Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menyikapi Makanan Tidak Sehat Perlu "Back to Basic" agar Cuan dan Sehat

30 Juli 2024   09:45 Diperbarui: 31 Juli 2024   09:13 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali pada saat dokter mendiagnosa, kita tidak memberikan informasi yang lengkap tentang penyakit dan kondisi diri kita yang sebenarnya?

 Kemudian perlu menggalakkan makanan/minuman/obat/lainnya yang tradisional, makanan/minuman /obat/lainnya alami.

Misalnya, maaf, jika kita selama ini terbiasa dengan snack roti, mungkin sudah saatnya atau diselingi dengan makan "ubi" goreng/rebus, makan kacang goreng/rebus, dan masih banyak makanan tradisional atau makanan alami.

Pengalaman pada saat sering mengikuti berbagai pertemuan di pulau Jawa, mereka penyelenggara menyediakan snack dalam kotak yang isinya, getuk, kacang rebus, pisang rebus, dan lainnya. Minuman yang disediakan, bandrek dan minuman yang terbuat dari rempah-rempah yang ada. Sehat bukan?

Ini penting, selain kita dapat melestarikan makanan tradisional atau hasil bumi negeri ini, kita juga akan terhindar dari makanan/minuman/lainnya yang tidak sehat, atau makanan/minuman/lainnya yang terdapat unsur "bahan kimia-nya".

Selain itu cuan yang akan kita keluarkan bisa "hemat" alias tidak terlalu besar, jika kita membeli makanan siap saji, makanan modern dan makanan racikan impor lainnya.

Untuk menggalakkan makanan tradisional ini, perlu komitmen kita semua, perlu kesadaran kita semua, perlu "mengikis" aspek gengsi kita semua. Biasanya dikalangan anak negeri ini lebih bergengsi bila mereka makan "makanan siap saji", mereka tahan antri berjam-jam pada saat membeli makanan tersebut. 

Untuk itu, jika kita mau back to basic, kita harus "mengikis" kebiasaan dan rasa gengsi kita.

Bila kita sandingkan penjual gado-gado dengan penjual ayam goreng (fried chicken) di Mal atau di Kaki Lima, maka sudah dapat dipastikan konsumen akan berbondong-bondong menyerbu ayam goreng , ketimbang gado-gado. Inilah fakta yang ada dan inilah dinamika yang berkembang di belantika anak negeri ini.

Perlu Merubah Kebiasaan.

Untuk back to basic, memang tidak semudah membalik telapak tangan, tidak semuda apa yang kita banyangkan, perlu perjuangan yang tidak ringan, perlu komitmen yang tinggi, perlu penyadaran yang maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun