Kondisi berbeda saya temukan di sekolah sang adik. Anak kedua memang saya sekolahkan di sebuah sekolah Islam swasta yang lokasinya tak jauh dari sekolah negeri kakaknya. Rapor tidak lagi berupa buku yang ditulis tangan namun sudah berupa tulisan komputer dan diprint. Lembaran-lembaran rapor tiap semesternya dimasukkan dalam sebuah file keeper. Jika hard copy itu hilang, maka tak perlu lagi guru menulisnya namun tinggal ngeprint dari soft copy yang disimpan di sekolah.
[caption id="attachment_193941" align="aligncenter" width="428" caption="Rapor SD Swasta th. 2009"]
Coba bandingkan, mana yang lebih praktis dan efisien? Mungkin sebagian orang berpikir, bagaimana administrasi penulisan rapor ini diterapkan di sekolah-sekolah terpencil?? Apakah SDM atau guru-gurunya sudah menguasai teknologi dan memiliki perangkat yang canggih itu sedangkan bangunan sekolah saja tak terurus. Apakah sekolah-sekolah negeri di Indonesia masih primitif ya?
Itu adalah TUGAS PEMERINTAH, dan pemerintah TAK BOLEH LEPAS TANGAN pada masalah pendidikan anak-anak penerus bangsa ini. Kemajuan bangsa berawal dari kemajuan pendidikan, jadi kapan dong pendidikan anak-anak Indonesia bisa maju. Memiliki bangunan sekolah yang memadai dan sistem administrasi yang tak lagi manual...
Saya pun hanya berharap anak-anak Indonesia bisa menikmati pendidikan yang maju..... semoga...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H