Apalagi saat ini, di mana wabah "gadget" menyebar luas ke mana-mana, tidak hanya di daerah perkotaan, namun juga hingga ke pedesaan, tidak hanya orang dewasa, namun juga anak-anak, membuat radio seperti nyaris tak "dikenal" oleh kalangan anak zaman sekarang.
Saat ini yang terlihat justru hampir semua orang "disibukkan" dengan smartphonenya, terutama kalangan muda dan remaja. Dan kalaupun telinga mereka dipasangi headset, pasti bukan radio yang mereka dengarkan, melainkan lagu-lagu dari "playlist" di handphone mereka.
Memang, mendengarkan radio seolah menjadi kegiatan yang langka, apalagi hobi. Masa iya di zaman serba canggih seperti sekarang masih saja hobi mendengarkan radio?! Mungkin begitu pikiran mereka.
Namun saya justru sebaliknya. Dengan segala hingar bingar kemajuan teknologi, saya termasuk orang yang setia dengan hobi jadul saya, yaitu mendengarkan radio.
Bagi saya, radio seperti menjadi saksi bisu perjalanan hidup saya dan memiliki histori panjang dalam hidup saya.
Saya tidak ingat kapan pertama kali saya mulai mendengarkan radio. Mungkin ketika saya masih sangat kecil dan masih tinggal di Karawang.
Namun yang pasti, ketika saya dan keluarga saya pindah ke kota Subang(ketika itu umur saya 5,5 tahun), radio seperti telah menjadi "bagian penting" dalam kehidupan keluarga kami.
Saat itu kami belum memiliki televisi. Jadi sebagai pengisi waktu, setiap malam, saya, kakak saya, dan ibu saya yang sedang menunggu kepulangan ayah bekerja, berkumpul di dalam kamar sambil mendengarkan radio yang waktu itu bentuknya kecil.
Kami sangat serius mendengarkan acara radio favorit kami yaitu Dongeng Sunda (dengan pendongeng tenar asal jawa barat bernama "Ua Kepoh") atau juga sandiwara radio (seperti Brama Kumbara, Saur Sepuh, dsb). Bahkan drama horor legendaris berjudul "Misteri Nini Pelet" yang suara tawanya selalu membuat bulu kuduk berdiri.
Begitupun bila pagi hari, kami selalu mendengarkan radio yang acaranya sama, yaitu Dongeng Sunda (namun berbeda judul).
Bila siang hari acaranya lagu-lagu, dan sore hari kembali acara dongeng sunda dan sandiwara radio. Begitu seterusnya selama bertahun-tahun, seolah tak ada bosannya.