Mohon tunggu...
Amie Primarni
Amie Primarni Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Pemerhati Pendidikan Holistik

Amie Primarni Dr, lahir dan tumbuh besar di Jakarta. Ayahnya M. Tabrani asli Pamekasan, Madura. Ibu Siti Sumini asli Jogjakarta. Aktif sebagai Dosen, Pemerhati Pendidikan Holistik dan Komunikasi. Penulis Prolifik. Pemilik Mata Pena School. Penggagas Komunitas Dosen Menulis. Ketua Divisi Neurosains Pendidikan SINTESA. Anggota Asosiasi Penulis dan Editor, Assosiati Penulis Penertbit Pergurian Tinggi,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemerdekaan dan Kebebasan

22 Agustus 2019   13:30 Diperbarui: 22 Agustus 2019   13:36 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dr. Amie Primarni

MEMPERKUAT KEMBALI POSISI BAHASA INDONESIA - DI NEGERI SENDIRI.

Jauh sebelum Kemerdekaan Indonesia dinyatakan, pemuda-pemuda pada masanya merasakan betul penderitaan terkekangnya kebebasan di negeri sendiri. Pergerakan yang dimulai sejak lama terus hingga penghujung 1900, terus mengkristal hingga terwujud sebuah gagasan oleh para Pemuda, yaitu M. Tabrani, dan kawan-kawan untuk mengadakan Kongres Sumpah Pemuda yang pertama tanggal 30 April 1926 hingga 2 Mei 1926. Dalam catatan sejarah, tanggal 2 Mei 1926 di angkat sebagai hari lahir nama Bahasa Indonesia yang digagas oleh M. Tabrani selaku ketua Kongres Pemuda yang pertama.

Pertanyaan kita hari ini adalah, Sudah berapa lama kita menggunakan bahasa Indonesia? Sudah sejak kapan kita belajar Bahasa Indonesia? Sudah baguskah bahasa indonesia kita? Sudah benarkah kita menggunakan bahasa indonesia? Apakah kita sebagai anak bangsa bangga dengan bahasa indonesia? 

Tahukah kita bahwa bahasa di Indonesia yang semula menggunakan bahasa Melayu sudah digunakan oleh bangsa Belanda untuk memudahkan mereka menyatukan bangsa indonesia. Para penjajah pada waktu itu menyadari betul bahwa untuk bisa bertahan lama di batavia mereka harus bisa bahasa melayu. Lebih sulit mengajarkan bangsa indonesia berbahasa belanda dibanding mereka bangsa belanda yang belajar bahasa indonesia.

Para tokoh bangsa pada waktu itu, merasa pedih sekali menyaksikan betapa warga masyarakat sangat direndahkan dengan bahasa. Mereka tidak boleh berbahasa belanda, mereka menggunakan bahasa melayu tetapi dijawab dengan sangat kasar. Kondisi saat itu, sudahlah kita direndahkan secara ras, dan direndahkan secara bahasa. 

Maka para pemuda bermerah muka, dan panas membara di dada untuk sesegera mungkin melepas belenggu ini. Mereka tak bisa lagi menahan diri untuk segera menunjukkan jati dirinya. Jika ditanya apa tugas kita hari ini  adalah memperkuat kembali posisi Bahasa Indonesia - di negeri sendiri. Mengutamakan Bahasa Indonsia sebagai perekat bangsa, dengan tetap melestarikan Bahasa daerah, dan menguasai Bahasa asing untuk berkiprah secara global.

BANGUNLAH JIWANYA, BANGUNLAH BADANNYA

Menyanyikan Lagu Kebangsaan dalam format lengkap tiga stanza sungguh membuat tubuh bergetar dan air mata berlinang.

Indonesia Raya

Stanza 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun