Bila ditelusuri, konsumen menyukai diskon tersebut, karena sebagian besar memang mereka penghasilan masih relatif kecil, masih banyaknya yang tergolong miskin.
Kemudian mereka senantiasa mempertimbangkan pengeluaran atas kebutuhan yang akan mereka penuhi, maka wajar, kalau mereka berlomba-lomba memburu diskon, apakah diskon terhadap harga barang/jasa maupun diskon tarif listrik PLN yang sedang berlangsung sekarang ini.
Untuk itu , sekali lagi, wajar kalau mereka dari semua golongan pemakai/pengguna listrik prabayar dan pascabayar, terutama listrik prabayar berlomba-lomba memburu diskon tarif listrik PLN 50 persen tersebut.
Kebanyakan anak negeri ini masih belum sejahtera alias masih ada yang terkungkung dalam lingkaran kemiskinan, sehingga subsidi, diskon dan apa pun bentuknya yang menyebabkan harga lebih murah atau harga terjangkau, akan mereka buru dan akan mereka kejar sampai dapat.
Perilaku Unik.
Bila dicermati, persoalan diskon ini, di lapangan ada indikasi bahwa "mereka" yang tergolong kelas menengah atas alias golongan "jet-zet" pun ikut-ikutan untuk memburu diskon tersebut. Unik Bukan?
Bisa kita saksikan, di pasar atau di suatu unit bisnis (mal) atau lainnya, begitu ada counter/tenant yang memberikan diskon terhadap suatu barang/jasa, maka anak negeri ini yang tergolong kelas menenagh atas pun ikut memburu diskon.
Idealnya diskon digandrungi oleh anak negeri ini yang tergolong kelas menengah bawah, namun fakta menunjukkan anak negeri ini yang tergolong kelas menengah atas pun ikut meramaikan counter/tenant yang memberikan diskon harga tersebut.
Bila disimak, terkadang mereka yang memburu diskon harga tersebut, tidak mempertimbangkan aspek kualitas, tidak mempertimbangkan apakah barang/jasa yang di diskon tersebut baik atau tidak, bahkan terkadang mereka tidak mempertimbangkan apakah barang/jasa tersebut memang benar-benar dibutuhkan atau tidak, yang penting mereka membeli dulu, karena tergoda dengan diskon.
Kembali ke diskon tarif listrik 50 persen tersebut. Kebutuhan tenaga listrik saat ini adalah sudah identik dengan kebutuhan dasar, hampir semua tatanan kehidupan membutuhkan tenaga listrik.
Jika dahulu, kita hanya butuh tenaga listrik untuk penerangan saja, namun, saat ini, kita membutuhkan tenaga listrik untuk memasak, untuk menggosok baju, untuk mengisi batry alat komunikasi, untuk mengisi baterai kendaraan (kendaraan listrik) dan seterusnya.
Dengan demikian, maka tenaga listrik adalah suatu kebutuhan yang sudah dapat digolongkan kedalam kebutuhan yang mendasar dan menjadi bagian dari kehidupan anak negeri ini saat ini. Tidak heran, kalau ada idiom, "listrik mati, mati pula semua kegiatan, mati pula kehidupan".