Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Melakoni Unit Usaha Tidak Boleh Emosi

7 Juli 2023   11:43 Diperbarui: 8 Juli 2023   15:04 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berbisnis(FREEPIK/TIRACHARDZ)

Menyimak keberadan unit usaha yang ada saat ini, memang "unik", hilangnya salah satu unit usaha karena calaps atau tutup, timbul beberapa unit usaha baru. Beberapa saat unit usaha tersebut dibuka, ramai dan diburun konsumen, namun tidak lama kemudian "down" dan tutup. Kini tidak sedikit hadirnya unit usaha baru dengan produk baru dan atau diferesiansi produk.

Di Palembang sendiri, sekitar 10 tahun terakhir ditambah dan dalam rangka menangkap peluang pasca pandemi, setidaknya ada beberapa unit usaha kuliner baru modern dan atau unit usaha kuliner yang menonjolkan diferensiasi produk, seperti warung kopi, gerei es cream, warung mie dan beberapa unit usaha kuliner lainnya.

Dari beberapa unit usaha kuliner dan ritel tersebut, ada yang sudah colaps, ada yang masih bertahan. Ada yang justru terus menambah gerai atau warungnya. Ada lagi yang sedang hangat-hangatnya digandrungi konsumen terlebih konsumen anak muda, ada yang sudah mulai kesulitan mendatangkan konsumen.

Memang, jika mereka mengacu pada kesuksesan unit usaha kuliner dan ritel pendahulu tersebut, tidak heran kalau para pelaku usaha sebagai "pemain lama" dan "pemain baru" juga ingin membuka dan mengembangkan unit usaha tersebut. 

Kini di negeri ini termasuk di Palembang juga saat ini lagi menjamurnya beberapa unit usaha kuliner baru dan ritel modern pendatang baru (ada milik anak negeri ini) dan milik group ritel yang sudah dahulu ada akan membuka cabangnya.

Buka Usaha Jangan Emosi !

Saya mencermati, ada kesan bahwa di kalangan pelaku usaha yang akan membuka unit usaha baru  dan yang akan mengembangkan usaha yang sudah ada tersebut didorong oleh "rasa emosi" yang mendalam. Contoh sederhana, hadirnya salah satu ritel anak negeri ini yang didirikan/dibuka dengan maksud mengimbangi ritel modern besar yang sudah ada.

Memang ritel modern milik anak negeri ini dengan konsep bagi hasil kepada para penanam saham sesama anak negeri ini tersebut, sangat kita harapkan kehadirannya dan kita dorong perkembangannnya. Namun, karena kentalnya dorongan rasa emosi, sehingga ritel yang satu ini tidak lama bertahan.

Bila kita simak, mengapa demikian, setidaknya ada dua penyebab dominan yang melatarinya. 

Pertama, karena ritel yang satu ini tidak bisa bersaing, baik di sisi harga maupun service dan kelengkapan produknya. 

Kedua, karena ritel yang satu ini juga masih tergantung dengan "distributor- group ritel modern" yang sudah besar/mapan/eksis, terutama dalam hal penyediaan/pembelian produk yang akan dijualnya kembali tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun