Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menyikapi Makanan Tidak Sehat Back to Basic, Hemat Cuan dan Sehat

30 Juli 2024   09:45 Diperbarui: 30 Juli 2024   09:46 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kita tahun bahwa memang pelaku bisnis senantiasa berorientasi pada tujuan memperoleh keuntungan dan atau memburu  cuan  dan itu sah-sah saja, namun "mbok ya", kita juga harus memperhatikan etika bisnis yang berlaku. Dengan kata lain, dari sisi agama mana saja, kita juga harus mengedepankan "unsur kebaikan" termasuk "unsur kemanusiaan".

Pencegahan tindakan penyimpangan bisnis dan atau langkah "mengerem" agar penyimpangan bisnis tersebut bisa ditekan atau dihilangkan, sebenarnya bukan hanya kewajiban pihak tertentu saja, tetapi kewajiban kita semua, sesuai dengan kapasitas kita masing-masing.

Jika kita sebagai pihak yang memang berwenang, lakukan lah tugas kita tersebut secara rutin atau  berkala dan harus berimbang demi kepentingan  semua pihak. Jika kita sebagai pemikir (akademisi/pendidik), lakukan tugas "mencerahkan" diberbagai kesempatan, agar semua pihak dapat memerankan perannya sebagaimana mestinya, tidak boleh "menyimpang". Jika kita sebagai pendakwah, mohon agar kita bisa memberikan pembinaan atau memberikan informasi untuk "menggugah" pihak-pihak yang perlu di "gugah" agar tidak melakukan penyimpangan bisnis dan agar mereka terhindar dari tindakan penyimpangan bisnis. Begitu juga seterusnya, lakukan lah sesuai dengan profesi kita masing-masing secara berkesinambungan (kontinuitas).

Back to Basic.

Untuk menghindari  polemik yang berkepanjangan, untuk menghindar dari "kepenatan" dalam mensolusi persoalan yang satu ini, baik bagi pihak yang berkompeten maupun pihak konsumen senidri. Menurut saya, terutama, konsumen tidak ada salahnya  kalau perlu "back to basic", teliti sebelum membeli, memilih makanan yang sehat, menggalakkan makan makanan tradisional, dan setrusnya..

Sikap teliti sebelum membeli harus dikedepankan, sebelum mengkonsumsi makanan/minuman/obat/lainnya, perlu memeriksa terlebih dahulu tanggal kadaluarsa, perlu membaca  bahan yang terkandung dalam suatu produk (makanan/minuman/obta/lainnya) tersebut.

Kebiasaan saya sebelum mengkonsumsi obat, saya buka google dengan mengetik merek obat tersebut, disana kita akan mengetahui kegunaan, cara mimumnya, efeknya, dan lainnya. Jika kondisi diri kita kurang pas dengan apa yang tertera pada konten obat yang kita baca tersebut, mungkin kita hindari mengkonsumsinya, atau kita bertanya kepada dokter yang memberikan obat tersebut. Barangkali pada saat dokter mendiagnosa,  kita tidak memberikan  informasi yang lengkap tentang penyakit dan kondisi diri kita yang sebenarnya?

 Kemudian perlu menggalakkan makanan/minuman/obat/lainnya yang  tradisonal, makanan/minuman /obat/lainnya alami. Misalnya, maaf, jika kita selama ini terbiasa dengan snack roti, mungkin sudah saatnya atau diselingi dengan makan "ubi" goreng/rebus, makan kacang goreng/rebus, dan masih banyak makanan tradisional atau makanan alami.

Pengalaman pada saat sering menguikuti berbagai pertemuan di pulau Jawa, mereka penyelenggara menyediakan snack dalam kotak yang isinya, getuk, kacang rebus, pisang rebus, dan lainnya. Minuman yang disedikan, bandrek dan minuman yang terbuat dari rempah-rempah yang ada. Sehat bukan?

Ini penting, selain kita dapat melestarikan makanan tradisional atau hasil bumi negeri ini, kita juga akan terhindar dari makanan/minuman/lainnya yang tidak sehat, atau makanan/minuman/lainnya yang terdapat unsur  "bahan kimia-nya".

Selain itu cuan yang akan kita keluarkan bisa "hemat" alias  tidak terlalu besar, jika kita membeli makanan siap saji, makanan modern dan makanan racikan impor lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun