Di negeri ini, setiap tanggal 22 Desember diperingati "hari ibu", walaupun tidak semeriah dan tidak se-gegap-gempita, seperti peringatan hari besar atau hari bersejarah lainnya.
Walaupun tidak seistimewa dengan peringatan hari besar atau hari bersejarah lainnya, hari ibu harus tetap diperingati. Menurut saya, kita harus memberi perhatian khusus terhadap peringatan hari ibu yang sudah kita tetapkan tersebut.
Jika, dalam memperingati hari besar dan hari bersejarah kita mempunyai perhatian khusus, menjadikan hari tersebut, adalah hari libur nasional, memberi "warna merah".
Pada tanggal hari peringatan tersebut, mengapa tidak dalam memperingati hari ibu ini kita juga mempunyai perhatian khusus, apa tidak sebaiknya ada pelaksanaan upacara di kantor-kantor pemerintah dan swata dengan inspektur upacaranya dari golongan "sang ibu".
Ada acara-acara seremoni dikantor-kantor atau instutusi pemerintah dan swasta dan berbagai kegiatan lain yang intinya dalam rangka memeriahkan hari ibu tersebut.
Namun, apa mau dikata, yang demikian belum kita wujudkan. Saya mengimbau agar tahun depan atau ke depannya dalam memperingati hari ibu harus meriah, harus ada kekhususan dan harus gegap-gempita seperti kita memperingati hari besar atau hari bersejarah lainnya.
Dalam agama Islam, saking ibu memiliki kedudukan yang startegis dalam keluarga dan sebagai seorang yang harus dimuliakan, maka pada saat Nabi ditanya sahabat tentang "siapa yang harus dihormati atau dimuliakan terlebih dahulu?"
Nabi menjawab, "ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu."Â
Ini menunjukkan betapa sang ibu memiliki kedudukan yang lebih mulai dibandingkan sang ayah, walaupun dalam praktiknya kedua orang tua ini memiliki peran yang sama penting dalam suatu keluraga.
Ibu dalam keluarga memegang berbagai peranan penting. Ibu adalah "Menteri Pendidikan" bagi anak-anaknya, mendidik dan mengajari tentang kelayakinan beragama, adab dan norma, fisik dan mental, intelektual dan psikologi sehingga terbentuk keperibadian yang baik dalam dari sang anak. (Humas KPKNL Denpasar dalam djkn.kemenkeu.go.id)
Salah satu peran ibu yakni ibu ibaratnya sebagai akuntan yang harus bisa mengelola keuangan keluarga agar tidak besar pasak dari pada tiang.
Ibu ibaratnya sebagai seorang akuntan yang harus bisa mengelola anggaran keluarga agar semua kebutuhan bisa tercukupi. Terlebih lagi, banyak ibu juga harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi keluarganya. (dp3akb.jabarprov.go.id)
Ibu Mendorong Menjemput Rezeki
Tidak hanya itu saja peran sang ibu, ibu pun dapat mendorong sang ayah menjemput rezeki yang telah dipersiapkan Tuhan Yang Maha Esa.Â
Dengan ridho sang ibu, sang ayah dapat bekerja dengan baik dan tenang, sehingga rezeki mengalir dengan derasnya. Dengan doa sang ibu, maka sang ayah dapat mengais rezeki dengan leluasa dan lancar.Â
Terlebih, dengan kekuatan bathin sang ibu, sang ayah mempunyai kekuatan dan keteguhan dalam menjalankan perannya dalam mengais rezeki di bumi yang terbentang luas ini. Dengan kecintaan sang ibu, sang ayah dapat melakukan aktivitasnya dengan semangat, tekun dan sukses.
Masih banyak lagi peran dan kedudukan sang ibu dalam mendorong sang ayah dan keluarga yang lain dalam hidup dan kehidupan ini.Â
Singkat kata, sang ibu adalah "ratu" dalam keluarga, sedangkan sang ayah adalah "raja" dalam keluarga. Sang ratu dan raja harus saling bersinerji dan harus saling bermesraan.
Ibu Meningkatkan Pendapatan
Dari sisi keuangan, sang ibu dan sang ayah, selain anggota keluarga yang lain, adalah merupakan orang yang akan menciptakan pendapatan dalam suatu keluarga.
Memang kebanyakan bahkan dominan dalam suatu keluarga sang ayah merupakan sosok seorang yang menciptakan atau mengais rezeki untuk memperoleh pendapatan.Â
Memang ada sang ibu yang secara langsung "bekerja" atau melakukan aktivitas ekonomi dalam rangka mengais rezeki untuk memperoleh pendapatan tersebut, namun jumlah sang ibu yang demikan tidak sebanyak sang ayah yang "bekerja" atau melakukan aktivitas ekonomi terebut.
Dalam kenyataanya, tidak sedikit sang ibu yang sebelumnya "bekerja" diluar rumah dan atau melakukan aktivitas ekonomi untuk memperoleh pendapatan, pada sautu saat berhenti bekerja, misalnya pada saat sang ibu sudah mempunyai/dianugrahi sang anak.Â
Sang ibu memutuskan untuk berhenti bekerja atau berhenti melakukan aktivitas ekonomi demi untuk mngurus anaknya .Â
Biasanya, sang ayah yang memahami hal tersebut, tidak menghalangi niat sang ibu untuk berhenti bekerja atau berhenti melakukan aktivitas ekonomi tersebut.Â
Pengalaman menunjukkan, terkadang sang ibu yang demikian, kebanyakan berhasil mendorong dan menciptakan suatu "Kesuksesan" bagi sang anak yang diasuhnya.
Pengalaman saya, setiap kali akan berangkat bekerja dan atau melakukan aktivitas ekonomi dan aktivitas lainnya yang akan mendatangkan atau menciptakan "cuan", sang ibu (istri) selalu memberi semangat, mendokan kelancaran dan kesuksesan saya.
Pada kenyataannya memang pekerjaan atau aktivitas ekonomi atau aktivitas lainnya yang saya lakukan tersebut berjalan lancar dan cendrung sukses.
Banyangkan saja terkadang ada dua atau tiga agenda sehari yang harus saya lakukan (maaf saya sebutkan: sebagai Dosen, Pengamat dan Konsultan).
Dan jarak tempat aktivitas itu terkadang perlu waktu untuk menempuhnya, walaupun sama-sama dalam kota, dengan restu dan doa sang ibu (istri), alhamdulillah pekerjaan dan atau aktivitas ekonomi atau aktivitas lainnya tersebut berjalan lancar dan sukses.
Posisikan Ibu sebagai panglima
Dengan begitu penting dan setrategisnya peran Sang ibu dalam keluarga, dalam mendorong dan merestui sang ayah mengais rezeki, maka tidak ada salahnya kalau sang ibu kita posisikan sebagai PANGLIMA dalam keluarga kita.
Posisikan sang ibu, sebagai pengawas sang ayah yang merupakan pimpinan dalam rumah tangga. Jika suatu rumah tangga kita ibaratkan suatu perusahaan, maka posisikan sang ibu sebagai manager keuangannya, ia akan mengatur segala pemasukan dan pengeluaran yang diperoleh sang ayah,.
Kemudian, ia akan berusaha mengoptimlakan pendapatan yang diperoleh sang ayah , ia akan dapat menciptakan nilai tambah (value added) dari harta benda yang dimiliki dalam keluarga.
Sehingga tidak hanya memberikan nilai kesenangan dan ketenagana dalam kelaurga, tetapi akan menciptakan nilai ekonomi dari harta benda yang kita miliki tersebut.
Apalagi jika sang ibu adalah seorang yang mempunyai keilmuan tentang ekonomi dan manajemen, maka sang ayah hanya tinggal membimbing dan mengarahkan saja.Â
Namun, saya mengingatkan agar sang ibu jangan mendorong sang ayah untuk mengais rezeki dengan cara yang menyimpang (korupsi, kolusi dan nepotisme) .
Pada kesmepatan ini saya belum sempat membeli kado, untuk itu pada kesempatan ini saya ucapkan saja selamat Memperingati Hari Ibu, agar Ibu-Ibu kita dan ibu-ibu di negeri ini sehat selalu dan senantiasa berkontribusi bagi keluarga, bangsa dan negara. Semoga!!!!!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI