Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Pelaku Bisnis Bidang Kuliner "Panen" Menuai Tradisi Ramadhon

29 Maret 2024   07:06 Diperbarui: 29 Maret 2024   07:12 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, kondisi tersebut, hanya berlangsung tidak lama, sekitar satu sampai dua jam sudah normal kembali. Walaupun tidak lama, kondisi ini menyebabkan pengunjung tidak dapat melaksanakan ibadah ritual keagamaan (sholat tarawi tepat waktu), karena terhambat menuju tempat ibadah akibat atau terlambat sampai kerumah karena jalan macet tersebut.

            Kemudian, buka puasa bersama tersebut  dapat dimanfaatkan oleh konsumen (mereka) sebagai ajang silaturrahmi bagi pengunjung kelompok, rombongan dari suatu kantor, maupun suatu komunitas lainnya. Bisa juga sebagai ajang  mempererat tali kekeluargaan, bagi pengunjung yang berasal dari satu keluarga. Tidak hanya itu, terkadang ajang buka puasa bersama pun dapat dimanfaatkan suatu kelompok, suatu kantor, maupun suatu komunitas untuk pertemuan singkat, rapat singkat, atau sejenisnya.


Bagaimana Sebaiknya?

Buka puasa bersama suatu tradisi yang sudah melekat dikalangan anak negeri ini, tidak hanya dikalangan masyarakat umum, tetapi dikalangan pemerintah pun demikian, karena buka puasa bersama terkadang dimanfaatkan untuk suatu ajang pertemuan atau acara resmi pemerintah yang didahului dengan buka puasa bersama.

Untuk itu tidak salah, jika tradisi buka puasa bersama ini dipertahankan, Jika ada dampak atau ekses negatif, mungkin masih bisa dikomunikasikan/dikoordinasikan.  Mengatasi jalan macet karena kendaraan padat, perlu ada petugas yang diberi tugas khusus untuk mengatur lalu lintas atau jalan menjelang  sampai selesai berbuka puasa bersama tersebut. Petugas tersebut, bisa dari petugas resmi dari pihak pemerintah setempat maupun petugas dari pihak pemilik warung/rumah makan/kafe/restoran terssebut, silakan saja mekanismenya di atur sendiri agar tidak terjadi penumpukan kendaraan dijalan (macet).

Bagi pemilik warung/rumah makan/kafe/restoran bisa saja memanfaatkan ruangan (space)  yang masih tersedia disekitar warung/rumah makan/kafe/restoran untuk menampung lebih banyak pengunjung. Hanya perlu diperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan pengunjung yang akan menempati tempat tambahan yang disedikan tersebut. Pelayanan prima tetap harus dikedepankan!

Bagi pelaku bisnis bidang kuliner yang mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan menaikkan harga makanan/minuman dari harga normal, sebenarnya sah-sah saja, asal tidak memberatkan konsumen alias jangan terlalu tinggi. Sebaiknya berlakukan saja harga normal, karena pengunjung juga "membludak", jelas pendapatan tetap akan meningkat. Sekalian jadikan ajang memproduksi kebaikan (pahala), karena kita sudah menolong konsumen/pengunjung untuk mewujudkan keinginan mereka berbuka bersama tersebut.

Sebetulnya, dilapangan, jika disimak, tidak sedikit konsumen/pengunjung yang terpaksa mengurungkan untuk berbuka puasa bersama tersebut, karena sudah tidak ada tempat lagi. Pengalaman kantor saya, begitu mau booking dibilang tempat yang di booking jangan hari ini, besok saja, hari ini sudah penuh. Luar biasa bukan? Terpaksa mencari tempat alternatif lain, untung saja masih ada.


Untuk mengakhiri tulisan sederhana ini, mari kita memanfaatkan momentum Ramadhon ini dengan segala kesempatan yang dapat kita raih, kesempatan melakoni unit binis dengan bergairah, kegiatan ekonomi lainnya, termasuk kesempatan emas menuai tradisi berbuka puasa bersama tersebut. Kemudian marilah kita jalankan ibadah puasa ini dengan penuh makna, dan saling bermesaraan antar kita, agar tetap terjalin kebersamaan antar sesama. Semoga!!!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun