sopir pesanannya, ternyata si sopir itulah yang menerima telepon darinya! Dan ternyata memang sopir itulah yang tadi menerima orderan dari kakak saya.

Akhirnya kami pun benar-benar mendapatkan mobil pesanan kami, meskipun tetap berbeda jenis dan merk mobil dengan yang tertera di orderan. Kakak saya terlihat agak kecewa, namun apa daya. Hingga akhirnya kami pun sampai ke rumah dengan selamat menggunakan mobil Go-Car tersebut.

Apa yang terjadi saat itu menjadi pengalaman pertama saya menaiki transportasi online, yang kebetulan jenisnya mobil. Pengalaman yang cukup menggelikan sekaligus menjadi pelajaran berharga, agar lebih cermat dan teliti dalam menerima mobil orderan yang datang. Sebelum buru-buru naik tanyakan lagi kepada sopir online tersebut apakah benar ia sopir pesanan kita. Jangan karena "terpukau" oleh tampilan mobil atau motor yang datang, asal naik saja. Begitupun dengan si sopir. 

Komunikasikan dengan baik kepada "customer" tentang segala hal yang berkaitan dengan orderan sebelum si customer tsb menaiki kendaraannya. Begitupun bila terdapat perbedaan jenis, merk, dan plat nomer kendaraan dari yang tertera di aplikasi dengan kendaraan sesungguhnya yang saat itu ia kemudikan. Jangan sampai Si Customer "Ke-GR-an" duluan karena mendapatkan pesanan kendaraan yang bagus(baik motor atau mobil), namun akhirnya malah menanggung malu.

Saya jadi berpikir ternyata transportasi online khususnya mobil ini ternyata memberikan manfaat lain bagi masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah yang belum mampu membeli mobil pribadi, termasuk saya dan keluarga saya. Manfaatnya itu adalah kami bisa merasakan "sensasi" menaiki mobil serasa mobil pribadi(walaupun hanya sebentar saja) apalagi telah disediakan sopir, layaknya seperti orang kaya saja! Apalagi bila jenis, merk, dan tampilan mobilnya berkelas dan bagus seperti mobil yang pertama datang dan kami naiki sebelumnya itu, Hmm...

Saya juga jadi berpikir, pantas saja orang yang memiliki mobil bermerk dan mahal, apalagi mobil "mewah", merasa bangga dengan mobil yang ia miliki dan ia naiki tersebut, dan seringkali menjadi pamer dan takabur. Namun tentu saja hal itu bukan hal yang baik dan tidak layak untuk dicontoh. Bagaimanapun juga, semua harta yang kita miliki adalah "sementara" dan titipan dari Tuhan. Jangan sampai harta membuat kita "lupa diri", bertepuk dada, dan menyakiti perasaan orang lain, terutama orang yang tidak mampu. Dan tentu saja, harta juga jangan membuat kita melupakan "Sang Pencipta", dan justru harus kita gunakan untuk beramal dan bersedekah sebanyak-banyaknya, sebagai bekal kita bila berpulang ke Hadirat-NYA.

Lalu, bagaimana pengalaman pertama anda menaiki transportasi online? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun