Mohon tunggu...
Amie Primarni
Amie Primarni Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Pemerhati Pendidikan Holistik

Amie Primarni Dr, lahir dan tumbuh besar di Jakarta. Ayahnya M. Tabrani asli Pamekasan, Madura. Ibu Siti Sumini asli Jogjakarta. Aktif sebagai Dosen, Pemerhati Pendidikan Holistik dan Komunikasi. Penulis Prolifik. Pemilik Mata Pena School. Penggagas Komunitas Dosen Menulis. Ketua Divisi Neurosains Pendidikan SINTESA. Anggota Asosiasi Penulis dan Editor, Assosiati Penulis Penertbit Pergurian Tinggi,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dua Suhu Turun Gunung

17 September 2021   19:00 Diperbarui: 17 September 2021   19:07 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Catatan Kopdar 7 Sahabat Pena Kita.

Dr. Amie Primarni


GAYA MENULIS TRANSENDEN : Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara  

Waktu terus berjalan, tak terasa satu setengah tahun berlalu dimasa Pandemi Covid19. Komunitas Sahabat Pena Kita tetap bisa eksis dan menggelar kopdar demi kopdar dengan sangat mengesankan.

Sebenarnya saya bingung mau menulis apa. Semua nara sumber di Kopdar Sahabat Pena Kita itu adalah sosok terpilih.Tokoh-tokoh sekaliber Haidar Bagir, Habiburahman, .misalnya di kopdar 6 menjadi nara sumber yang mampu membangkitkan rasa bahasa yang melecut semangat Literasi.

Kopdar 7, lebih-lebih lagi. 

Prof Dr. Mulyadhi  Kertanegara yang mampu menulis 3200 lebih halaman buku dengan menulis tangan bukanlah sembarang orang. Tak banyak orang  yang bisa melakukan hal demikian.

Kedua Suhu Literasi  di Kopdar 7  Prof. Dr Mulyadhi Kertanegara dan Mas Gol A Ging ini punya menu lengkap yang bergizi.Ketika keduanya turun gunung maka menunya jadi tak hanya lengkap bergizi, namun lezat dan memuaskan, karena saling melengkapi

Beliau amat sangat mencerminkan cinta terhadap dunia tulisan. Wajahnya yang sumringah, gaya bicaranya yang lugas apa adanya, mencerminkan jiwa yang bersih dan bebas merdeka. 

Ternyata dalam pemaparannya beliau menyampaikan bahwa beliau memang selalu menulis tanpa beban. Apa maksud tanpa beban, menulis saja dan jangan gunakan pikiran tapi gunakan hati. Hatilah yang mampu menggerakkan pena. Jika kita menulis dengan hati akan sampai ke hati.

Buku-buku yang beliau tulis, beliau tujukan untuk mudah dipahami oleh siapa pun yang berminat. Sebagai seorang yang ahli dalam bidang Filsafat dan Tasawuf, ilmu yang tak mudah dipahami semua orang, beliau mencoba menuliskannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Keahlian beliau dalam bahasa arab  inggris ,dan parsi memang menjadi kunci kayanya kosa kata dan rasa bahasa yang beliau miliki. 

Kemampuan bahasa asing ini memudahkan beliau mengakses banyak sumber bacaan utama sehingga pantas jika akhirnya para pembaca bisa mendapatkan penerangan yang sangat bagus.

Takjub melihat karya beliau, dan salut atas kegigihan beliau dalam membagi ilmunya hingga ke akar rumput, kerendahan hati beliau nampak dari cara beliau menyapa kami semua, dan sangat terbuka untuk menerima sesuatu yang baru dibuktikan langsung saat kopdar 7, dimana beliau sangat antusias untuk berkolaborasi bersama penulis lain.

Gaya menulis beliau sangat sufistik, beliau menyebutnya transenden - melibatkan hati - namun dikemas dengan bahasa yang mengalir ringan membuat karyanya enak dibaca. Dibalik pilihan diksi yang terkesan mudah dipahami, saya yakin ini kerja cerdas dan kerja hati yang luar biasa. 

Kata beliau, saat menulis gunakan hati, agar sampai ke hati pembaca. Saya sungguh sangat sepakat. Saya pun demikian, lebih menyukai menulis dengan hati ketimbang dengan pikiran. Menulis dengan hati memiliki ruh, memiliki rasa bahasa yang mudah menyentuh hati, sehingga ikatan penulis dan pembaca menjadi intens.

Menulis dengan hati,  apalagi dilakukan dengan  menulis tangan seperti yang dilakukan beliau  saya yakin sungguh memberikan energi yang luar biasa. Saya menyebutnya menulis Home Made. Umumnya, karya-karya home made, memiliki cita rasa tinggi. Sebab dibuat dengan sentuhan hati yang tinggi.

Aah. Prof, jika diperbolehkan untuk iri hati, saya sungguh iri hati dengan cara Prof yang mampu berekspresi sedemikian orisinal dengan cara dan  karya-karyanya.Saya tak punya kata-kata yang pas untuk menggambar sosok beliau. Doa saya saja untuk beliau, semoga semua ukiran tangan Prof, menjadi rekam jejak yang abadi.

Menulislah dengan bahagia dan membahagiakan.


GAYA BERPIKIR HOLISTIK : GOL A GONG


Gol A Gong, dikancah literasi siapa yang tak kenal beliau dengan visi yang kuat, sehingga cita-citanya terwujud dalam Rumah Dunia. Saya sendiri telah lama mengenal  nama beliau, tapi baru tahu sosoknya pada saat kopdar.

Mendengar suaranya pertama kali di acara kopdar, sudah membuat saya jatuh hati. Mengapa, bagi saya beliau adalah sosok eksekutor yang kreatif. Ide beliau tidak diranah imajinasi saja, namun sampai pada ranah realita yang mudah dilihat, dirasa oleh banyak orang. Ide-ide liarnya tereksekusi dengan baik. Beliau mampu meramu konsep dan membangun gagasan menjadi wujud nyata, tak banyak orang bertype generalis spesialis seperti beliau. 

Dan cara berpikir khas generalis spesialis ini mengindikasikan bahwa  beliau  sosok yang berpikir sangat holistik. Satu ide, bisa mencakup banyak hal. Satu ide, bisa mengakomodir banyak aktifitas.

Beliau adalah sosok writerpreuner sejati. Mampu mendiversifikasi produk buku, menjadi banyak turunannya. Sebuah inspirasi yang luar biasa. Namun, dibalik gayanya yang santai, beliau adalah sosok intelektual yang menyadari betul bahwa menulis sejatinya adalah kerja intelektual. Beliau melakukan riset untuk memperkuat atau menemukan ide menulisnya. 

Dan ini benar, tidak ada tulisan tanpa data dan fakta. Saya senang sekali mendengar pemaparannya bahwa dalam setiap tulisan beliau selalu melakukan aktifitas  mencari data, fakta, dokumen. Kemudian mengendapkannya sekian lama, sebelum menjadi sebuah karya.

Ya, beberapa buku yang lahir terkadang dibuat jauuuh dari  lahirnya. Proses hibernasi, pengendapan, perenungan, penghayatan ini menjadi proses pemasakan yang membuat tulisan menjadi matang pada waktunya, dan menjadi nikmat dibaca.

Gaya bicara beliau yang lugas dan apa adanya penuh dengan spontanitas, menunjukkan betapa kreatifnya beliau untuk menunjukkan bahwa tulisan,bacaan dan buku, bukanlah hal sepele. Satu bacaan bisa menghasilkan manusia unggul.Satu tulisan bisa mengubah hidup seseorang, satu buku boleh jadi bisa mengubah dunia.

Semangat dan kecintaannya di dunia literasi nampak dari binar matanya yang bersinar kala bercerita tentang menulis, membaca dan buku. Seolah-olah beliau tenggelam bersamanya. 

Latar belakang jurnalistik yang dimiliki dan ditekuninya sebagai jurnalis, sangat mendukung beliau untuk mampu bukan hanya menulis namun mengungkapkan gagasan-gagasan unik, ide-ide segar, pikiran-pikiran out of the box. Dan keberaniannya untuk menjadi beda, menempatkan beliau pada jajaran sedikit tokoh yang ada.

Aah, Mas Gol A Gong semoga saya tetap bisa mendapatkan semangatnya dalam berliterasi.


Kopdar 7, Zoom
7 Agust 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun