Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Taruhan Antara Mempertahankan Keprofesionalan dengan Tuntutan Cuan!

10 Oktober 2024   06:19 Diperbarui: 10 Oktober 2024   06:31 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Oleh Amidi

Bila dicermati, ternyata sebagaian besar anak negeri, memang tidak mudah mempertahankan keprofesionalan dengan semakin banyaknya kebutuhan ditambah godaan gaya hidup yang serba glamor dan hedonis.

Apalagi, saat ini anak negeri ini sedang dihadapkan masa sulit, tidak sedikit anak negeri ini yang tergolong kelas menengah sudah "makan tabungan" dan menahan kebutuhannya, karena pendapatan mereka stagnan bahkan  cendrung turun.

Di tengah gencarnya godaan tersebut, tidak heran jika keprofesionalan seseorang mulai luntur, cuan/uang mulai memegang peranan penting, cuan "di Dewakan" atau "di Tuhankan".  Seakan dengan tidak memiliki cuan yang banyak, hidup terasa hampa, harga diri "terkikis" dan seterusnya.

Kemudian dalam keilmuan, terkadang nilai keprofesionalan ini "menyusut".  Bila hendak mentrasnfer  ilmu yang kita miliki, biasanya  kita mulai menghitung-hitung berapa cuan yang  akan diperoleh,  apakah dengan mentransfer ilmu tersebut, saya akan memperoleh cuan.

 

Dimika Yang Berkembang.

Bila disimak, tidak sedikit anak negeri ini yang menahan dan menghentikan kegiatan yang bernilai keilmuan karena mereka merasa tidak ada cuan-nya,  keprofesionalan menjadi taruhan, karena mereka mulai merasakan bahwa selama ini biasanya, apabila ia melakukan kegiatan bernilai keilmuan  tersebut akan memperoleh cuan.

Misalnya saja, kasus yang terjadi baru-baru ini, mengenai fenomena pemberian gelar doktor honoris causa (HC) pada beberapa anak negeri ini. Lembaga pemberi, kental dengan perhitungan atas cuan yang ia akan peroleh dari penerima gelar. Penerima gelar  menyanggupi untuk  merogoh "kocek" alias "kantong" untuk mengeluarkan cuan yang tidak kecil.   Ini sudah hukum alam, saya tidak berani menggunakan kata sunatullah, takut salah.

Fenomena tersebut, saat ini ternyata tidak hanya berlaku pada fenomena ini saja, ternyata terjadi juga pada fenomena untuk meraih  gelar jabatan fungsional akademik (profesor atau lektor kepala) . Misalnya, dalam Perguruan Tinggi (PT), seorang pencerdas bangsa (baca:dosen) harus mengeluarkan cuan yang tidak kecil untuk memperoleh gelar jabatan fungsional akademik (profesor atau lektor kepala), karena untuk  memenuhi persyaratan   yang harus mereka penuhi, menuntut mereka untuk mengeluarkan cuan yang tidak kecil.

Mereka harus mengeluarkan cuan untuk dapat dimuat pada jurnal yang disyaratkan, misalnya jurnal Scopus. Mereka harus mengeluarkan cuan karena ada  biaya ilegal (illegal cost) yang sering timbul, belum lagi biaya akibat beberapa kesempatan yang hilang (opportunity cost), karena mulai pengurusan sampai terbitnya SK  membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun