Mohon tunggu...
amie retna wulan dewi
amie retna wulan dewi Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Saya seorang wiraswasta yang semula menjadi karyawan swasta. Hobi saya menulis, membaca, dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan "Telat" Menikah, Apakah Salah?

13 September 2018   22:56 Diperbarui: 14 September 2018   07:41 2343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada juga perempuan yang selalu serius setiap menjalani hubungan dengan laki-laki, bahkan sampai bertahun-tahun, namun tak juga menikah hingga usia tertentu, (katakanlah usia 35 tahun ke atas). Setiap menjalani hubungan selalu kandas di tengah jalan. Ada saja kendala yang dihadapi oleh si perempuan, hingga ia seakan terombang-ambing dalam sebuah keadaan yang tidak pasti. 

Namun ada juga perempuan yang terlihat senang melajang, bebas bepergian ke tempat manapun, memiliki teman yang banyak dan pergaulan yang sangat luas, mereka seakan tak peduli dengan pertambahan usia, status pernikahan, atau gunjingan orang, dan mereka tampak baik-baik saja hidup tanpa pasangan. 

Beberapa contoh tsb mungkin hanya sedikit kasus yang terjadi pada perempuan yang dianggap telat menikah. Namun dari beberapa orang teman dekat saya yang kebetulan mengalami kondisi tsb, yang saya tahu mereka sebenarnya tidak pemilih, tidak menutup diri, bahkan mereka selalu mencoba menjalani hubungan serius dengan laki-laki, namun bila ternyata mereka belum juga naik ke jenjang pernikahan, tentu hal itu di luar "kuasa" mereka. 

Bukankah pernikahan harus ada kesepakatan dan itikad baik dari kedua belah pihak? Tentu pernikahan bukan sesuatu yang bisa dipaksakan. Bahkan sejujurnya mereka sering merasa kesepian dan seakan "merana" karena tak memiliki "tambatan hati", namun tak ada yang bisa mereka lakukan.

Lalu jika kondisinya seperti itu, layakkah para kaum perempuan dalam kondisi tsb terus dibebani dengan pertanyaan, "kapan menikah?!" atau hanya dengan guyonan, "truk aja gandengan, masa kakak ngga?!" atau... "ngga takut keburu kiamat belum menikah?!"

Guyonan-guyonan tsb sama sekali tak terasa lucu bagi mereka, meski mungkin mulut mereka tersenyum kecil. 

Dan salahkah jika mereka mengalami kondisi seperti itu? Secara psikis, biologis, moral, dan sosial mereka seakan terus dihakimi. Khusus untuk biologis, ada anggapan bahwa perempuan yang menikah di atas usia 35 tahun akan sulit hamil dan memiliki keturunan. Namun hal itu tentu tak bisa dijadikan patokan. Karena banyak juga perempuan yang menikah di usia 20 tahunan namun hingga bertahun-tahun belum memiliki keturunan.

Lalu yang paling menyakitkan, secara "agama", para perempuan tsb pun seakan "terpinggirkan", karena ajaran agama yang mengatakan bahwa "menikah adalah ibadah". Namun tentu hal itu bukan berarti menjadi dalil kita untuk menghakimi mereka sebagai orang yang tidak taat beragama. 

Justru sebaliknya, banyak diantara mereka yang sangat taat beragama dan rajin beribadah, namun sekali lagi, soal jodoh tentu bukan menjadi "wewenang" mereka. Dan bila bicara soal "ibadah", masih banyak ibadah lain yang diajarkan oleh agama, dan soal ibadah tentu menjadi urusan setiap individu dengan "Sang Pencipta". 

Jadi kesimpulannya, bagi perempuan yang mungkin dianggap telat menikah, apakah itu menjadi sebuah "Pilihan", atau karena "Keadaan", semuanya tentu kembali pada individu masing-masing. Tetap Tegar bagi yang menjalaninya sebagai "Pilihan", dan tetap Bersabar bagi yang menjalaninya sebagai "Keadaan".

Bukankah Jodoh, Jalan Hidup, Rejeki, dan Maut telah diatur oleh Sang Khalik? Jadi mengapa kita yang hanya sesama manusia harus "beropini negatif" tentang semua itu, bahkan harus menghakiminya seolah kita yang paling benar dan paling baik di hadapan-NYA?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun