Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Presiden dan Wakil Presiden yang Dikehendaki Pebisnis Berlatar Belakang Ekonomi Saja, Sebenarnya Tidak Cukup!

4 Februari 2024   15:12 Diperbarui: 4 Februari 2024   15:20 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

oleh Amidi

...........Demi kecintaan saya kepada negeri yang kaya akan Sumberdaya Alam (SDA) ini,  dengan tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada semua komponan anak negeri ini,  dan demi kemaslahatan  semua komponan anak negeri ini,   maka dengan  berat hati,  saya mencurahkan pokok pikiran melalui tulisan pada kompasiana yang tercinta ini........................................

Perbincangan tentang pemilihan  calon presiden dan wakil presiden, makin hari makin menarik, anak negeri ini yang antusias menyimak dan mencermati perkembangan proses pemilu presdien dan wakil presiden tersebut, terus memantau perkembangan-nya, termasuk antusias menyaksikan ajang debat yang dilaksanakan oleh KPU, termasuk debat terakhir   pada tanggal 4 Pebruari 2024 malam.

Hal ini  tidak hanya didominasi oleh anak negeri ini secara umum, tetapi anak negeri ini secara khusus yakni anak negeri ini dari kalangan pelaku bisnis pun tidak kalah antusias-nya memantau dan menyaksikan jalannya proses pemilu termasuk ajang debat tersebut.

Lain latar belakang, lain pula orientasi yang diperhatikan dikancah pemilu presdien dan wakil presiden tersebut. Pelaku bisnis lebih pada memperhatikan dan atau menginginkan agar presiden dan wakil presiden yang terpilih nanti adalah mereka yang berlatar belakang ekonomi.

Seperti yang di sinyalir oleh cnbc Indonesia,19 Juni 2023,  bahwa pihak pelaku bisnis  berharap presiden yang terpilih dalam pemilu 2024 ini merupakan orang yang paham ekonomi.  Lebih lanjut Sofjan  Wanandi juga menilai penentuan wakil presiden juga tidak kalah pentingnya harus memahami persoalan ekonomi.

Kata Ketua Dewan Pertimbangan  Asosiasi Pengusaha Indoensia (Apindo) tersebut,  apapun kita harapkan nanti presidennya  dan wakil presidennya  adalah orang yang mengerti ekonomi, karena challenge kita lima tahun ke depan, pebisnis adalah orang yang senantiasa berorientasi kepada persoalan ekonomi.

Mengerti  Ekonomi Perlu, Tetapi Tidak Muklak Ekonom.

Harus dimaklumi, jika para pelaku bisnis menghendaki presiden dan wakil presiden terpilih nanti adalah mereka yang memahami persoalan ekonomi, karena setiap saat, dimana saja dan kapan saja, mereka  senantiasa bersentuhan dengan persoalan ekonomi.

Bila kita simak, dari ketiga pasang calon presiden dan wakil presiden, sebenarnya ada yang berlatar belakang ekonomi, ada yang memahami betul persoalan ekonomi, namun perlu  kita telaah lebih jauh lagi apakah mutlak presiden dan wakil presiden yang terpilih nanti harus mereka yang berlatar belakang ekonomi dan atau memahami persoalan ekonomi.

Menurut  hemat saya, ada benarnya bahkan sangat dimaklumi, bila para pelaku bisnis tersebut mengehendaki presiden dan wakil presiden terpilih nanti adalah mereka yang berlatar belakang ekonomi dan atau memahami persoalan ekonomi. Namun, perlu diingat, bahwa tidak cukup presiden dan wakil presiden atau salah satunya saja adalah orang yang berlatar belakang ekonomi dan atau memahami persoalan ekonomi, tetapi ada yang lebih penting lagi.

Menurut saya,  selain presiden dan wakil presiden atau salah satunya berlatar belakang ekonomi dan atau memahami persoalan ekonomi, ada yang lebih penting lagi yakni keberanian, komitmen, kemauan yang kuat, dan tingkat kesalehan sosial yang tinggi mereka dalam menyikapi persoalan ekonomi yang timbul dalam kancah dan dinamika persoalan ekonomi di negeri ini.

Betapa tidak, misalnya yang terpilih nanti, presiden dan wakil presiden atau salah satunya adalah berlatar  belakang ekonomi dan atau memahami persoalan ekonomi, tetapi begitu ada masalah ekonomi yang timbul, mereka tidak berani bersikap, tidak muncul komitmen-nya, tidak ada kemauan yang kuat untuk menyelesaikan persoalan ekonomi tersebut secara tuntas, tidak mau menyelesaikan persoalan ekonomi tersebut dengan memihak kepentingan anak negeri ini selaku anak bangsa  atau kepentingan negeri ini, maka tidak banyak memberi arti dan tidak akan memuaskan anak negeri ini selaku anak bangsa yang tercinta ini.

Jika ini yang terjadi, maka yang ada  hanyalah kekecwaan, yang ada hanya pihak tertentu yang diuntungkan, yang ada  yang "bisa tertawa" hanya orang dekat kekuasaan saja dan seterusnya.

Contoh, dalam mengatasi permasalahan Sumberdaya Alam (SDA) yang dimiliki negeri ini saja, jika presiden dan wakil presiden atau salah satunya hanya berlatar belakang ekonomi dan atau mamahami persoalan ekonomi, namun tidak berani dan tidak mau mengambil kebijkan yang memihak kepada negeri ini atau anak negeri ini selaku anak bangsa, maka tetap saja pemanfaatan SDA tersebut tidak bisa maksimal atau optimal.

Lagi pula presiden dan wakil presdien dapat memberikan kewenangan kepada para pemabntunya untuk menyelsaikan persoalan ekonomi tersebut, ada Menteri Koordinator Bidang Ekonomi,  ada Kementerian Keuangan, ada Kementerian Investasi, ada kementerian  Ketenagkerjaan, ada Kementerian perindustrian dan ada Kementerian Perdagangan.

Ditambah lagi, jika presiden dan wakil presiden, akan melibatkan dan atau memanfaatkan ekonom yang ada di negeri ini, dari pada mereka dimanfaatkan oleh negeri lain. Kita tidak kekurangan ekonom yang cerdas dan mumpuni.

Kesemua-nya dapat dioptimalkan dalam menyelesaikan persoalan ekonomi yang timbul atau yang melanda negeri ini. Apalagi mereka yang duduk atau diberi amanah tersebut adalah orang yang juga mempunyai komitmen, kemauan,  keberanian dan konsisten dalam menjalankan tugas kenegaraan-nya.

Jika tidak,  jangan heran, kalau negeri yang kaya raya ini, lebih banyak membahagiakan anak negeri lain, ketimbang anak negeri ini sendiri. Jangan kaget, jika SDA yang seharusnya dapat meningkatkan harkat dan martabat anak negeri ini melalui peningkatan kesejahteraan-nya, tidak bisa diwujudkan. Jangan berharap, jika idealnya dengan kekayaan dan potensi SDA yang kita miliki tersebut, beban anak negeri ini semakin ringan, yang ada, bisa saja justru sebaliknya, beban anak negeri ini justru bertambah berat.

Bertambahnya beban tersebut, bisa jadi karena beban utang yang terus membengkak, bisa jadi karena terus bertambahnya komponen potongan ini dan itu dalam daftar pendapatan/penghasilan yang diterima-nya, bisa jadi karena tarif pajak  terpaksa kita terus tingkatkan (naikkan) demi mengejar pendapatan yang harus diterima negeri ini untuk menutupi defisit anggaran.

Kita Berdoa, Yang Terpilih Komitmen dan Tepat.

Dengan waktu yang masih tersisa beberapa hari ini,  mari kita merenung sejenak, sebelum menentukan pilihan kita pada hari "H" yakni pada tanggal 14 Pebruari 2024 nanti, (maaf) jangan salah pilih, (maaf) jangan salah pilih, (maaf) jangan salah pilih. Jika salah pilih, bukan saja kita harus menanggung penderitaan selama lima tahun ke depan saja, tetapi kita akan menanggung dosa yang kita produksi sendiri akibat kesalahan dalam menetukan pilihan tersebut dan akan semakin besar saja "opportunity cost" yang timbul

Mari kita berdoa, dalam agama mana saja sama, dalam agama apa saja, pemeluknya  akan melantunkan doa dalam mewujudkan hajatan-nya atau dalam mewujudkan keinginan-nya atau dalam mewujudkan harapan-nya, doa yang kita lantukan intinya adalah   kita menghendari pimpinan negeri ini adalah orang yang pintar/cerdas, orang yang terbuka dengan umat, orang yang bijak, orang yang jujur,  dan orang yang amanah. Semoga, semoga, semoga.!!!!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun