Sehingga tidak heran, jika para pedagang yang ada di sekitar masjidil harom dan masjidil nabawi, mereka lebih familiar dengan orang ndonesia, setelah ditelursuri, ternyata orang Indonesia lebih banyak berbelanjanya dan atau lebih banyak membeli oleh-olehnya. Maaf, singkat kata orang Indonesia terkenal banyak membeli barang dagangan mereka alias tukang beli.
Sebelum tulisan ini saya akhiri, perlu saya ingatkan jangan memaksakan membawa air zam-zam secara illegal, dengan memasukkan air zam-zam yang diambil dari masjidil Harom atau masjidil Nabawi ke dalam botol air moneral yang dikemas sedemikian rupa agar lewat dari pemeriksaan dibandara. Sekali lagi jangan dilakukan, demi keamanan dan demi ketenangan jamaah haji sendiri.
Terkahir yang tidak kalah pentingnya diperhatikan adalah usaha kegiatan penyediaan oleh-oleh tersebut jangan sampai mengikis/menggangu  ketenangan beribadah selama di tanah suci mekkah, Sebaiknya oleh-oleh dibeli pada saat waktu luang, mungkin tidak ada salahnya oleh-oleh sebutan untuk diberikan kepada handai tolan, sahabat, kerabat dan pihak lainnya tersebut sudah disiapkan oleh keluarga yang ditinaggal di tanah air. Membeli oleh-oleh misalnya pada saat dibawak oleh petugas haji waktu  berjalan-jalan menikmati keindahan tanah suci Mekkah, disanalah kesempatan membeli oleh-oleh. Kemudian, membeli sambil lalu lalang dari hotel menuju masjid pasca solat  ashar karena kondisi teduh. Kemudian, yang perlu djaga adalah  kelengkapan rukun dan wajib haji harus terlaksana semua. Semoag menjadi haji/hajjah yang mabrur dan mabruroh. Aamiiiiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H