Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tidak Semua Tatatan Kehidupan Ini Harus Berorientasi Pada

10 Februari 2024   09:44 Diperbarui: 10 Februari 2024   11:41 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak Semua Tatanan Kehidupan Ini Harus Berorientasi  Pada "Cuan"  Termasuk Dalam Memenangkan Calon!

oleh Amidi

Dalam hidup dan kehidupan ini, sepertinya uang atau "cuan" sering menjadi perdebatan yang sengit, ada yang berpendapat cuan adalah segalanya, ada yang menggatakan cuan tidak dapat digunakan untuk membeli kebahagiaan, dan berbagai ragam pendapat atau pandangan lainnya.

Sampai-sampai ada istilah "time is money".  Dalam wikipedia (Inggris) dijelaskan bahwa time  is money adalah pepatah yang diklaim berasal  dari "Advice to a Young  Tradesman", sebuah  esai oleh Benjamin Franklin yang muncul dalam buka  George Fisher  tahun 1748, The Americam    Instructor or Young Mari's Best Companion, dimana Franklin  menulis, "Ingatlah bahwa waktu adalah uang".

Kemudian tidak sedikit pula pada  suatu daerah yang juga mempunyai idiom tentang cuan tersebut, ada yang mengaitkannya dengan dunia kasih sayang, seperti; "ada uang abang sayang, tidak  uang abang melayang", "ada uang ada wanita, tidak ada uang tidak ada wanita", maksudnya ada uang baru bisa mendekati wanita (bahasa anak muda : pacaran) tidak ada uang tidak bisa mendekati wanita (bahasa anak muda : belum bisa/jangan dulu pacaran). Masih banyak lagi, istilah-istilah tentang cuan dalam hidup dan kehidupan ini.

Weplus.id, mensinyalir bahwa uang bukan segalanya, tetapi  segalanya butuh uang" adalah kalimat yang  tidak asing, tidak mustahil dan realistis. Untuk mencapai kabahagiaan sejati, bukan uang yang menjadi tolok ukurnya. Akan tetapi segala sesuatu yang dibutuhkan bahkan diimpikan perlu uang untuk menukarnya.

Depositobpr.id, secara umum, mengungkap bahwa uang adalah segalanya, karena jika memilikinya, kita bisa mendapatkan apapun yang dibutuhkan mulai dari keamanan, kebebasan,  kesehatan (sampai batas tertentu) dan bahkan kebahagiaan.  Jika Anda menginingkan hal-hal itu, uang adalah alat yang dapat digunakan untuk mendapatkannya.

Tidak Semua Bisa Diukur Dengan Cuan.

Bila dicermati, pandangan  atau istilah/idiom yang muncul disekitar masalah cuan tersebut, memang  tidak sepenuhnya benar. Terlepas dari pandangan atau istilah/idiom  tentang cuan tersebut, yang jelas uang memang harus dicari atau didapatkan untuk memenuhi kebutuhan dengan segala macam/ragam-nya.

Tulisan ini menyoroti persoalan uang yang dikaitkan dengan pemilu, khususnya pihak yang berkepentingan dengan calon yang akan dimenagkannya atau calon yang dijagokan-nya agar menang/terpilih.

Dalam pemilu ini ada beberapa pihak, yang beranggapan atau berasumsi, bila  calon yang menurut mereka apabila menang/terpilih, dapat mendukung atau menguatkan aktivitas-nya, dapat mensukseskan kegiatan bisnis-nya atau mem-back-up aktivitas bisnis-nya, dapat menggaetnya menjadi ini dan itu, dan seterusnya. Itu semua mereka lakukan tanpa mempertimbangakan aspek rasionalitas dalam memilih, yang ada hanya aspek irrasionalitas semata.

Sehingga, dengan serta merta beberapa pihak tersebut  tidak merasa berat bila mengeluarkan "cuan" demi mewujudkan keinginnya atau harapannya tersebut.

Jangan kan cuan recehan, cuan yang dikeluarkannya "tidak berseri" pun atau tidak terbilang jumlahnya  pun,   beberapa pihak tersebut  rela/tidak berkeberatan  mengeluarkannya.

Benarkan Demikian?

Bila kita simak apa yang menjadi tolok ukur dan atau keinginan/harapan mereka yang berjibaku untuk memenangkan calon yang mereka anggap dapat meperlancar aktivitasnya tersebut, sepenunya tidak benar.

Katakanlah, apa yang diinginkan/diharapkan beberapa pihak tersebut yakni calon yang akan dimenangkannya tersebut memang menang/terpilih. Apakah calon yang menang/terpilih tersebut dapat menjamin atau dapat mewujudkan keinginan/harapan nya tersebut? Jawabnya belum tentu.

Katakanlah dari beberapa pihak tersebut, misalnya ada pihak yang tersandung korupsi, apakah calon yang menang/terpilih tersebut dapat sepenuhnya melindunginya, tentu tidak, karena ada lembaga pemberantas korupsi (apalagi lembaga ini memang bertaji dan diberi taji) dan adanya kekuatan rakyat (people power) yang  bisa menebosnya.

Apalagi korupsi ini telah menyandra kedaulatan negeri ini. Seperti yang disinyalir dalam  aclc.kpk.go.id,  bahwa korupsi telah menyandra pemerintahan sehingga memberikan konsekuensi menguatnya plutokrasi atau sistem politik  yang dikuasai oleh pemilik modal, hancurnya kedaulatan rakyat, hingga hancurnya kepercaan rakyat terhadap demokrasi.

Untuk itu, korupsi harus diberantas sampai ke akar-akar-nya. Jangan kan pelaku korupsi tersebut mau dilindungi, justru harus diungkap dan diberantas sampai tuntas, bukan?.

Begitu juga dengan  beberapa pihak tersebut, misalnya ada pihak yang akan mengamankan bisnis-nya, apakah calon yang menang/terpilih tersebut dapat mem-back-up bisnis-nya, tentu tidak, karena ada kekuatan konsumen yang akan menentukan maju mndur-nya suatu unit bisnis. Konsumen sebagai pemakai/peminta produk yang diprosuksi/dijual pelaku bisnis tersebut sangat menentukan maju mundurnya suatu unit bisnis.

            Jika konsumen, tidak mampu membeli atau daya belinya konsumen turun semua, karena kesejhteraan-nya tidak dapat diperjuangkan oleh calon yang menang/terpilih tersebut, maka konsumen tidak mampu untuk membeli, jika ini terjadi, akan berdampak pada menurunnya volume produksi yang pada akhirnya akan mendorong unit bisnis tersebut colaps.

Lakukan Secara Normal Saja.

Bila mengacu pada syarat dan ketentuan pemilu yang sudah digariskan oleh petinggi yang membidangi hal ini, sebenarnya sudah cukup untuk anak negeri ini mempedomi segala sesuatu yang berhubungan dengan pemilu.

Kemudian, dengan mengacu kepada ketentuan yang berlaku tersebut, idealnya tidak ada lagi penyimpangan, kecurangan, dari berbagai aspek tersebut.

Dengan demikian, perangkat dan atau petugas (KPU, Bawaslu, KPPS, dan lain-lain) yang akan menjalankan proses pemilu, dapat dipastikan berbuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tidak mendukung kecurangan, tidak membiarkan penyimpangan, tidak memihak salah satu calon dan seterusnya.

Calon dan tim sukses-nya, anak negeri ini selaku pemilih semua akan berjalan pada rel yang sebenarnya. Calon dan tim sukses calon hanya melakukan promosi (kampanye) apa adanya, menjual produk (program) yang telah disusun/ditetapkan saja. Jangan berpikir kotor, jangan memaksakan diri!

Pemilih harus fokus dengan tugasnya dalam menyalurkan hak pilihnya, tidak ikut bermain, tidak ikut memperkeruh suasana, tidak mendorong pemilih yang sudah rasional  menjadi tidak rasional.

Baik bagi beberapa pihak  tertentu tersebut maupun bagi pemilih, sebaiknya pilih calon yang dapat mewujudnya kesejahteraan anak negeri ini selaku rakyat dan dapat memajukan perekonomian negeri ini serta akan merubah tatanan hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara itu saja sudah cukup.

Dari itu semua, yang lebih krusial adalah bagaimana calon yang menang/terpilih nanti dapat mewujudkan dan atau meningkatkan kesejahteraan anak negeri ini.

Dengan sejahtera, maka semua anak negeri ini selaku komponen bangsa, akan dapat hidup tenang, bahagia dan damai, yang pada akhirnya akan menciptakan kondisi kondusif.

Dari aspek ekonomi, apabila  rakyat sudah sebagaian besar sejahtera, rakyat selaku konsumen akan dapat memenuhi ragam kebutuhan-nya secara normal, Jika, sebagaian besar rakyat dapat memenuhi ragam kebutuhannya secara layak dan normal, maka akan mendorong meningkatnya permintaan yang pada aknirnya akan meningkatkan daya beli dan barang tentu akan dapat mempercepat laju perkembangan unit bisnis yang ada. Mengapa kita harus mememangkan  calon yang menurut kita dapat memenuhi keinginan kita tersebut? Menagkanlah calon yang memang dapat merubah tatanan hidup berbangsa dan bernegara tersebut!

Sekali lagi, meningkatnya daya beli, akan mendorong kegiatan bisnis, bisnis akan  bergairah, unit bisnis akan terus maju dan berkembang, Dengan demikian pula, akan tercipta hubungan harmonis antara rakyat selaku konsumen dengan pelaku bisnis selaku pihak yang melakoni bisnis-nya, dan akan tercipta suatu "multiplier effect" yang sangat dahsyat, bukan?

Perekonomian secara umum, akan terus membaik, tumbuh dan berkembang, sesuai dengan apa yang kita harapkan. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang spektakuler (berkisar pada angka tujuh persen ke atas) tersebut kembali akan kita raih.

Betapa tidak, karena negeri ini mempunyai  kekayaan alam yang terkandung luar biasa, Sumberdaya Alam (SDA) yang kita miliki diyakini mampu mendorong pertumbuhan ideal yang kita harapkan tersebut, asal petinggi negeri ini selaku pimpinan tertinggi yang terpilih nanti dapat mengoptimalkan SDA yang kita miliki tersebut. Selamat Berjuang!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun