Â
Oleh Amidi
Salah satu pekaku bisnis yakni pelaku bisnis bidang kuliner (makanan/minuman) sangat menanti-nantikan datangnya bulan Ramadhon. Mereka memanfaatkan momentum Ramadhon ini dengan  mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut konsumen/pengunjung yang akan berbondong-bondong  datang untuk berbuka puasa bersama. Tradisi ini, berlangusng setiap datangnya bulan Ramadhon tak terkecuali di bulan Romadhon ini.
Semua tempat unit bisnis kuliner yang dimiliki pelaku bisnis bidang kuliner terisi penuh oleh konsumen/pengunjung yang akan berbuka puasa bersama. Di Palembang sendiri, satu jam sebelum berbuka puasa, konsumen sudah mulai memadati warung/rumah makan/kafe/restoran, baik yang ada pusat perbelanjaan maupun yang tersebar disudut-sudut kota, baik di pusat  maupun dipinggir kota, sehingga warung/rumah makan/kafe/restoran ramai bak suasana pesta. Kondisi ini berlangsung hari pertama sampai akhir puasa dan intensitasnya terus meningkatnya dari hari ke hari.
Bila dicermati, mereka yang berbuka puasa bersama di warung/rumah mamakan/kafe/restoran tersebut jauh-jauh hari sudah melakukan pemesanan (booking), baik lewat telpon, media sosial maupun datang langusng ke lokasi. Bagi mereka yang baru datang mendekati waktu berbuka dapat dipastikan tidak mendapatkan tempat alias harus menunggu sesi kedua, setelah sesi pertama selesai.
Dampak Buka Bersama.
Tradisi berbuka puasa bersama tersebut mendorong pelaku bisnis bidang kuliner kebanjiran pesanan, baik pelaku bisnis yang sudah lama maupun pelaku bisnis baru, baik pelaku bisnis skala kecil maupun pelaku bisnis skala besar. Sehingga, tidak heran kalau para pelaku bisnis bidang kuliner menambah karyawan/pelayan dan menambah meja/kursi memanfaatkan ruang (space) yang ada.
Tak ayal lagi, pendapatan pelaku bisnis bidang kuliner akan meningkat bahkan terkadang dua kali lipat dari hari biasa. Jika pada hari biasa, mereka dengan berbagai stratgi dilakukan untuk memburu konsumen, namun pada bulan Ramadhon ini mereka justru kewalahan menerima pesanan.
Tidak hanya pelaku bisnis bidang kuliner saja yang kecipratan rezeki, tetapi pihak yang terkait, seperti tukang parkir pun demikian. Mereka juga ketiban rezeki, karena kendaraan yang parkir di warung/rumah makan/kafe/restoran tempat mereka mengais rezeki tersebut "membludak" dan tidak sedikit yang membayar/memberikan jasa "lebih" dari tarif normal, maklum, mereka tidak mau melewatkan momentum Ramadhon untuk berbagi (sedekah).
Dampak negatif yang timbul, jalan disekitar warung/rumah makan/kafe/restoran macet, karena ruas jalan menyempit dipakai untuk mamarkir kendaraan pengunjung. Tidak hanya bibir jalan yang digunakan mereka untuk memarkir kendaraan, tetapi badan jalan, hampir separuh badan jalan dipadati oleh kendaraan yang diparkir.
Kondisi ini, tak ayal lagi, akan mengganggu kendaraan yang akan lalu lalang dan kendaraan pengunjung yang akan keluar dari lokasi sendiri. Sehingga, suasana disekitar lokasi tempat makan/minum tersebut ramai bak suasana pesta, bak suasana acara suatu pertunjukan kolosal.
Namun, kondisi tersebut, hanya berlangsung tidak lama, sekitar satu sampai dua jam sudah normal kembali. Walaupun tidak lama, kondisi ini menyebabkan pengunjung tidak dapat melaksanakan ibadah ritual keagamaan (sholat tarawi tepat waktu), karena terhambat menuju tempat ibadah akibat atau terlambat sampai kerumah karena jalan macet tersebut.
      Kemudian, buka puasa bersama tersebut  dapat dimanfaatkan oleh konsumen (mereka) sebagai ajang silaturrahmi bagi pengunjung kelompok, rombongan dari suatu kantor, maupun suatu komunitas lainnya. Bisa juga sebagai ajang  mempererat tali kekeluargaan, bagi pengunjung yang berasal dari satu keluarga. Tidak hanya itu, terkadang ajang buka puasa bersama pun dapat dimanfaatkan suatu kelompok, suatu kantor, maupun suatu komunitas untuk pertemuan singkat, rapat singkat, atau sejenisnya.
Bagaimana Sebaiknya?
Buka puasa bersama suatu tradisi yang sudah melekat dikalangan anak negeri ini, tidak hanya dikalangan masyarakat umum, tetapi dikalangan pemerintah pun demikian, karena buka puasa bersama terkadang dimanfaatkan untuk suatu ajang pertemuan atau acara resmi pemerintah yang didahului dengan buka puasa bersama.
Untuk itu tidak salah, jika tradisi buka puasa bersama ini dipertahankan, Jika ada dampak atau ekses negatif, mungkin masih bisa dikomunikasikan/dikoordinasikan.  Mengatasi jalan macet karena kendaraan padat, perlu ada petugas yang diberi tugas khusus untuk mengatur lalu lintas atau jalan menjelang  sampai selesai berbuka puasa bersama tersebut. Petugas tersebut, bisa dari petugas resmi dari pihak pemerintah setempat maupun petugas dari pihak pemilik warung/rumah makan/kafe/restoran terssebut, silakan saja mekanismenya di atur sendiri agar tidak terjadi penumpukan kendaraan dijalan (macet).
Bagi pemilik warung/rumah makan/kafe/restoran bisa saja memanfaatkan ruangan (space) Â yang masih tersedia disekitar warung/rumah makan/kafe/restoran untuk menampung lebih banyak pengunjung. Hanya perlu diperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan pengunjung yang akan menempati tempat tambahan yang disedikan tersebut. Pelayanan prima tetap harus dikedepankan!
Bagi pelaku bisnis bidang kuliner yang mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan menaikkan harga makanan/minuman dari harga normal, sebenarnya sah-sah saja, asal tidak memberatkan konsumen alias jangan terlalu tinggi. Sebaiknya berlakukan saja harga normal, karena pengunjung juga "membludak", jelas pendapatan tetap akan meningkat. Sekalian jadikan ajang memproduksi kebaikan (pahala), karena kita sudah menolong konsumen/pengunjung untuk mewujudkan keinginan mereka berbuka bersama tersebut.
Sebetulnya, dilapangan, jika disimak, tidak sedikit konsumen/pengunjung yang terpaksa mengurungkan untuk berbuka puasa bersama tersebut, karena sudah tidak ada tempat lagi. Pengalaman kantor saya, begitu mau booking dibilang tempat yang di booking jangan hari ini, besok saja, hari ini sudah penuh. Luar biasa bukan? Terpaksa mencari tempat alternatif lain, untung saja masih ada.
Untuk mengakhiri tulisan sederhana ini, mari kita memanfaatkan momentum Ramadhon ini dengan segala kesempatan yang dapat kita raih, kesempatan melakoni unit binis dengan bergairah, kegiatan ekonomi lainnya, termasuk kesempatan emas menuai tradisi berbuka puasa bersama tersebut. Kemudian marilah kita jalankan ibadah puasa ini dengan penuh makna, dan saling bermesaraan antar kita, agar tetap terjalin kebersamaan antar sesama. Semoga!!!!!!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H