Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Kita Meminjamkan Uang Justru Kita Harus Mengemis?

26 Desember 2024   14:53 Diperbarui: 26 Desember 2024   14:53 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pengalaman keluarga,  saya dan mungin Anda, meminjamkan  uang kepada rekan kerja dan tetangga, sudah hampir dua tahun "macet" alias tidak bisa ditagih dan hal ini bukan sekali dua kali, terkadang sering. Disinilah kesannya kita akan "mengemis" menagih utang, bila kita mempertanayakan prihal utang tersebut, terkadang jawabannya tidak bersahabat, emosi bahkan marah. Padahal dalam agama utang harus dibayar.  Inilah fakta yang ada! Inilah dinamika yang terjadi!.

Lain hal nya dengan orang atau badan yang meminjamkan uang dengan bunga atau balas jasa pinjaman yang tinggi (baca:lintah darat), mereka meminjamkan uang kepada siapa saja yang akan meminjam uang, namun peminjam dikenakan bunga atau balas jasa pinjamanan yang luar biasa besarnya, melebihi yang lazimnya bahkan terkadang dua-tiga kali lipat jasa pinjaman yang ditetapkan bank atau non bank (koperasi siimpan pinjam).

Misalnya kita meminjam uang sebesar Rp. 1 juta, kita  diminta untuk mengembalikan pinjaman tersebut pada bulan depan setelah kita meminjam atau sesuai dengan perjanjian yang nilai utang plus bunga menjadi Rp. 1.5 juta. Jika kita tidak membayar sesuai dengan waktu dan besaran yang disepakati, kita  akan kena denda berlipat ganda.

Jika kita melakukan penundaan pembayaran, kita  akan didatangi petugas penagih utang  (debt collektor) yang biasanya, mereka lakukan dengan unsur "memaksa" mereka meminta kita harus segera membayar utang tersebut.

 

Bagaimana Sebaiknya?


Jika kita selaku pemimjam, jangan melakukan penundaan pembayaran, meminjam harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan membayar, kasihan kepada yang sudah menolong meminjamkan uang kepada Anda tersebut.  Kemudian, bila ada uang jangan ditunda-tunda untuk membayar. Berdasarkan pantauan dilapangan, biasanya kita terlambat melakukan  pembayaran utang atau trjadinya kredit macet, karena kita mencoba untuk menunda-menunda pembayaran utang, sehingga yang  terjadi berlaurt-larut, utang macet, ditagih tak kunjung membayar. Kasihan kepada yang sudah meminjamkan uang-nya tersebut.

Kemudian, kita  yang meminjam uang kepada pihak yang meminjamkan uang tersebut, harus "tenggang rasa'. Rasakan. bila Anda diperlakukan demikian, ditagih sulit membayar, ditagih banyak alasan ini dan itu, maka mungkin Anda juga akan "kesal" dan "marah". Kok, kita yang memberi pinjaman, tetapi kita yang justru mengemis?

Bagi kita yang meminjamkan uang, harus berhati-hati. Terkadang karena unsur kasihan padahal uang kita terkadang pas-pas-an, terkadang kita  mengorbankan kebutuhan kita, demi meminjamkan uang kepada rekan kita tersebut.  Padahal, yang terjadi kita sulit menagih uang yang kita pinjamkan tersebut.

Sebaiknya, jika ada saudara kita, rekan kita, atau pihak yang akan meminjam uang, sebaiknya dibantu saja, diberikan ala kadarnya saja, ada baiknya  jangan dipinjamkan, tolak denga halus, dan berikan saja uang secara suka-rela atau  ala kadarnya.  Misalnya, bila yang akan meminjam tersebut mengajukan pinjaman uang sebesar Rp. 1.juta, sebaiknya kita  tidak memberi pinjaman, tetapi kita  hanya memberinya uang dengan cuma-cuma sebesar Rp. 100 ribu atau hitung-hitung "sedekah", agar yang akan meminjam uang tersebut tidak kecewa apabila tidak kita kabulkan dan kita tidak perlu mengemis untuk menagihnya kembali.


Namun, sebaliknya, jika kita adalah  orang yang memiliki banyak uang atau tergolong kaya, berikan saja uang senilai yang akan dipinjamnya  itu, dan  niat kan saja, mau dibayar "ok' tidak dibayar "tidak apa-apa". Nah, ini akan membuat kita  tidak perlu sibuk-sibuk menagih utang  dan tidak akan mengemis dalam menagih utang. Selamat Mencoba!!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun