Pagi hari itu cuaca Istanbul agak kurang bersahabat, gerimis turun sejak pagi suhu udara yang tertera di iPad 14 derajat celcius... brrrrr lumayan dingin juga. Jadwal yang sudah kami susun hari itu adalah, pagi ke Ayasofya, siang ke Istanbul bagian Asia dan sore harinya ke Grand Bazaar. Keluar hotel sekitar jam 09.00 setelah sarapan. Tapi gara-gara mengikuti sekelompok turis Jepang, kami akhirnya terdampar di Topkapi Palace padahal sebenarnya tempat ini berada dalam urutan kunjungan di hari terakhir. Tapi toh akhirnya kami masuk juga, sehingga merubah sedikit rencana kami.
Sebelumnya kami tidak tahu kalau tempat yang dituju para turis Jepang itu adalah Topkapi Palace, saya pikir mereka menuju pintu masuk Ayasofya. Sebelum masuk tempat itu, ada sebuah tembok tinggi dengan sebuah pintu gerbang, di depan gerbang itu terdapat sebuah bangunan yang saya juga tidak tahu nama bangunan itu, bentuknya sih seperti rumah kecil. Belakangan saya baru tahu bangunan itu ternyata bernama Fountain of Sultan Ahmed III. Setelah itu baru kita masuk ke sebuah pintu gerbang yang bernama Bab i-Humayun (Imperial Gate) . Setelah masuk gate pertama ternyata bukan istana yang kami temui melainkan taman asri yang luas dengan pemandangan laut Marmara. Ada gate ke dua yang pintu gerbangnya mirip dengan gerbang castle dalam cerita dongeng Disneyland. Sebelum masuk ke gerbang kedua dan merupakan gerbang utama istana, bernama Bab as-Salam (Gate of Salutation) kita harus beli tiket masuknya. Tiket seharga 25 TL kami beli untuk 4 orang, 1 lagi free karena umur Faiz masih 7 tahun (umur 0-12 tahun gratis). Seperti biasa kalau masuk museum, barang bawaan harus memalui pemeriksaan X-ray. Kamera boleh dibawa, tapi tripod harus ditinggal di tempat penitipan.
[caption id="attachment_184856" align="aligncenter" width="498" caption="Fountain of Sultan Ahmet III berada di depan Bab i-Humayun (Imperial Gate)"][/caption] [caption id="attachment_184857" align="aligncenter" width="332" caption="Bab as-Salaam (Gate Salutation)"]
Setelah melewati dapur, kita akan masuk ke gerbang ketiga bernama Akagalar Gate yaitu pintu masuk ke areal utama istana. Di sebelah kanan, saya melihat antrian yang mengular masuk ke sebuah bangunan yang ternyata adalah tempat penyimpanan harta kerajaan (Imperial Treasury ), seperti perhiasan-perhiasan  emas, perak serta berlian. Kami memutuskan untuk melewatinya karena antriannya lumayan panjang sehingga melanjutkannya ke Mediciye Pavilion. Pemandangan laut Marmara terhampar bebas dari tempat ini, indahnya.....
[caption id="attachment_184865" align="aligncenter" width="535" caption="Pemandangan selat Bosphorus dan jembatan Eropa-Asia dari Mediciye Pavilion"]
Berjalan lagi, kami bertemu dengan sebuah bangunan yang juga cukup ramai pengunjungnya tapi antriannya tidak sampai mengular. Kami juga tidak tahu sebelumnya, bangunan apa ini. Setelah berhasil masuk, kami melihat sebuah tulisan yang dari sebuah LCD TV yang kurang lebih terjemahannya adalah  "Kami akan melindungi barang-barang yang ada dalam ruangan ini hingga dunia berakhir"
Ohh... ini yang namanya Sacred Relics atau dikenal juga sebagai Holy Relics, tempat menyimpan barang-barang peninggalan para nabi, keluarga dan sahabat beliau. Â Ruangan ini dulu adalah ruangan pribadi sultan. Sayangnya dilarang memotret di dalam ruangan ini. Kunci-kunci Ka'bah, talang emas, kiswah, pembungkus hajar aswad juga disimpan di ruangan ini. Di ruangan ini pula pertama kalinya kami menyaksikan tongkat Nabi Musa, tempat minum Nabi Ibrahim, sorban Nabi Yusuf, pedang Nabi Daud, pedang Umar bin Khattab, pedang Ali bin Abi Thalib, pedang Utsman bin Affan, pedang Hussain, baju Fatimah putri Rasullullah dan baju Hussain cucu Rasullullah. Suasana semakin terasa begitu religius, dengan pembacaan Al-Qur'an (live) oleh seseorang.
Pedang, sehelai rambut dan jenggot, selembar surat, jejak kaki  Nabi Muhammad di simpan dalam sebuah etalase kaca. Sedangkan mantel beliau di simpan dalam sebuah kotak logam, mungkin agar benda itu tetap terlindung. Segala sesuatu yang ada hubungannya dengan seseorang yang begitu dicintai menjadi sangat berharga, sehelai rambut sekalipun.  Entah kenapa saya begitu merinding dan berdebar-debar menyaksikan barang-barang itu, tidak pernah berjumpa dengannya, namun menyaksikan benda peninggalannya seolah seperti membayangkan sosoknya berada di hadapan saya, begitu dekat... Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammad...
[caption id="attachment_184866" align="aligncenter" width="553" caption="Sacred Relics berada dalam bangunan ini"]
Istana Harem
Keluar dari ruang Sacred Relics yang mendebarkan, berjalan beberapa meter kami menemui sebuah bangunan yang juga sangat ramai dengan antrian yang panjang. Ternyata bangunan itu adalah istana Harem atau kalau di istana kerajaan Mataram di Jawa disebut Keputren, di tengah-tengahnya terdapat sebuah taman yang teduh dengan pepohonan yang rindang. Letak istana ini sebenarnya hanya beberapa meter dan hampir berseberangan dengan bangunan dapur. Entah apa alasannya istana Harem diletakkan berseberangan dengan dapur. Mungkin biar mudah kalau pengen coba-coba resep ya...?? hehehehe..