Â
Seandainya, dari hasil perhitungan resmi KPU nanti, seandainya dari proses pengklarifikasian sinyalemen adanya penyimpangan dan kecurangan tersebut,  tetap saja calon suara terbanyak yang dinyatakan  lembaga survey tersebut  diakui oleh KPU atau  perhitungan KPU  mendekti bahkan sama dengan perhitungan lembaga survey, maka tidak perlu gusar, sekali lagi masih ada jalan dan atau masih banyak jalan menuju  Roma, masih banyak jalan untuk memperjuangkan perbaikan dan percepatan laju perekonomian negeri untuk "menesejahterakan anak negeir ini".
Sebab, berdasarkan pengalaman pemilu-pemilu yang lalu di negeri ini, jika hasil perhitungan cepat sudah dipublis, biasanya perhitungan KPU tidak jauh berbeda, kecuali dinegeri seberang sana yang pernah terjadi perhitunagn cepat yang dilakukan lembaga survey ternyata "salah" alias tidak sama dengan hasil perhitungan lembaga penyelenggara pemilu di negeri itu.
Hasil perhitungan suara calon  yang dinyatakan suara terbanyak oleh lembaga survey ternyata  kalah, yang menang/terpilih justru sebaliknya. Hasil Perhitunagn cepat salah, tetapi ia  tidak hanya menang, justru ia menang besar (lihat BBCNews Indonesia, 03 November 2020)
Jika memang calon yang pada saatnya nanti dinyatakan belum beruntung alias belum menang/terpilih (baik capres maupun legeslatif), maka calon tersebut, masih dapat melanjutkan perjuangan-nya melalui berbagai aktivitas yang dapat dilakukan sesuai dengan kapasitas calon, apalagi didukung oleh banyak komponen bangsa yang mempunyai visi dan misi sama dengan calon  dalam hal perbaikan dan peningkatan tersebut.
Bila disimak, tidak berlebihan kalau sebagaian besar anak negeri ini memberi catatan khusus, memberi sanjungan,  kepada calon-calon  yang  dinyatakan lembaga survey mendapatkan suara lebih sedikit dari yang dinyatakan mendapatkan suara terbanyak tersebut. Beliau "jentle-man",  salah satu calon  ada yang mengundurkan diri dari tugas-nya sebagai salah satu komponen bangsa yang ikut menahkodai pemerintahan saat ini. Jika yang lain berupaya sekuat tenaga untuk bagaimana  bertahan pada posisi jabatan yang startegis dan bergelimang dengan "cuan" tersebut  (walaupun sudah digoda ekonom Faisal Basri), namun salah satu calon dengan tegas mengundurkan diri.
Begitu juga dengan calon yang sudah mati-matian berjuang untuk  "perubahan", berjuang untuk meningkatkan  harkat dan martabat anak negeri ini, yang terkadang di caci,dimaki, diejek, disumpahi dan seterusnya. Namun, ia tanpa bergeming sedikit pun, ia tetap tegar dalam menghadapi kondisi yang tidak kondusif tersebut.(lihat tempo.co.id, 16 Juni 2024 dan berita yang senada lainnya)
Tidak hanya itu, bagi anak nengeri ini yang  ikut berjuang bersama calon tersebut pun, terkadang mendapat "perlakuan" yang tidak meng-enak-kan.  Namun, lagi-lagi, calon dan pendukung-nya serta  pihak yang membantu calon tersebut tidak bergeming sedikit pun. Mereka terus berjuang, ada yang mengeluarkan "cuan" untuk membantu trasnfortasi calon, ada yang membantu calon sampai berdampak pada usaha-nya ditutup (lihat tempo.c.id, 24 Desember 2023). Suatu perjuangan yang sangat dahsyat, Bukan?
Sekali lagi, demi untuk perbaikan, tidak berlebihan kalau dikatakan  bahwa kita memang butuh anak negeri ini yang "jetle-man", kita memang butuh anak negeri ini yang berjuang tanpa pamrih,  kita memang butuh anak negeri ini yang tidak menerima jika ada perbuatan/tidakan yang akan  merusak keyakinan (aqidah) kita semua. Sekali lagi, kita  butuh anak negeri ini yang demikian!
Saya yakin, calon dan pihak yang ikut peduli dengan apa yang diperjuangkan calon, masih dapat memberikan kontribusi kepada negeri ini, melalui aktivitas lain, melalui lembaga non pemerintah, melalui yayasan, melalui kelompok-kelompok membentuk suatu kekuatan yang dahsyat untuk merubah negeri ini ke arah kemajuan.
Misalnya, yang sudah berjalan, ada yang memilih menjadi ketua ini atau ketua itu, ada yang membuat yayasan ini dan itu untuk memebrikan kontribusi di bidang kesehatan, memberikan kontribusi dibidang pendidikan, memberikan kontribusi dibidang ekonomi dan bidang lainnya.
Paling tidak calon yang belum menang tersebut, dapat menjadi oposisi bagi  pemerintahan yang akan menjalankan kepemerintahan-nya yang "akan dilantik" nanti. Mari kita terus berkarya, jangan biarkan negeri ini di obok-obok pihak yang tidak bertanggung jawab, agar negeri ini tetap dihormati dan ditakuti oleh negeri seberang sana. Sayang anak  negeri ini yang terkenal santun, menjadi tidak santun. Ssaya negeri yang kaya SDA ini tidak bisa dinikmati secara  maksimal,  karena  kita senantiasa  mengedekanpan kepentingan pribadi dan golongan.