Â
Memang ajang lomba yang disediakan oleh panitia lomba yang beragam tersebut, tidak dengan serta merta mempertimbangkan atau memperhitungkan aspek "keselamatan", yang lebih menonjol adalah aspek "hiburan".Terkadang hadiah yang disedikan panitia secara umum tidak begitu mendatangkan "cuan" alias nilai rupiahnya kecil bahkan terkdang kebanyakan berupa hadiah barang-barang saja, tetapi sekali lagi mereka terpokus pada pertimbangan aspek "hiburan"-nya.
     Â
Contoh, bila kita menyaksikan peserta lomba lari karung, lomba makan kerupuk, lomba-lomba yang lain-nya, dengan "sigap" dan "refleknya" peserta, sehingga terkadang terlihat lucu, atau menjadi hiburan.  Ada yang terjatuh, ada yang saling dorong, ada yang menjadi pusat perhatian, karena menunjukkan "kelucuan" dan  "kelainan" dari peserta yang lain.
Apalagi bila kita selaku penonton lomba, menyaksikan mereka yang memanjat batang pohon pinang, semakin banyak yang memanjat, maka batang pohon pinang yang sudah "dilumuri oli" tersebut, semakin licin, sehingga begitu mau sampai kepuncak atau ke atas mendekati hadih yang digantung, mereka mulai berguguran alias "melorot", sehingga untuk memanjat mereka harus memulai dari awal lagi, begitulah seterusnya.
Namun, peserta lomba juga tidak bisa dinafikan, karena adanya unsur memburu "cuan" atau "uang", dalam rangka merebutkan hadiah-hadiah yang disiapkan oleh panitia. Terkdang hadiah, baik berupa uang maupun barang, juga tidak kalah menarik dan dapat medorong peserta berlomba-lomba untuk mengikuti lomba tersebut. Tidak jarang, hadiah yang disiapkan berupa uang dengan nilai jutaan bahkan barang berupa sepeda motor, selain itu bila ada sponsornya, terkadang hadiahnya bisa berupa mobil. Menggoda bukan?
Â
Nilai Kemanusiaan Terkikis,
Memang tidak banyak yang mempersoalkan nilai kemausiaan  dalam  lomba  tersebut. Namun, tidak berlebihan kalau pada momen HUT  RI kali ini, kita mencoba untuk mengeliminir dampak terkikisnya nilai kemanusiaan peserta lomba atas kegiatan/aktvitas lomba yang mereka ikuti tersebut.
Misalnya, pada suatu lomba makan kerupuk saja, terkadang sadar atau tidak , itu mengandung unsur "mengikis nilai kemanusiaan". Betapa tidak, peserta lomba harus melakukan berbagai cara atau strategi dalam rangka untuk dapat berhasil makan dan menghabiskan kerupuk tersebut. Walaupun harus menundukkan kepala, memoncongkon mulut dan seterusnya, yang penting kerupuk brhasil dimakan dan akan dihabiskan.