Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Menanti Cakada Memanajemeni Daerah dengan Baik dalam Rangka Mengelola Daerahnya Nanti!

23 September 2024   07:27 Diperbarui: 24 September 2024   11:09 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Amidi


Tidak lama lagi kita akan melaksanakan pemilihan umum, pemilihan calon kepala daerah (cakada) di berbagai Kabupaten/Kota dan Provinsi di negeri ini, baik sebagai Bupati, Wali Kota, maupun Gubernur.

Jika saat ini sampai menjelang hari H pemilihan nanti, kita masih disodorkan dengan bujuk rayuan atau promosi (walaupun hanya berupa baliho) tentang produk atau program kerja yang kesemuanya bertujuan agar digandrungi konsumen/pemilih yang kesemuanya itu disajikan dengan kata-kata dan gambar yang aduhai.

Namun, pada saat mereka sudah menang dalam persaingan antar cakada, kita akan masih menanti realisasi bujuk rayuan atau promosi produk atau program yang mereka tawarkan tersebut.

Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa cakada yang sudah terpilih dan sudah resmi menjadi pimpinan daerah, tidak semua dapat merealisasikan bujuk rayuan atau promosi produk atau program yang mereka tawarkan tersebut, kebanyakan yang penting roda pemerintahan ya berjalan, bahkan yang terkadang justru adalah kepentingan politis semata, kepentingan ekonomi, kepentingan me-manajemen-i daerah terabaikan. Kepuasan maksimal kepada konsumen atau pemilih tidak dapat diwujudkan.

 

Mengapa Demikian?

Bila disimak, proses pemilihan yang terjadi selama ini, sepertinya tidak mudah seorang pimpinan kepala daerah "ikhlas" mengabdi kepada daerah dan atau masyarakat yang dipimpinnya.

Mengapa? karena bukan "rahasia umum" lagi, kalau untuk mengantarkan mereka menjadi kepala daerah tersebut harus "merogoh" kantong se dalam-dalamnya. Tidak kecil rupiah yang harus mereka keluarkan sebagai "politic cost".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun