Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pada Saat Kapan "Produk Gratis" Masih Diminati Konsumen atau Pemilih?

27 Februari 2024   06:04 Diperbarui: 28 Februari 2024   13:10 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat cerita, tahun pertama dan kedua lancar, tahun ketiga dan seterusnya terkendala dengan "cuan" untuk melayani permintaan terhadap produk gratis tersebut.

Sampai Kapan Diminati?

Berdasarkan pengalaman, walaupun faktor penyebab produk gratis laris manis masih mengganjal, namun jika ada masalah dalam melayani permintaan produk gratis tersebut, maka konsumen akan "kapok" untuk membeli produk gratis tersebut dengan kata lain produk gratis yang akan calon tawarkan lagi sudah mulai mengalami "decline" atau menurun bahkan sampai pada titik nol alias sudah tidak diminati lagi oleh konsumen (pemilih).

Sebagai contoh ada yang sudah melayani produk gratis, namun dinilai masih banyak menyisahkan masalah, tidak menjamin purna jual, sehingga produk gratis yang sama yang ditawarkan calon lain pada priode beriktunya sudah tidak mempan lagi alias sudah tidak diminati lagi.

Untung ada calon yang kreatif melakukan inovasi dengan menawarkan produk "gratis yang baru", sehingga sepertinya masih diminati, terlepas ada faktor "XWZ" nya atau tidak!

Begitu juga sebaliknya, jika faktor penyebab laris manisnya permintaan produk gratis mengalami perbaikan, konsumen (pemilih) sudah keluar dari siklus kemiskinan dan sudah mulai ada perbaikan tingkat pendidikan/pendapatan serta perbaikan sikap mental, maka produk gratis tersebut sudah tidak diminati lagi oleh konsumen (pemilih).

Bagaimana kedepannya?

Sebagaimana yang terjadi dalam unit bisnis, jika palaku bisnis terus menerus menyediakan produk grais, maka mereka akan colaps dan dipihak konsumen juga akan jenuh bahkan ragu, jangan-jangan produk yang digratiskan tersebut karena sudah kedaluwarsa atau karena ada sesuatunya.

Begitu juga dalam belantika dunia perpolitikan, jika produk gratis terus disediakan, maka bukan tidak mungkin negara/daerah tidak sanggup menyediakan anggaran yang tidak kecil tersebut, yang akan mengganggu stabilitas keuangan-nya.

Idealnya pemberian produk gratis harus dijalankan dengan baik, agar calon yang menang/terpilih yang mengusung produk gratis tersebut, benar-benar dapat menjamin purna jualnya dan agar calon yang menang/terpilih dapat memberi kepuasan kepada konsumen (pemilih) dan yang lebih penting, jika produk gratis ini berjalan dengan baik, maka calon lain yang akan menjual produk gratis pada masa yang akan datang juga tetap diminati.

Sebaiknya memberikan produk gratis jangan sampai membuat konsumen (pemilih) menjadi malas atau tidak produktif, sebaiknya program yang dijual/ditawarkan adalah program yang mendorong konsumen (pemilih) produktif dan dapat dijalankan dengan baik serta didukung oleh berbagai faktor pendukungnya (anggaran, SDM dan lainnya), agar dapat memenuhi harapan konsumen (pemilih), dengan demikian diharapkan semua komponen di negeri ini akan merasa batter-off alias puas. Semoga!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun