Memang sebagian  masyarakat, masih mempertimbangkan peringkat "akredetasi"  lembaga/prodi dan tenaga pengajar yang sudah  meraih gelar Doktor tersebut, walaupun ada juga  kelompok masyarakat yang tetap bersikukuh yang penting kualitas dosennya, bukan gelarnya (maaf sekedar menyampaikan pandangan masyarakat).
Dengan demikian, maka PTS yang penampilan phisiknya ketinggalan, dan tenaga pengajarnya yang masih minim menyandang gelar doktor, tentu akan kalah dengan PTS yang telah menyediakan hal tersebut. Begitu juga dengan PTN, juga melakukan hal yang sama.
Kelima, faktor Hadirnya Pendatang Baru.
Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya juga kita perhatikan adalah pendatang baru. Saat ini sudah banyak hadir PT yang nota bene milik pelaku bisnis, atau group pelaku bisnis yang sudah mapan. Belum lagi pemain lama yang memposisikan diri sebagai pemain/pendatang baru yakni PTN ekspansif yang menjual fakultas-fakultasnya burupa kuliah non reguler, kuliah sore hari atau kuliah pagi hari berdampingan dengan kuliah reguler yang biasa mereka lakukan.
Fenomena pemain lama memposisikan diri sebgai pemain/pendatang  baru ini atau PTN ekspansif tersebut hampir terjadi di berbagai PTN di negeri ini. Fenomena ini berdampak luar biasa terhadap penurunan jumlah mahasiswa yang akan masuk ke PTS. Memang, SPP/UKT yang mereka kenakan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan SPP/UKT mahsiswa reguler, namun bagi kelompok masyarakat tertentu, yang demikian tidak menjadi penghalang, tetap saja peminatnya banyak.
Bagaimana "Menjual" PT?
Menurut hemat saya, PTS masih ada harapan untuk tetap bertahan dan bangkit serta mengejar keteringgal dari kondisi ini semua, asal PTS melakukan beberapa hal ini.
Kegiatan promosi masih tetap perlu dilakukan, hanya strategi promosinya yang harus dibenahi. Misalnya bagi PTS yang berada di ibukota Provinsi, upayakan mengejar calon mahsiswa yang ada di daerah (Kabupaten) untuk menggaet mereka agar kuliah ke PTS kita yang berada di ibukota Provinsi tersebut.
Berbagai beasiswa kita upayakan untuk dapat diberikan kepada mahasiswa kita, baik beasiswa dari internal PT kita sendiri maupun dari  eksternal. Ini penting, agar mahasiswa yang berprestasi merasa dihargai dan mendorong mahasiswa lain untuk lebih giat belajar, serta dapat mendorong calon mahasiswa tertarik untuk kuliah pada PT kita.
Sedapat mungkin menggiring produk (output) PT kita untuk secepatmya mendapatkan pekerjaan, jika kita tidak memiliki jaringan dengan dunia bisnis, maka kita lakukan upaya pendekatan lainnya, sehingga produk (output) PT kita cepat  terjual (bekerja). Memang akan lebih baik, jika PT kita memiliki unit bisnis sendiri yang bisa dijadikan untuk menempatkan produk (output) yang berprestasi dari PT kita pada unit bisnis yang kita miliki.
Kemudian promosi harus disesuaikan, jika kita akan memprosikan atau menjual PT kita dikalangan masyarakat yang mengutamakan "kemewahan", maka jual PT kita sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
Dalam menyikapi tuntutan dan mendorong calon mahasiswa masuk ke PT, kini  pimpinan PT berlomba-lomba menyusun  program memperbanyak  dosennya kuliah ke S-3, dan mendorong agar  pasca  S-3 tersebut secepatnya  meraih gelar Guru Besar dan atau Pofesor.