Beberapa hari lagi Ramadhan akan meninggalkan kita, berbagai kebaikan telah dilakukan, berbagai  momentum Ramadhan sudah dimanfaatkan oleh anak negeri ini, termasuk momentum dalam menjalankan  unit usaha dan ikutannya sepanjang bulan Ramadhan.
Sebagaimana tulisan saya sebelumnya di kompasiana.com, 23 Maret 2023, bahwa pelaku usaha dan kita semua senang dan berbahagia dengan tibanya bulan Ramadhan. Dibulan Ramadhan Allah SWT telah menurunkan rahmat tidak hanya kepada  pelaku usaha Muslim tetapi Non Muslim pun demkian termasuk alam pun kebagian rahmat. Alam ikut memeriahkan tibanya bulan Ramadhan, dengan berbagai indikasi pengabdian telah dilakukan alam sepanjang bulan Ramadhan.
Sehingga wajar, jika bulan Ramadhan akan pergi, semua "bersedih", semua "menangis" sembari mereka merindukan akan tibanya kembali bulan Ramadhan yang akan datang. Alhamdulillah Allah SWT telah memberi kesempatan kepada anak negeri ini untuk "bermesraan" dengan Ramadhan, terima kasih Ramadhan, engkau telah menginspirasi, engkau telah memberi banyak kebaikan, engkau telah menggembleng anak negeri ini (kami), sehingga kami menjadi lebih kuat dan dapat meningkatkan "nilai kemanusiaan" dalam meraungi kehidupan ini.
 Dengan tibanya bulan Ramadhan beberapa waktu lalu, usaha/bisnis dadakan mulai bermunculan dan terus marak sampai menjelang berakhirnya bulan Ramadhan. Kegairan dan semarak usaha/bisnis terlihat jelas pada masing-masing unit usaha/bisnis yang mereka lakukan. Kondisi ini dipersiapkan dalam rangka menyambut konsumen yang akan berbelanja sepanjang bulan Ramadhan dan berbelanja kebutuhan menyambut Hari Raya Idul Fitri Â
Kini anak negeri ini (kita)  telah menyaksikan bahwa sepanjang bulan Ramadhan pasar menjadi ramai, semarak, dan bergairah, sehingga pelaku usaha kebanjiran rezeki yang diindikasikan oleh meningkatnya omzet mereka. Peningkatan omzet penjualan atas barang dan jasa yang mereka lakukan ternyata luar biasa,  samapai  meningkat tajam.
Di kampung dekat tempat tinggal saya saja, sedikitnya ada 50 lapak  unit usaha dadakan yang menjual "takjil" dan atau makanan ringan/makanan tradisional/masakan rumahan, dapat mengumpulkan uang atau beromzet berkisar  Rp. 30--50 juta per hari, belum lagi di tempat lain. Begitu juga  omset di pasar ritel modern, pasar tradisonal, pedagang yang berada di Mal dan tempat lainnya, di Palembang saja, rata-rata ada peningkatan jumlah konsumen antara 30-50 peren.
Lebih dahsyat lagi, omzet penjualan daging ayam disuatu pasar  di Kota  Palembang  meningkat dua kali lipat (50 -- 100 kg per hari), padahal bila hari-hari biasa hanya sekitar 20 kg an saja. Penjualan jilbab dan mukena di pasar 16 Ilir dan Pusat Perbelanjaan  Megaria naik 2 kali lipat juga. (lihat sumek.co, 24 Maret 2023,  britabrita.com, 27 Maret 2023 dan  sibernas.com).
Â
Bagaimana Bertahan.
Peningkatan omzet tersebut pasca bulan Ramadhan, biasanya sulit untuk dicapai. Kondisi pasar pasca Ramadhan cendrung kembali normal seperti sedia kala bahkan akan sepi, karena "uang" anak negeri ini sudah terkuras pada saat mememenuhi kebutuhan akan barang dan jasa kebutuhan sepanjang bulan Ramadhan dan kebutuhan dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Berdasarkan pengalaman masa lalu, pasar baru kembali normal, setelah dua sampai empat minggu ke depan, kecuali pasar kuliner, satu hari--dua hari pasca Hari Raya Idul Fitri, konsumen mulai memburu makanan-minuman. Di Palembang gerai/toko pempek dan rumah makan/restoran "diserbu", jika sudah ada yang buka satu hari-dua hari pasca Hari Raya Idul Fitri.
Untuk menyikapi dinamika pasar yang demikian, pasar ramai, dan omzet meningkat tersebut, maka pelaku usaha harus kreatif. Upaya apa yang harus dilakukan dalam menciptakan kegairan usaha dan atau semarak pasar tersebut. Agar konsumen tidak jenuh pergi/berkunjung  kepasar, beri sentuhan  nuansa lain, ciptakan keamanan dan kenyamaan  di pasar tempat unit usaha yang kita lakoni tersebut, seperti kondisi di Mal-Mal.
Dipihak yang berkompeten, pemerintah dan atau swasta, biasanya di bulan Ramadhan mengeluarkan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pegawai/karyawan/buruhnya tersebut, harus dipikirkan juga pasca Ramadhan. Di pihak pemerintah memang ada gaji ke 13, namun apa tidak sebaiknya mempercepat pengeluaran anggaran untuk dibelanjakan dan di pihak swasta apa tidak sebaiknya ada gaji ke 13 atau bentuk kesejahteraan lainnya, sepaya pegawai/karyawan/buruh dapat berbelanja, sehingga mendorong pasar akan ramai dan bergairah kembali. Semoga!!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H