Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money

Kontradiksi Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Unit Usaha dan Mall yang Tutup

10 Juni 2023   06:09 Diperbarui: 10 Juni 2023   07:07 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kini kita masih merasa bahagia dan atau bangga, menyaksikan pertumbuhan ekonomi di negeri ini masih bertengger di atas  angka 5 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun 2022 lalu pertumbuhan ekonomi nasional berada pada angka 5,31 persen, sementara untuk Provinsi Sumatera Selatan sendiri pada tahun 2022 lalu menunjukkan angka 5,23 persen.

Memang jika kita hanya melihat dari angka yang disajikan BPS tersebut, sah-sah saja kita bangga alias bahagia, karena pertumbuhan ekonomi dinegeri ini masih menunjukkan angka yang moderat dibandingkan pertumbuhan ekonomi sebelumnya dan pertumbuhan ekonomi di masa pandemi beberapa tahun yang lalu.

Namun, bila kita cermat secara seksama, maka ada yang perlu dikaji ulang. Ditengah pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen tersebut, justru pasar menunjukkan "kelesuan", tidak sedikit unit usaha yang tutup, Mall pada sepi, Mall tutup,  dan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) semakin besar saja.

Pertumbuhan ekonomi yang dominan disumbang oleh ekspor, investasi dan konsumsi tesebut, seperti bertolak belakang atau terjadi suatu kondisi yang kontradiktif. Seharusnya, pertumbuhan ekonomi yang dominan disumbang oleh sektor konsumsi tersebut mampu mendorong kegairan pasar, mampu mempertahankan unit usaha yang ada, mampu menciptakan rangsangan  untuk tumbuhnya unit usaha baru, namun sayang yang demikian tidak tercipta alias tidak bisa diharapkan.

Dilapangan yang terjadi adalah sebaliknya, sekali lagi, tidak sedikit unit usaha yang tutup, Mall sepi atau, Mall  tutup, gelombang PHK semakin menjadi-jadi. Di Palembang saja sudah  ada beberapa unit usaha yang tutup, sepert  Giant, Ramayana, Pabrik Ban, Restoran, Rumah Makan dan lainnya. Di Jakarta, beberapa pasar modern seperti di Jakarta Timur; AEON Mall, Mall Cipinang, Tamini Squre,  di Jakarta Selatan, ada 11 antara lain Plaza Semangi , Plaza Kalibata, dan lainnya (Kompas.com, 7 April 2020). Apa yang salah?.

Jika dicermati, berdasarkan angka yang ada, berarti pertumbuhan ekonomi tersebut masih perlu digenjot alias ditigkatkan, seperti pertumbuhan ekonomi Malaysia yang mencapai angka 7 persen lebih. Kemudian yang perlu juga di simak adalah kontribusi sektor konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut lebih pada konsumsi dari kalangan "kelompok kaya" yang berarti distribusinya tidak merata dan konsumsi masyarakat luas dominan pada konsumsi bahan makanan pokok.

Kontribusi sektor konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi Itu pun karena adanya kenaikan harga-harga pada bahan makanan pokok yang ada, sehingga mendongkrak tingkat pendapatan sekaligus akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini menurut saya tidak bisa didiamkan begitu saja, perlu ada terobosan dan pemikiran yang kontruktif dan cerdas.

Jalan Keluar.

Dalam menyikapi persoalan yang satu ini, pihak yang berkompeten, pemerintah dan jajarannya di semua lini harus saling bahu membahu memikirkan kondisi yang kontradiktif ini. Setidaknya pengeluaran pemerintah harus diarahkan pada konsumsi yang mendorong unit usaha bertahan kalaupun tidak ditujukan untuk mendorong unit usaha baru timbul. 

Investasi yang digelontorkan harus benar-benar dapat memberi manfaat yang setinggi-tinggi-nya bagi kemaslahatan anak negeri ini, bagi perekonomian negeri ini, agar anak negeri ini dan unit usaha bisa menikmati multiplier effect dari investasi tersebut, arahkan investasi untuk menggerakkan sektor riil, menghidupkan hilirisasi dan ciptakan investasi yang banyak menyerap tenaga kerja dalam negeri.

Kegiatan ekspor, harus diintensifkan dan dapat memberi kontribusi yang besar bagi laju pertumbuhan ekonomi. Arahkan produk primer menjadi produk jadi baru dilakukan ekspor, dengan kata lain sedapat mungkin menghindari ekspor produk primer. Ini penting, agar pendapatan dari kegiatan ekspor tersebut maksimal.

Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah, komitmen pihak yang berkompeten agar senantiasa tidak terjebak dalam angka-angka yang ada, tetapi senantiasa berupaya mencari tahu makna dan kaitan angka-angka tersebut dengan kondisi yang ada. Ini penting, agar kita tidak salah mengambil kebijakan dan tidak salah dalam menyikapi suatu persoalan. Selamat Berjuang!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun