Menunggu di dalam bandara apalagi dalam waktu yang lama tentu akan menimbulkan kebosanan selain rasa capek. Belum lagi kalau pesawatnya delay, yang ada bukan lagi rasa bosan dan capek tapi sudah ditambah rasa kesal. Biasanya saat melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat, saya menghindari jadwal penerbangan dengan waktu transit yang lama. Saya biasa mengatur waktu transit tidak lebih dari 3 jam.
Sebelum saya tinggal di Kairo, saya tinggal di Pekanbaru, setiap kali mudik ke Surabaya mau tidak mau saya harus transit di bandara Soetta, Jakarta karena tidak ada penerbangan langsung dari Pekanbaru ke Surabaya. Sampai saya nyaris hafal dengan seluk beluk bandara Ineternasional (kebanggaan) Indonesia ini, maklumlah selama 8 tahun tinggal di Pekanbaru sudah lebih dari 15 kali saya transit di sini. hehehe....
Selama tinggal di Kairo, sudah dua kali saya mudik ke Surabaya dengan menggunakan dua maskapai penerbangan berbeda dan tentu saja dengan 2 kali transit sebelum akhirnya tiba di Surabaya.
Pertama mudik saya menggunakan Emirates, maskapai milik UAE. Pengalaman transit selama 12 jam di Dubai saya alami awal tahun 2012 lalu. Awalnya agak ragu melihat waktu transit yang kelewat lama itu, bayangan duduk manis di bandara sehingga menyebabkan kebosanan karena waktu tempuh perjalanan kami bukan hanya 2,5 jam seperti Pekanbaru ke Surabaya tapi sudah mencapai belasan jam. Kalau ditambah waktu transit 12 jam sudah terbayang capeknya.
Tapi tiket yang kami dapatkan waktu itu mengharuskan kami transit di Dubai selama 12 jam ya akhirnya mau tidak mau kami ambil karena yang booking tiket adalah kantor tempat suami bekerja. Ternyata seorang teman menginformasikan pada suami bahwa, kalau transit lebih dari 10 jam di Dubai kita boleh keluar bandara. Dan memang benar, saat tiba di bandara Dubai kami langsung menuju customer service Emirates yang berada satu area dengan loket-loket pemeriksaan imigrasi.
Dari sana kami mendapatkan pengantar untuk memperoleh visa masuk UAE gratis dari Emirates, nilainya sebesar 25 USD per orang. Tidak hanya itu, kami sekeluarga juga mendapatkan 2 kamar hotel (bintang 4) lengkap dengan shuttle bus, yang ini juga gratis dari Emirates.
Kesempatan istirahat di hotel yang hanya beberapa jam itu kami manfaatkan untuk keliling kota, karena kebetulan ada teman suami yang tinggal di Dubai dan sudah dihubungi sebelumnya untuk mengantar kami jalan-jalan. Â 12 jam terasa sangat singkat kalau begini...
Transit di Singapura
Pengalaman transit lama saya alami untuk yang kedua kali saat mudik lebaran kemarin. Berangkat dari Kairo tanggal 9 Agustus 2012 dengan menggunakan Singapore Airline, kali ini tidak transit di Jakarta sebelum ke Surabaya, tapi transit di Singapura selama 8 jam. Ini dia kesempatan jalan-jalan ke Singapura gratis.
Berbeda dengan saat transit di Dubai yang butuh visa kalau ingin keluar bandara, di Singapura pemegang paspor Indonesia bebas masuk ke sana tanpa visa dan hanya butuh mengisi formulir. Begitu sampai di Changi, kami langsung menuju loket pemeriksaan imigrasi, setelah stempel keluar kami dapatkan, langsung saja menuju stasiun MRT yang terintegrasi dengan baik.
[caption id="attachment_203879" align="aligncenter" width="480" caption="MRT dari Changi ke City Hall yang bersih, tepat waktu dan anti macet (photo by Ellys)"]
[caption id="attachment_203880" align="aligncenter" width="480" caption="Daripada nunggu 8 jam di bandara, lebih baik jalan ke Marina"]
Jalan kaki tidak sampai 5 menit untuk menuju stasiun MRT. Papan petunjuk arah sangat jelas, kalau butuh peta kota tersedia meja pelayanan informasi untuk turis. Â Siap untuk keliling Singapura dalam waktu 5 jam, saya rasa cukup kalau hanya untuk sekedar foto-foto dengan latar belakang landmark kota Singapura, Merlion. Kalau transit lebih dari 10 jam kita akan dapat fasilitas keliling kota dengan bus wisata gratis.
Namun, jika anda tak berniat keluar dari bandara, Changi tetap tak membosankan. Toilet yang bersih, jaringan internet yang cepat, komputer-komputer tersedia dibeberapa sudut bandara, kalau merasa pegal ada mesin pijat elektronik, bahkan ada hutan yang menyejukkan mata lengkap dengan kolam ikan terdapat di dalam bandara. Dijamin transit tidak membosankan.
[caption id="attachment_203875" align="aligncenter" width="480" caption="Bandara Changi yang bersih dan full karpet"]
Transit di Jakarta???
Saya membayangkan kalau transit 12 jam di bandara Soetta, mau keluar susah mau menunggu di bandara juga membosankan. Coba saja misalnya ada orang asing yang ingin melihat-lihat Jakarta, apa iya waktu 12 jam itu cukup? Keluar bandara saja sudah banyak taxi yang menawarkan jasa, iya kalau taxinya jujur mau mengantar sang turis keliling lalu mengantarnya balik ke bandara dengan selamat dan tepat waktu. Belum lagi kemacetan di Jakarta yang tentu akan memakan waktu. Tidak ada fasilitas transportasi yang aman dan nyaman dari bandara menuju kota seperti di Changi.
Kalau mau menunggu di bandara selama 12 jam, alangkah membosankan. ruang tunggu yang kurang nyaman, internet yang kadang tidak berfungsi dengan baik, toilet yang kadang berbau kurang sedap dan fasilitas lainnya yang sangat jauh dibandingkan Changi.
[caption id="" align="aligncenter" width="475" caption="Ruang tunggu bandara Soetta, Jakarta (skycrapercity.com)"][/caption]
Saya pun berharap kalau mudik  lagi ke Surabaya, akan transit lebih lama di Changi atau di Dubai bukan di Jakarta. Kapan ya transit di Jakarta tak lagi membosankan???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H