Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Taruhan Antara Mempertahankan Keprofesionalan dengan Tuntutan Cuan!

10 Oktober 2024   06:19 Diperbarui: 10 Oktober 2024   06:31 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam menyikapi fenomena ini, berbagai tanggapan yang mucul dikalangan kita. Ada yang menanggapinya dengan berpikir sepintas, "ngapain" capek-capek  menulis, kalau pada saatnya tidak memperoleh cuan alias tidak di bayar. Ada yang menanggapi "tidak mengapa" yang penting  bisa menularkan kelilmuan yang dimiliki, yang penting bisa "mengabdikan" ilmu dikalangan khalayak atau publik.

 Memang cuan perlu, namun pada kondisi ini, saya memilih sikap yang kedua, saya mengangap "tidak mengapa" tidak memperolan  cuan alias tidak dibayar pasca pandemi, karena selama ini ratusan artikel saya juga sudah dibayar, karena selama ini media tersebut sudah membesarkan nama saya, karena media tersebut sudah mempromosikan diri saya. Itung-itung pengabdian, dan kita berdoa, agar pada suatu saat media-media tersebut mulai bangkit lagi. Inilah yang dikatakan suatu  pertentangan atau tahuhan antara keprofesionalan dengan cuan.

 

Bagaimana Sebaiknya?

Dalam menyikapi fenomena yang berkembang  tersebut, kita harus mengambil sikap, tinggal tergantung sikap yang bagaimana yang harus kita sikapi. Menurut saya, setidaknya harus ada langkah meninjau kembali persoalan cuan yang harus dikeluarkan dalam mempublis karya ilmiah, karya ilmiah populer yang kita akan publikasikan tersebut.

Perlu ditinjau ulang, jurnal  yang menetapkan cuan sebagai pembayaran yang tinggi untuk bisa dipublis pada salah satu jurnal internasional untuk memenuhi persyaratan memperoleh  gelar jabatan fungsional akademik tersebut. Apakah tidak sebaiknya, walaupun harus keluar cuan, namun tidak memberatkan, atau cuan yang akan dibayarkan untuk mempublikasikan karya ilmiah  kita tersebut dibayar oleh PT tempat kita mengabdi.

Perlu ditinjau ulang, jurnal Sinta atau jurnal dalam negeri yang menetapkan pembayaran untuk mempublikasikan karya ilmiah atau hasil penelitian. Apakah tidak sebaiknya, jika ada pembiayaan dalam penerbitan jurnal Sinta tersebut, biaya tersebut ditanggung oleh pengelola atau lembaga yang menerbitkan jurnal Sinta tersebut. Bukankah ini demi pengembangan ilmu pengetahuan dan demi kepentingan lembaga atau PT itu sendiri.

Perlu adanya "pemakluman" karena tidak dibayar oleh media massa tempat kita mempublikasikan karya ilmiah atau karya ilmiah populer kita tersebut. Yakinlah suatu saat mereka akan bangkit dan kembali akan membayar dengan memberikan cuan.


Apakah tidak sebaiknya kita lebih mengutamakan ke-profesionalan anak negeri ini  yang akan kita berikan gelar  jabatan fungsional akademik (profesor atau lektor kepala) tersebut atau yang akan mempublikasikan  karya-karya nyata  yang bertebaran di ruang publik. Ketimbang, kita harus membebani mereka dengan cuan yang akan  "menghalangi" langkah  mereka untuk mempertahankan keprofesionalannya. Selamat Berjuang!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun