Oleh Amidi
Tidak lama lagi kita akan melaksanakan pemilihan umum, pemilihan calon kepala daerah (cakada) di berbagai Kabupaten/Kota dan Provinsi di negeri ini, baik sebagai Bupati, Wali Kota, maupun Gubernur.
Jika saat ini sampai menjelang hari H pemilihan nanti, kita masih disodorkan dengan bujuk rayuan atau promosi (walaupun hanya berupa baliho) tentang produk atau program kerja yang kesemuanya bertujuan agar digandrungi konsumen/pemilih yang kesemuanya itu disajikan dengan kata-kata dan gambar yang aduhai.
Namun, pada saat mereka sudah menang dalam persaingan antar cakada, kita akan masih menanti realisasi bujuk rayuan atau promosi produk atau program yang mereka tawarkan tersebut.
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa cakada yang sudah terpilih dan sudah resmi menjadi pimpinan daerah, tidak semua dapat merealisasikan bujuk rayuan atau promosi produk atau program yang mereka tawarkan tersebut, kebanyakan yang penting roda pemerintahan ya berjalan, bahkan yang terkadang justru adalah kepentingan politis semata, kepentingan ekonomi, kepentingan me-manajemen-i daerah terabaikan. Kepuasan maksimal kepada konsumen atau pemilih tidak dapat diwujudkan.
Â
Mengapa Demikian?
Bila disimak, proses pemilihan yang terjadi selama ini, sepertinya tidak mudah seorang pimpinan kepala daerah "ikhlas" mengabdi kepada daerah dan atau masyarakat yang dipimpinnya.
Mengapa? karena bukan "rahasia umum" lagi, kalau untuk mengantarkan mereka menjadi kepala daerah tersebut harus "merogoh" kantong se dalam-dalamnya. Tidak kecil rupiah yang harus mereka keluarkan sebagai "politic cost".